Keyla menyuap potongan martabak telur hingga menggembungkan pipi-pipinya. Ia mengunyah makanan dimulutnya dengan perasaan kesal yang menggerogoti jiwa. Ditengah kegiatannya mengunyah makanan itu, Dion— putra pertama Fathan memanggilnya.
“Wappah?” tanya Keyla, berucap tak jelas karena makanan yang belum sepenuhnya dapat dirinya lumat.
“Tante Keyla laper? Kok kayak orang belom makan seharian makannya?”
Sebelum menjawab pertanyaan Dion, Keyla menenggak air mineralnya. Ia berkata bahwa dirinya sangat-sangat kelaparan berkat kelakuan absurd daddy anak itu. Fathan telah membuatnya terbakar emosi hingga menyedot seluruh energi tubuhnya.
Mendengar penjelas calon ibu dirinya, Dion pun mengangguk-anggukkan kepala.
“Dion, sini Bang. Mommy katanya mau ngomong sama kamu.” Teriak Fathan sembari melambai-lambaikan tangannya agar sang putra menghampirinya.
Dion pun bangkit berdiri dari kursi plastik yang dirinya duduki. “Bentar ya, Tante. Punya Dion makan aja nggak, Dion udah kenyang liat Tante makan.” Ucap Dion lalu berlari menghampiri Fathan yang berada disamping mobil mereka.
“Key, Key!!”
Panggilan dan tepukan pada punggungnya membuat Keyla berjengit kaget. “Sialan lo, Gil. Kaget gue!” amuknya pada teman satu sekolahnya dulu.
Kebetulan mereka selalu bersekolah ditempat yang sama. Hanya ketika melanjutkan ke tingkat perguruan saja mereka terpisah.
“Gue liat lo tadi turun dari mobilnya Mas Fathan.”
“Hah?! Berarti lo udah disini dari lama?” tanya Keyla, menyerobot.
“Yoi. Gue dipojokan situ tuh bareng Gani.” Agil mengangkat tangannya, membuka jari telunjuknya dan menunjuk lokasi yang dirinya maksudkan. Ditempat yang pemuda itu tunjuk, Gani saudara kembarnya tampak memperhatikan interaksi keduanya dengan tangan berisikan piring.
“Eh, ke distract kan gue jadinya!! Lo sih pake motong kata-kata gue!”
Agil terlebih dahulu mengamati Fathan dan Dion. Ketika merasa kedua orang itu masih sibuk, ia pun kembali menuntaskan rasa keponya. “Lo kok bisa bareng Mas Fathan? Nggak takut dilabrak bininya lagi, Key?”
“Iya nih Mbak Key.”
“Ajegileee!! Bang Mamat!” pekik Keyla, mengamuk pada tukang sate ayam langganannya yang tiba-tiba saja memunculkan eksistensinya di sekitar mereka.
Sudah dua kali ia dibuat terkejut hanya dalam waktu selang beberapa menit. Satu orang lagi saja mengikuti jejak mereka, jantungnya bisa-bisa melompat keluar menembus dada.
“Misi-Misi kek Bang. Jantungan nih saya!” berengut Keyla.
Bang Mamat menyengir. Pria itu meletakkan pesanan Keyla ke atas meja. Pria itu lantas meminta maaf. Ia mengatakan jika dirinya pun kaget kala melihat Keyla datang bersama Fathan. “Mana sama anaknya yang paling gede lagi,” Bang Mamat kemudian menambahkan kalau pemandangan itu terlihat seperti keluarga cemara.
Seketika Keyla pun mengetuk pelipisnya kuat-kuat. “Amit-amit jabang bayi.” cicitnya, merasa tak sudi.
“Bang Mamat nggak liat muka tertekan saya? Nggak usah bikin gosip deh! Malem ini saya lagi emosi tingkat dewa nih!” imbuh Keyla, menyuarakan perasaan yang bergejolak di dalam hatinya.
