Aku menoleh ke belakang perlahan dan melihat sepasang matanya yang benar-benar tidak mengenaliku. Tetapi tatapannya masih sama meskipun ia sepertinya tidak mengenaliku. Aku tersentak dan kemudian mendekat padanya dan mencoba menyentuh wajahnya.Ia kaget karena aku tiba-tiba mendekat dan ia segera menepis tanganku. Tubuhku terasa mulai bergetar, namun aku menahan ekspresiku yang mulai ketakutan dengan menundukkan wajahku."Aku tidak mengenalimu! Dan, jangan beraninya kamu menyentuhku!" Ia menunjukkan wajahnya yang kejam. Aku jelas melihatnya apalagi ia disinari cahaya dari kembang api.'Apa ada orang yang masuk ke dirinya seperti kami? Dan... apakah ia akan tetap mencintaiku?' Aku merunduk dengan tatapan yang sedih. "Ma, maaf!" Ucapku dengan suara kecil. Namun, orang itu tersentak saat ia mendengar suaraku dengan disertai ekspresi yang aku tunjukkan.Kembang api terus menyala. Disaat tidak ada lagi suara ledakan, malam kembali sunyi. Cahaya dari batu sihir di ruangan ini kembali meny
"Aku hanya penasaran kenapa senyumanmu sangat menarik.""..."Aku tidak dapat membalas ucapannya karena pastinya aku terkejut, hingga suasana pun menjadi canggung. Aku segera memasang kembali earphone pada kedua telingaku dan kembali mengerjakan tugasku.Ia masih duduk di sebelahku dan memperhatikan pekerjaanku. Ia bahkan mengkoreksi pekerjaanku dan membantuku dalam menyelesaikannya.Setelah pekerjaanku tadi usai, kami membicarakan banyak hal hingga hal aneh seperti apa yang terjadi pada kita setelah kematian dan apakah tuhan itu benar-benar ada."Aku selama ini berpikir... Apakah ada kehidupan setelah kematian terjadi?" Tanya pria itu padaku.Aku mengatakan, "Kamu bingung dengan hal tersebut? Kalau menurut pemahamanku dengan banyak hal yang ku perhatikan selama ini... Manusia memiliki ruh dan tubuh manusianya. Dan setelah manusia mati, ruh meninggalkan tubuhnya sedangkan tubuhnya kembali ke bumi.""Kalaupun tuhan memang ada... Yang pastinya kita akan tahu ada atau tidak setelah kemat
"Owh.... Sepertinya, berita ini sudah menyebar luas."***Di hari tersebut, ratu Osfellia datang ke kamar putranya."Ia tertidur...""Cepatlah bangun, putraku!" Wanita bersurai sama dengan putra mahkota segera mengusap lembut wajah putranya. Lalu, ia segera mengecup dahi pangeran Agnreandel yang masih tertidur di ranjang."Wanita yang kamu cintai, menunggu dirimu!""Selamatkan dia!""Ibunda mempercayaimu!""Ibunda mohon... Berbahagialah bersama dengannya! Kemampuan dirinya bahkan mungkin bisa menyelamatkan kita...""Tuhan akan selalu memberikan yang tebaik untuk takdir kita.""Ini juga demi ibunda dan juga...""Kakekmu!"***Di kerajaan tertangga yang bernama kerajaan Lezarion, seorang putra mahkota mendengar kabar yang mengejutkan dari bawahannya. Ia sedang duduk santai di sebuah sofa yang mana seseorang wanita sedang berbaring dan tertidur yang sedang menjadikan pahanya menjadi bantal. Tangan Sang Putra Mahkota sedang mengelus lembut surai wanita tersebut."Viyuranessa Roseary...?"
