Di istana kerajaan Diamondver, di akhir pekan pada suatu malam, akhirnya aku memberanikan diriku untuk bergerak maju. Aku mengetuk pintu ruangan pangeran Agnreandel bekerja."Masuklah, Yu!"Aku segera masuk, lalu aku menghampiri pangeran Agnreandel sambil membawa sepotong Cheesecake."Kamu tahu kalau aku yang mengetuk," ucapku."Tentu saja aku mengingat suara ketukanmu," ucap pangeran Agnreandel. Ia berpikir, 'Tentunya suara langkah kakinya yang pelan hilang saat ia berada di depan pintu, ada jeda yang lama dan barulah ia mulai mengetuk pintunya.'"Konyol!... Ini kue yang dibuat Ella!" Aku menaruh kue itu ke meja pangeran Agnreandel bekerja. Aku bisa melihat ukiran senyuman lembut di wajah pangeran Agnreandel saat melihat kue tersebut. Aku pun tersenyum, 'Ia sangat menyayangi adiknya.'"Jadi, apa yang ingin kamu bicarakan, Yu? Apakah kamu sudah mengumpulkan keberanianmu itu untuk mengatakannya?"Aku mengangguk dan langsung mengatakan, "Bisakah kita tidak bertemu misalnya selama beber
"Jadi, yang mana dirimu sebenarnya? Yang ku tahu, Viyuranessa Roseary adalah anak kandung dari kepala Duke Roseary. Bagaimana bisa kalau dirimu yang berasal dari dunia lain bisa menjadi Viyuranessa Roseary?" ucap pangeran Agnreandel.Pelukannya membuatku semakin gugup, "Aaa, akan ku katakan besok. Bersabarlah! Aku bahkan akan menceritakan semua tentang Viyuranessa Roseary yang kamu cintai!""Aku hanya ingin tahu dirimu yang sebenarnya, Yu!"Aku segera menatap mata merah pangeran Agnreandel. Lalu, aku tersenyum, "Aku menjadi Viyuranessa Roseary saat berumur dua belas tahun di hari kamu datang mengumumkan pertunangan! Ingatannya ada di kepalaku... Bahkan perasaannya.... Sebelumnya, aku tinggal di dunia yang dinamakan bumi yang tentunya sama dengan dunia ini, tapi duniaku tersebut tanpa sihir. Meski tanpa sihir, peradaban disana sangat maju dibandingkan dunia ini."Iris mataku mulai bergerak ke bawah, "Tapi... Aku beranggapan dunia ini adalah masa depan duniaku sebelumnya! Seperti yang t
"Segitu tersipunya kamu menyentuh tubuhku, Yu!" ucap pangeran Agnreandel. Ia segera mengambil beberapa helai rambut perak kebiruan itu dan menciumnya.Wajahku semakin memerah. Karena kegugupanku, akhirnya aku membentur kepala pangeran Agnreandel dengan dahiku."Akkhh!!"Pangeran Agnreandel segera spontan memegang dahinya dan duduk di pinggirang ranjang. Karena jarak yang sudah melonggar, aku segera duduk dan mundur. Lalu, aku segera memeluk bantal dan menatap pangeran Agnreandel dengan tatapan datar. Ia hanya tersenyum canggung."Orang berbahaya terdeteksi!"Aku tidak henti memandangi sosok Sang Pangeran yang sedang mengusap keningnya. Pangeran Agnreandel segera berdiri tegak untuk memakai pakaian tidurnya. Aku terus memperhatikan wajah, tubuh, tinggi, lebar, hingga pergerakannya, dan matanya.Aku menekan daguku pada bantal dan kedua bagian bibirku semakin saling menekan begitu juga dengan kelopak mataku yang sedikit menyipit. Aku berpikir, 'Aku juga jadi sangat mencintaimu, karena ka
"Ya Agnre, ibunda tahu... Apa ibunda boleh tahu apa yang sedang kamu pikirkan?"Pangeran Agnreandel mengatakan, "Ini mengenai cerita yang Yu sampaikan padaku..."Pangeran Agnreandel melihat sudut bibir Ratu Osfellia yang naik."Sepertinya, ia mulai mempercayai dirimu... Kalau begitu... katakan padanya kalau ibunda ingin segera berbicara dengannya!"Pangeran Agnreandel terheran, "Kenapa ibunda malah tiba-tiba...?""Sebelum jam makan malam di taman bunga mawar! Ibunda tunggu disana!" Ratu Osfellia berbalik meninggalkan putranya yang masih heran.***Malam hari sebelum makan malam, aku memperhatikan pekerjaan chef di dapur. Lalu, aku memberikan beberapa saran pada chef kerajaan."Ini luar biasa, putri!" ucap kepala chef. "Saya tidak menyangka kalau saya bisa diajari langsung oleh anda! Saya ingin sekali belajar di restoran keluarga anda yang sampai saat ini populer dengan makanan barunya, namun saya tidak punya waktu untuk itu.""Saya senang membantu, paman!" ucapku sambil tersenyum. "Ba
Seorang maid datang menghampiri ratu Osfellia. "Mohon maaf, Yang Mulia! Saatnya jam makan malam!"Sang Ratu mengangguk, "Kita akan bicara bersama di lain waktu, Lady Viyura!" Ratu Osfellia segera melangkah."Dengan senang hati saya akan menerima undangan dari anda, Yang Mulia!" Aku memberi hormat kepada Sang Ratu.Saat sosok Sang Ratu tidak terlihat, pangeran Agnreandel segera menghampiriku."Apa kamu tadi menangis?" Tangan Pangeran Agnreandel menggesek bagian bawah mataku dengan tatapan tajamnya seperti biasa. "Dan, apa yang kalian bicarakan tadi!?"Aku segera melangkah cepat sambil memikirkan ingatanku tentang kakek Clauderic. "Rahasia wanita! Kamu tidak seharusnya mengetahuinya!" ucapku dengan tersenyum."Apaan itu!?" Pangeran Agnreandel segera menyusulku.Kami berjalan bersama di kloridor istana, menuju ruang makan keluarga kerajaan. "Kapan kamu akan kembali memanggil namaku itu, Yu!?""Entahlah!" Aku mempercepat langkahku."Apa segitunya kamu sulit mempercayai diriku sepenuhnya?