“Kan Bang Mamat penisirin, Mbak. Denger-denger istrinya Mas Fathan udah lama nggak keliatan. Jangan-jangan, itu gara-gara Mbak Key ya?”
“Key, lo jadi pelakor sekarang?!” Pekik Agil seusai Bang Mamat melayangkan kekepoannya.
Tuduhan tanpa dasar keduanya membuat Keyla meradang. Emosinya yang sudah tinggi, semakin memuncak hingga ia dengan reflek meraup wajah Agil menggunakan kelima jarinya.
“Sembarangan aja congor kalau ngomong!! Gue ditembak Gani yang single aja gue tolak, apalagi Mas Fathan yang buntutnya udah dua! Sorry nggak level ama laki orang.” Oceh Keyla, sewot.
“Wah, Mbak. Ati-ati loh, Mbak. Biasanya kalau sesumbar gitu, ntarnya malah jadi beneran.” Tutur Bang Mamat, memperingati Keyla supaya tak enteng membuka rahang.
“Pait-Pait! Bang Mamat mending ngebakar sate lagi aja deh! Antrian banyak tuh! Diarak pelanggan tau rasa loh, Bang!!”
Benar saja! Para langganan yang mengantri mulai bersorak, meminta Bang Mamat untuk segera melayani mereka. Pria yang asyik mengintrogasi Keyla itu lantas bersiap untuk menenangkan pelanggan-pelanggannya. Namun sebelum ia meninggalkan keduanya, Bang Mamat meninggalkan pesan kepada Agil. “Mas, jangan lupa spill infonya ke Abang ya. Lumayan nih dijual ke Lambe Nyonyor!”
“Sip!” sahut Agil, tak lupa dengan ibu jarinya yang berdiri tegak.
Setelah hanya punggung Bang Mamat saja yang terlihat, dengan tampang seriusnya, Agil pun mencoba mengkonfirmasi tanda tanya besar dikepalanya. “Key, beneran enggak kan?!”
Agil takut jika temannya terlibat kasus pencurian suami orang. Secara, Indonesia akhir-akhir ini sedang tidak baik-baik saja. Banyak wanita muda yang rela menyakiti sesamanya. Berhubung Keyla pernah menjadi cem-ceman saudara kembarnya, ia pun mempunyai kepedulian untuk menyadarkan gadis itu.
“Kagak! Ampun deh ah! Gue tuh...”
Keyla mengatupkan rahangnya kala telinganya menangkap deheman seseorang. Fathan sungguh datang diwaktu yang tidak tepat sehingga membuat Keyla malas melanjutkan kalimatnya.
“Eh, Mas Fathan. Mau duduk, Mas?!” tawar Agil, menggeser tubuhnya supaya Fathan dapat duduk disamping Keyla.
“Iya. Kamu Agil kan, yang rumahnya dibelakang rumah saya?!” bukannya menjawab, Fathan justru bertanya kembali.
“Cakep! Bener, Mas. Tiap pagi kita ketemu kalau Mas Fathan beliin buryam buat anak-anak.”
“Iya, iya, saya ingat. Kamu yang suka maksa beli kerupuk sampe 20 ribu padahal kerupuknya nggak dijual terpisah.”
Agil membuka mulutnya, memperlihatkan deretan gigi beriring dengan kekehannya yang menyembul keluar. “Pake diingetin segala, Mas.” Malu Agil, menggaruk kulit kepalanya yang tak gatal.
“Ada perlu apa sama Keyla?!”
Agil pun menatap Keyla. Binar matanya menyiratkan tanya yang besar, seolah dari sorot itu, dirinya tengah melemparkan sarkasme, ‘kata lo nggak bener?! Kok doi posesif banget?!’
“It-itu! Agil nanya kerjaan di kantor aku, Mas! He’em! Bentar ya! Penting ini!” Gugup Keyla kemudian menyeret Agil menuju meja yang Gani tempati. Ia tak ingin Fathan bersikap berlebihan dan menimbulkan kecurigaan di dalam benak Agil.