Aku menatap dirinya dengan iba. Aku menggosok halus punggungnya hingga rambutnya. Aku tersenyum kecil. Aku ingin ia tenang dan mengeluarkan sisi negatif dari pikirannya."Semua baik-baik saja, Rean!"Ia mengangkat wajahnya, dan aku melihat wajahnya yang sembab. Aku menyentuh wajahnya dengan lembut. Kemudian ia menggenggam tanganku yang menyentuh wajahnya. Ia mengelus punggung tanganku dengan wajahnya.Aku kembali tersenyum, aku mengangkat pinggulku dan menumpu beban tubuhku pada lututku hingga tinggiku menjadi lebih tinggi darinya. Aku menyentuh kedua sisi wajahnya dan mencium dahinya dengan lembut. "Yu?"Ia tercengang dan wajahnya memanas. Pipinya menjadi merah seolah-olah memadukan dengan warna matanya. Ia merunduk untuk menyembunyikan wajahnya. Aku pun tersentak saat menyadari yang telah ku lakukan beberapa detik lalu. Wajahku spontan memerah."Ma- maafkan aku!"Aku segera berdiri dan mencoba kabur darinya karena merasa malu dengan apa yang telah ku lakukan."Tunggu dulu!" Ia mena
Keesokan harinya, aku sudah kembali ke kamarku di kediaman duke Roseary. Saat ini diriku memutuskan untuk istirahat sebelum kembali beraktivitas di akademi.Sedangkan di istana, Rean mengadakan pertemuan dengan ibunya. Saat ia menemui ibunya di sebuah gazebo di taman, ia segera memeluk ibunya dengan erat yang pastinya ibunya tahu bahwa putranya sedang memikirkan rasa bersalahnya."Melihatmu seperti ini, sepertinya kamu sudah kembali dan mengingat semuanya, putraku!" Rean melepaskan pelukannya dan ibunya dapat melihat wajahnya sangat sedih."A... Aku... Aku takut ia membenciku!"Sang ibu menyentuh wajah anaknya dengan lembut. Lalu, ia tersenyum. "Gadis itu... Orang sepertinya adalah orang yang ibunda cari selama ini.""Orang yang ibunda cari?""Iya... Ia telah menyelamatkan kamu dan ibunda... Terutama kakekmu, Agnre!""Bahkan kakek juga?""Seperti dirimu yang begitu peduli dengan kakekmu, bahkan ibunda sendiri juga sepertimu..."Ratu Osfellia mengangguk lalu ia segera duduk, ia memper
"Kamu sedang menangis?" Sang Putra Mahkota berada semeter di belakang gadis tersebut."Marah! Aku sedang marah!"Gadis tersebut menoleh ke belakang dengan tatapan yang tajam."Hah!? Yang mulia putra mahkota!?" Gadis tersebut tersentak, berbalik dan menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya."Marah?" Putra mahkota tersenyum tajam dengan tatapan angkuh. "Terus kenapa!?"Gadis kecil tersebut mulai menjauhkan tangannya dari wajahnya, pria kecil tersebut bisa melihat tatapan yang murung darinya. "Karena aku memukul orang itu! Padahal, aku memukulnya karena ia mengganggu adikku! Tetapi kepala pelayan yang bekerja untuk keluarga kami itu selalu menyalahkanku! Ia selalu saja merendahku dan menceritakan semua kekuranganku kepada orang tuaku dan mereka menerimanya begitu saja! Setiap aku melakukan kesalahan kecil, mereka selalu mengatakan percuma saja cerdas jika hal sekecil itu saja tidak dapat berpikir! Aku jadi takut melakukan kesalahan sehingga aku selalu berusaha melakukan semua hal d