Setelah puas pangeran Agnreandel tertawa, ia menghela nafas dengan raut wajahnya yang berubah jadi sedih. "Bukankah kamu lupa dengannya dan melakukan banyak hal dengan bahagia dan melupakan sosoknya begitu saja? Aku melihatnya...""..." Suasana sepi sejenak, aku menunggu ia mengeluarkan suaranya."Aku melihatnya mati di depan mataku. Ia mati karena melindungimu.""Setelah kejadian itu, aku tidak melihatmu di acara pemakamannya. Aku mencarimu... Aku diam-diam mengunjungi ke kediamanmu dan melihatmu bersama dengan keluargamu tanpa ada rasa perasaan sedih karena terbunuhnya kakekku."Aku tercengang dan saat itu air mataku tidak berhenti mengalir. 'Tapi ini benar-benar berbeda dari jalan cerita di buku itu! Aku tidak tahu itu! Ini sangat berbeda! Kamu pantas membenciku! Aku memang penjahat!'"Setelah hari itu, aku tahu bahwa kamu..."Belum selesai pangeran Agnreandel berbicara, aku segera menarik tanganku dan menyembunyikan wajahku dengan kedua lenganku. Aku merasa tidak pantas menunjukk
'Pandanganku semakin kabur,' pikir pangeran Agnreandel.Lalu, tiba-tiba pandangannya gelap, dan beberapa detik setelahnya, pandangannya kembali."Siapa kamu?!"Aku tersentak saat mendengar suara tersebut berasal dari mulutnya. Aku bingung, terheran dan berbalik untuk melihat sosoknya. Dari tatapannya, ia benar-benar tidak mengenalku.Tetapi...Aku merasa tatapannya sama dengan orang itu saat aku pertama kali menatap matanya.***Di kota yang megah yang memiliki banyak gedung-gedung menjulang tinggi, seorang pria berpakaian rapi yang terlihat formal sedang mengendarai mobil mewah berwarna biru Dongker sendirian. Tatapannya sangat tajam. 'Kenapa ia tiba-tiba menghilang!?''Disaat aku hampir meraih tangannya, ia menghilang di hadapanku.''Aku berpikir itu adalah mimpi, tetapi ia benar-benar menghilang sejak itu.'Pria tersebut terus terbenam di pikirannya sambil fokus menatap jalan raya. Sebuah mobil mulai memasuki gerbang yang mana gerbang tersebut mengelilingi gedung dengan arsitektu
Aku menoleh ke belakang perlahan dan melihat sepasang matanya yang benar-benar tidak mengenaliku. Tetapi tatapannya masih sama meskipun ia sepertinya tidak mengenaliku. Aku tersentak dan kemudian mendekat padanya dan mencoba menyentuh wajahnya.Ia kaget karena aku tiba-tiba mendekat dan ia segera menepis tanganku. Tubuhku terasa mulai bergetar, namun aku menahan ekspresiku yang mulai ketakutan dengan menundukkan wajahku."Aku tidak mengenalimu! Dan, jangan beraninya kamu menyentuhku!" Ia menunjukkan wajahnya yang kejam. Aku jelas melihatnya apalagi ia disinari cahaya dari kembang api.'Apa ada orang yang masuk ke dirinya seperti kami? Dan... apakah ia akan tetap mencintaiku?' Aku merunduk dengan tatapan yang sedih. "Ma, maaf!" Ucapku dengan suara kecil. Namun, orang itu tersentak saat ia mendengar suaraku dengan disertai ekspresi yang aku tunjukkan.Kembang api terus menyala. Disaat tidak ada lagi suara ledakan, malam kembali sunyi. Cahaya dari batu sihir di ruangan ini kembali meny
"Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku
Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m
"Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me
"Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s
Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel
"Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men
Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur
'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak
Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke