Share

Bab 90. Sidang Pertama

"Bu, aku nggak mau ketemu Ayah."

Ais menarik tangan Nisa dengan wajah kecilnya yang penuh kegelisahan. Langkah mereka mendekati gedung pengadilan yang lusuh di ujung jalan, membuat Nisa merasa sesak di dada. Namun, dia tetap tenang, berusaha menunjukkan kekuatannya di depan Ais.

"Ayah nggak bisa apa-apa, Sayang. Ibu yang akan melindungi Ais," jawab Nisa sambil tersenyum lembut, berusaha menenangkan putrinya.

Mereka melangkah ke dalam gedung yang sepi, di mana suara pintu tua berderit menyambut mereka. Di dalam, sudah ada beberapa orang duduk di kursi kayu yang terlihat tua, termasuk Asep yang duduk di ujung ruangan dengan tatapan penuh dendam.

Nisa menuntun Ais menuju tempat duduk yang paling jauh dari Asep, berusaha menjaga jarak. Tak ada rasa takut di hati Nisa, hanya rasa muak pada lelaki yang pernah menjadi suaminya itu. Kini, Asep hanyalah bayangan dari masa lalunya yang kelam, seorang pria yang sudah jatuh miskin dan kehilangan segalanya.

"Sini, duduk dulu, Sayang," ujar Nis
Anggrek Bulan

mohon maaf lama nggak update, soalnya hp rusak dan memori hilang. selamat membaca.

| 3
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status