Keesokan harinya, Rean mengunjungi kediaman Marquis Frossel yang mana Jesshiena menjadi tahanan rumah disana. "Kenapa seorang putra mahkota datang kemari untuk menemuiku!?" Jesshiena menyilangkan tangannya di depan dadanya dengan ekspresi yang angkuh."Jesshi! Ku rasa kamu sudah mengingat semuanya, bukankah begitu?""Iya! Aku mengingatnya saat aku terpuruk dengan kekalahanku waktu itu. Dan, jadi kamu menemuiku setelah kamu mengingat semuanya. Terus kenapa!?""Dan cerita novel itu, bukankah kamu yang menulisnya?""Ya, itu aku! Di masa itu, aku sering bermimpi, jadi aku menuliskan nya. Ternyata itu adalah ingatanku. Aku menambah akhirnya ceritanya karena kamu tidak mungkin mencintaiku dan aku hanya ingin aku berakhir bahagia di cerita itu meskipun hanya cerita," ucap Jesshiena dengan murung. Rean memilih diam karena Jesshiena Frossel masih ingin mengatakan sesuatu."Aku membuat wanita itu menjadi karakter antagonis karena ia sangat berisik, ia selalu saja menyuruhku menjauhimu. Aku me
Jesshiena Frossel datang ke akademi dan tentunya ia tidak disambut baik oleh semua siswa siswi yang melihatnya. Karena ia sudah memperkuat tekadnya, ia masih berdiri tegak selama perjalanannya menuju kelasnya. Saat Jesshiena Frossel datang ke kelasnya, suasana kelas jadi sunyi."Lady Jesshiena!" Finne tersentak dan segera menghampiri Jesshiena dengan bersemangat. "Anda kembali!?""Iya, Finne!" Jesshiena Frossel tersenyum."Saya senang anda kembali berada di kelas ini lagi! Saya sangat bersyukur kalau anda baik-baik saja!"Jesshiena segera menyentuh ubun-ubun Finne dan mengusapnya dengan lembut. "Terima kasih atas perhatiannya, Finne! Aku tidak menyangka masih ada orang yang peduli denganku! Aku senang dengan itu!"Jesshiena melirik ke posisi bangku yang biasa diduduki oleh Viyuranessa Roseary."Anda mencari lady Viyura?" Ucap Finne saat melihat arah pandangan Jesshiena.Jesshiena Frossel mengangguk."Ia sedang cuti, Duke Roseary sudah meminta izin kepada kepala akademi untuk perizinan
"Hei, Rean! Kencan kita batal!" "Hah!? Oi, kenapa, Yu!?" Pria berstatus Putra Mahkota kerajaan Diamondver tersebut spontan memucat hanya karena kalimat tersebut. "Malezz, mau tidur! Sampai jumpa nanti!" Aku segera melangkah maju sehingga para Lady yang berada di hadapanku dengan senang hati bergeser kesamping untuk menyediakan jalan untukku lewat. Mereka segera menutupi jalan tersebut dan bersemangat lebih mendekat ke sosok pria itu. "Kalau begitu, kenapa anda tidak kencan saja dengan kami, Yang Mulia!?" "Lupakan saja wanita kasar itu!" "Iya! Ia sangat kejam, tidak cocok untuk menjadi permaisuri anda!" Rean yang sebelumnya masih shock, spontan berubah menunjukkan ekspresi wajahnya yang penuh intimidasi. "Kalian sangat berisik! Aku tidak peduli dengan kalian, yang ku inginkan hanya Viyuranessa Roseary! Dan, menyingkirlah!" Para Lady bersikeras tidak memberikan jalan. Dengan sihirnya, Rean membuat jalannya sendiri. Ia melangkah di jalan sama yang telah ku lewati. Aku
Zennofer turun dari ketinggian dan mengejutkan Riliana dan Celzuru di depan gerbang. "Gwaakhh!!!" "Maaf mengagetkanmu." Zennofer meminta maaf dengan gerakan formal. Celzuru memperhatikan pria yang belum pernah ia lihat itu, namun ia merasa kalau ia mengenalnya. "Ooooh! Hoi! Kamu! Apa kamu itu Zennofer?" "Siapa?" Zennofer terheran. "Aku adik kak Yu!" "Yu? Siapa itu?" "Itu! Aku Celzurunessi Roseary! Kakakku sudah menceritakan tentang kamu!" "Ooh!" Zennofer menjadi lebih bersemangat. "Kamu tahu tentangku!?" Zennofer di kejauhan melihat Ella sedang menghampiri Celzuru. Zennofer segera melarikan diri dengan kecepatan tinggi. "Kita bicara saja nanti, sampai jumpa adiknya Viyuranessa!" "Woi! Malah pergi.""Siapa yang kamu maksud, Zu?" Ella sudah tepat berada di belakang Celzuru."Kenalan kak Yu dari Lezarion." Saat itu Celzuru berpikir, 'Sepertinya kak Yu tidak ingin keluarga Kerajaan tahu tentangnya. Apalagi dia pembunuh salah satu keluarga mereka.'"Dia tiba-tiba m
