Share

156th Story: Kelemahan

Author: _yukimA15
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung."

"Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini."

"Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya."

"Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?"

Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan.

"Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.

Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'

Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    157th Story: Turnamen

    "Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    158th Story: Menjadi Kejam

    Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    159th Story: Lebih Terbuka

    "Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    First Story: Viyuranessa Roseary

    Seorang wanita berambut perak kebiruan yang panjangnya hingga melewati pinggulnya, berdiri di atas panggung yang didirikan di tengah lapangan akademi. Guillotine tertampak jelas oleh mata blue diamondnya. Ia menunjukkan ekspresinya yang dingin. Tatapannya yang datar mengarah pada seorang Pangeran yang bersurai hitam. Tatapan tajam dari iris Red Diamond pria tersebut tidak lepas dari pandangan wanita dingin tersebut padahal terdapat wanita berambut pendek berwarna hijau toska di belakangnya yang melihatnya dengan iba. Gadis yang akan berakhir di guillotine, disuruh mengucapkan ucapan terakhir. Mata birunya masih mengarah pada Pangeran yang berjarak sekitar dua langkah darinya. Tatapan dingin gadis yang bernama Viyuranessa Roseary mulai berubah menjadi lembut. Ia tersenyum lebar."Aku mencintaimu.""Aku berharap atas kebahagiaanmu."Bilah tajam dari guillotine mulai ditarik oleh gravitasi bumi. Viyuranessa Roseary mempertahankan senyumannya dengan perasaan damai disaat ia mulai menutu

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Second Story: Aku dan Adikku

    "Apa Lady Viyura bersikap aneh hari ini karena putra mahkota akan datang ke mansion ini untuk-?" ucap Klea."Apaan itu?!" tatapanku masih datar, padahal aku sedikit bingung."Pa-nge-ran??""Iya! Yang Mulia Pangeran Agnreandel Leansane Diamondver datang akan datang ke mansion ini untuk mengumumkan pertunangan dengan anda, Lady! Anda sangat menantikan ini dari kemarin-kemarin. Apa karena senangnya hingga lupa?"Aku mencerna ucapan Klea. Lalu, aku terpikirkan tentang peristiwa saat Viyuranessa berumur duabelas tahun.'Ternyata sudah kejadian yang ini, berarti aku saat ini sudah berumur dua belas tahun.'Aku menekan bibir bawahku dengan jari telunjuk. Lalu, mataku yang datar, tiba-tiba terbuka lebar.'Kesampingkan itu dulu, lebih baik aku menemukan keberadaan Azu. Semoga saja... dia merasuki orang itu!'Sebelum aku pergi ke kamar saudari Viyuranessa, Celzurunessi Roseary, aku harus merapikan diriku, mengingat diriku adalah bangsawan. Padahal sebelumnya aku tidak peduli dengan penampilanku.

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Third Story: Pertemuan

    "Apa kak Yu sudah baik-baik saja?""Ya. Tadi itu mungkin karena ingatan Viyuranessa yang tiba-tiba muncul di kepalaku.""Ingatan?"Aku mengangguk dan mengatakan, "Kemungkinan, kita akan mengingat semua kenangan mereka sebelumnya, Zu!""Oh."Aku dan adikku sedang berjalan melintasi mansion. Kami perlu menjelajahi kawasan ini tentunya untuk mengingat tata letak kediaman yang baru bagi kami. Meskipun, suasana kediaman baru kami ini terasa tidak asing bagi kami."Zu! Hal pertama yang harus kita siapkan itu... Sepertinya, kita memerlukan susu, Zu!" ucapku."Huh!? Untuk apa?" ucap Celzuru yang tentunya terheran. "Kalau untuk membuat susu stroberi, baru aku mau. Tapi, disini tidak ada blender. Kenapa jadi itu hal pertama yang harus disiapkan!?""Susu stroberi, tinggal dikocok manual juga bisa," ucapku. "Dengan susu, kita bisa membuat mentega, krim, keju, dan juga... mozarella. Jadi, kita bisa membuat pizza, spageti, dan... Ya, mengingat dimana kita sekarang, tidak mungkin aku harus memakan s

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Forth Story: Penolakan

    "Benar rumor katakan, anda sangat cantik. Dan ternyata anda lebih cantik jika terlihat dari dekat!" Pangeran itu melangkah mendekat untuk melihat wajah calon tunangannya lebih dekat. Aku masih merundukkan kepalaku dan berharap hari ini cepat berakhir. Merasa terhiraukan, dengan suara bisikan kecil, Putra Mahkota itu mengatakan kepadaku, "Apakah anda adalah bangsawan? Anda sungguh tidak sopan. Saya tidak pernah melihat bangsawan yang kurang ajar seperti anda. Seorang bangsawan itu selalu diajarkan untuk menegakkan kepalanya dan tersenyum. Apalagi, di hadapannya adalah seorang Putra Mahkota."Setelah mendengar ucapan Pangeran Agnreandel, mataku terbuka lebar karena terkejut. Dahiku mulai mengkerut hingga alisku tertarik mendekati celah kedua mata. Hinaan seperti itu, tidak masalah bagiku.Aku segera memejamkan mataku sebentar untuk mencerna ucapannya. Setelah menerima ucapan hina itu, aku segera mengembalikan wajah santaiku.'Aku harus melawannya! Itu yang kami rencanakan. Jangan menu

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    Fifth Story: Nama Panggilan

    "Yu!?" gumamku. Aku baru sadar bahwa Pangeran Agnreandel menyebut nama singkatku yang hanya dipanggil saudariku. "Bukankah anda dari tadi memanggil saya dengan nama yang disebutkan adikku tadi? Anda tidak perlu memanggil nama terlalu singkat itu, Yang Mulia! Nama panggilanku itu Viyura.""Apa saya tidak boleh memanggil anda dengan nama itu? Kalau begitu, panggil saja aku dengan nama yang kamu inginkan!" ucap pangeran Agnreandel."Saya tidak keberatan karena itu hanyalah nama. Terserah anda!" ucapku."Baiklah, My Lady!" Pangeran Agnreandel segera berdiri. "Saatnya saya kembali."Aku ikut berdiri, "Terima kasih atas waktu berharga anda, Yang Mulia!"Bukannya segera keluar, Pangeran Agnreandel malah menghampiri ku yang merupakan tunangannya. Tatapannya tajam dan senyuman kejam khasnya, terukir di wajahnya tampannya. Aku hanya merundukkan kepalaku untuk menghindari tatapan Pangeran Agnreandel.Aku terkejut saat pangeran menarik tanganku hingga tubuhku tertarik mendekat kepadanya. "Yang M

Latest chapter

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    159th Story: Lebih Terbuka

    "Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    158th Story: Menjadi Kejam

    Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    157th Story: Turnamen

    "Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    156th Story: Kelemahan

    "Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    155th Story: Mata-mata

    Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    154th Story: Perdebatan

    "Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    153rd Story: Pelatihan

    Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    152nd Story: Buku Diary

    'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak

  • Ketika Si Jenius Menjadi Tokoh Antagonis    151st Story: Tidak Ingin Melepaskan Diriku

    Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke

DMCA.com Protection Status