"Lihatlah Lady Jenius itu, adiknya lebih berkarisma." "Lihatlah Lady Jenius itu hanya diam saja, apakah ia tidak bisa menari? Hem, bukankah tentunya pria mana yang ingin mengajaknya menari?" "Lihatlah Lady Jenius itu, gaun yang ia gunakan sama seperti yang ia gunakan pesta dansa kemarin. Apakah ia tidak memiliki banyak gaun sehingga menggunakan gaun usang itu lagi?" *** Saat aku masih kecil, aku pernah di kerumun oleh banyak lady seumuran denganku, mereka tidak henti mengatakan banyak kata hina yang membuatku kesal. "Lady Jenius! Kamu itu tidak berguna sebagai wanita bangsawan! Apa itu dengan gaunmu itu!? Usang!" "Betul itu! Contohkan saja adikmu itu! Lihatlah mana yang lebih baik! Bukankah lebih baik kamu menjadi rakyat jelata saja? Hahahaha!" "Setiap pesta menggunakan pakaian ini terus. Bukankah keluargamu kaya? Adikmu bahkan selalu memakai pakaian model bagus dan terbaru." "Bukankah Lady Jenius sama sekali tidak dicintai keluarganya?" "Hahahaha!" Mereka tertawa. Melihat me
"Oh, itu benda yang kamu maksud. Aku juga baru kali ini melihatnya secara langsung.""Aku sudah meminta Derald melakukan penelitian yang berhubungan dengan hal ini.""Kamu sudah memikirkan hal itu? Aku pernah memberi saran tentang hal ini kepada Raja. Sepertinya, mereka sulit memahaminya.""Aku sudah membaca semua saran yang kamu tuliskan kepada ayahku sebelumnya. Aku akan merealisasikan semuanya. Karena itu... Bukankah kamu seharusnya lebih mengandalkan diriku daripada mereka?" Rean menunjukkan seringai yang seolah-olah mengejek keputusanku yang sering mengandalkan orang lain dibandingkan dirinya. Aku segera mengalihkan arah pandangan."Ya, bagaimana lagi? Kamu itu terlalu sulit didekati! Jalan pikiranmu itu sulit diprediksi," ucapku sambil membuang muka.Wajahku kembali datar. Aku terdiam dan berpikir, 'Ia akan merealisasikan semua yang ku pikirkan... Aku merasa senang.'Ia tercengang melihat raut wajahku yang berubah. Dari tanpa ekspresi menjadi bersemangat bahkan dihiasi dengan s
Aku segera berbalik dan melangkah pelan menuju ranjang. Suasana sunyi ini hanya terdengar langkah pelan kakiku.'Aku tidak seharusnya mengganggunya. Tapi setidaknya, aku berharap bisa meringankan bebannya.''Aku juga tidak bisa memintanya ikut serta dalam hal ini... Dan masalah yang belum usai ini, aku akan mengandalkan diriku sendiri dan ada beberapa orang yang ku percayai. Aku tidak sendirian di kesempatan yang ia berikan ini!''Ia cukup melangkah di jalannya tanpa memperhatikan diriku.'Saat Rean melihatku, ia tersentak saat melihatku terdiam, sedikit murung dan hanya tenggelam di pikiranku.Ia berpikir, 'Heh!? Apa yang membuatnya murung? Apakah ada kesalahan kata yang ku ucapkan? ...' Rean tersenyum kaku saat menyadari suatu hal.'Oh! Bukankah barusan aku menolak permintaannya?'Aku terheran saat aliran angin mulai mengelilingi tubuhku. Aku terangkat ke udara dan melayang hingga aku terduduk di sofa. "Kamu di sini saja, Yu!"Aku mengerutkan dahiku. 'Apa sih yang ia mau!?'Menghel
"Aku masih belum kalah, Rean!"Dengan kekuatan sihir listrikku, aku menyambung serpihan pedang yang hancur hingga pedang tersambung kembali dan utuh. Semua orang tercengang dengan hal tersebut termasuk dirinya. Aku berhasil menahan serangannya.Rean menyeringai. "Hee..."Aku memperketat ikatan molekul pedangku, ujung pedangnya yang memberikan tekanan yang kuat tidak mampu membuat pedangku hancur kembali. Ia semakin memberikan tekanan yang kuat hingga pedangnya yang hancur."...!?" Mata merahnya sedikit lebih terbuka."Rean bodoh!"Rean pastinya kalah saat ujung pedang yang ku pegang ini hampir mengenai lehernya. Ia mengangkat kedua tangannya sebagai tanda kekalahannya "Haha! A, aku menang!" Aku tersenyum lebar dengan nafas yang masih ngos-ngosan."Ya, aku kalah... Selanjutnya, aku tidak akan kalah.""Lagipula ini hanya pertandingan bersyarat.""Tapi, tetap saja aku kalah.""Padahal kamu bisa menghancurkan pedangku jika pedangmu itu dialiri bor angin misalnya. Kamu saja yang lambat men
Di koridor istana yang tentunya sangat luas dan panjang, aku berjalan dengan langkah kaki yang cepat. Rean menyamankan langkah kakinya di belakangku."Menyebalkan! Bisakah kamu tidak mempermalukanku!?""Aku hanya mau melihat ekspresi wajahmu yang lucu itu seratus persen. Itu sangat manis, Yu!""Huh!!?" Aku merasa semakin malu hingga langkah kakiku jadi semakin cepat. Rean terkekeh dan kemudian tertawa. "Hahahaha...""Jangan menertawaiku! Menyebalkan! Sana kembali melakukan pekerjaanmu!""Tidak mau..."Saat akan berbelok, aku hampir tertabrak dengan seorang pria berambut pirang. Untungnya aku sudah berhenti melangkah."Nean?""Selamat siang, Putri Mahkota!""Bisakah kamu memanggilku seperti biasanya? Kita tidak dalam kegiatan formal sekarang."Aku melihat senyuman tipis dari Nean. Ia mengatakan, "Ya. Aku hanya ingin mencoba memanggilmu dengan gelar itu."Aku dengan bersemangat menepuk-nepuk bahu Nean. "Haha! Kamu nanti bahkan akan memanggilku kakak ipar! Aku jadi kakakmu, padahal umur
'Hentikan aku, Viyuranessa!'***Aku dan Rean telah tiba di istana. Rean meletakkan tubuhku ke ranjang dengan hati-hati. Ia duduk di sebelahku dan mengusap wajahku yang mana saat itu aku sedang tertidur pulas."Aku akan mengerahkan semua kemampuanku demi dirimu, Yu...""Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.""Aku akan menghancurkan belenggu-belenggu itu!"Ia mengambil beberapa helai rambut perak kebiruanku dan mengecupnya. Ia menyeringai yang menunjukkan raut wajahnya yang sangat bersemangat saat ia berpikir ia memenangkan dalam keberhasilannya memiliki diriku.Ia keluar dari kamarnya untuk menemui Rennel. Mereka membicarakan banyak hal hingga Rennel mengatakan informasi penting kepada Rean."Ada kabar penting dari Paduka Raja Leondeandel. Ia ingin segera mengatakan langsung kepada anda, Yang Mulia."Aku tidur semalaman. Aku terbangun saat fajar. Aku memperhatikan pakaianku sudah berganti menjadi pak
Mendengar semua cerita yang diucapkan dari mulutnya, aku terdiam. Saat itu, aku menundukkan kepalaku sambil mengambil ikan yang telah matang dipanggang. Suasana canggung saat kami memakan ikan tersebut karena tentunya aku terdiam meskipun pandangannya tidak lepas dari diriku.Aku berpikir, 'Setelah tahu semuanya, aku jadi bingung harus melakukan apa...''Ia benar-benar mencintaiku...''Aku jadi merasa bersalah karena tidak menyadari perasaannya padaku. Aku malah selalu kabur, mau berapa kali pun ruang dan waktu berganti, aku masih tidak berubah!''Apakah aku harus tetap seperti ini!?''Kalau ia memang benar-benar menginginkan diriku. Bagaimana bisa aku menolak keinginannya yang bahkan merupakan harapanku selama ini?Setelah perutku merasa cukup, aku segera berdiri. Aku melangkah dan berdiri tegak di dekat sungai. Aku segera melepaskan gaunku dan menyisakan pakaian dalamku. Rean hanya terkejut kenapa aku tiba-tiba melepaskan pakaianku.Aku segera nyebur ke