“Apaan tadi Key?! Lo daripada sama dia, sama Gani aja yang single! Bentar lagi dia gantiin bokap, jadi nggak kalah gede juga incomenya.”
“Haisyah!! Gani ngajaknya pacaran, bukan ke pelaminan! Emangnya gue bocah SMA apa! Lo aja deh, Gil! Besok ke rumah gue, bawa ortu lo buat ngelamar. Pasti gue terima!”
Agil menggeplak kepala Keyla. Ia beramit-amit, lalu menolak perintah tak masuk akal Keyla. “Nggak mau gue sama modelan lampir kayak lo!” sungut pemuda itu.
“Kampret!”
Keyla membalas hinaan Agil dengan cubitan mautnya disepanjang perut pemuda itu.
Agil yang menjadi sasaran kemaran Keyla pun mengerang kesakitan, meminta gadis itu agar tidak menganiaya dirinya yang menolak pinangannya.
“Ehem. Keyla.”
Keyla pun tersentak. Entah mengapa perempuan itu menjadi terkejut setelah mendengar suara pria dewasa yang ingin sekali dirinya hindari. “Y-yaa?” jawabnya dengan kepala berputar ke belakang.
“Sate kita sudah jadi kan? Ayo makan biar pulangnya nggak kemaleman.” Ajak Fathan. Suaranya terdengar begitu tegas sekarang.
Agil yang mencium adanya aroma perhatian tak wajar pun menarik-narik ujung kaos Keyla. “Key, kata lo nggak?” bisik Agil, semakin mencurigai Keyla.
“Ya emang nggak!!” Geram Keyla sembari menyentak lengan Agil.
Baru saja Keyla ingin membela diri, Suara Fathan yang tengah memanggil Dion pun mengacaukan niatnya.
“Dion, ini calon Mommy kamu ditarik. Nanti dia diambil sama Om Agil loh! Bawa kesana Bang, Mommynya.”
“M-Mas! Fitnah tuh lebih kejam dari pembunuhan loh!! Aku bukan calon Mommy-nya Dion, Mas! Jangan ngaku-ngaku kamu!!”
“Lah, saya kan nggak fitnah. Mami saya aja masih di rumah kamu kan abis lamaran tadi?”
Dan suasana pun seketika menjadi beku akibat pernyataan pria beristri itu.
“Mas! Kamu gila sih, nggak war..” teringat jika dirinya tak hanya berdua dengan Fathan, Keyla pun berdecih lalu memutar tubuhnya. Sekesal-kesalnya ia kepada suami pencari madu istrinya, Keyla masih mempunyai otak yang lurus untuk tidak mengajarkan keburukan pada anak dibawah umur seperti Dion.“Pokoknya jangan diulangin. Orang lain bisa salah paham terus ngira aku sebagai pelakor.”Dengan santainya, Fathan menyahut. “Ya beda atuh, Key. Pelakor itu kan kalau kamu ngerebut Mas dari Maminya Dion. Kamu kan nggak begitu. Kamu masuk ke rumah tangga kami buat nolongin Mas sama Mbak biar bisa rujuk.”Keyla pun dibuat megap-megap. Mulutnya terbuka lalu tertutup kembali— alasannya tentu karena Keyla harus mengisi oksigen ke dalam paru-parunya yang sekarat. Bayangkan saja ia sebagai ikan yang mendadak terdampar ke daratan dan ingin kembali ke habitatnya. Nah, seperti itulah ia sedang berusaha untuk tetap hidup ditengah keinginannya dalam meniadakan pria disampingnya.“Daddy, pelakor itu apa?!”
Keyla melepaskan tali shoulder bag dari tangannya, lalu.. Brak!! Melemparkan tas itu hingga berakhir mendarat ke atas meja kerjanya.Tindakannya yang serampangan pun membuat teman-teman satu divisinya menggelengkan kepala.Mereka ingin heran tapi ini Keyla— gadis yang terkenal mempunyai watak senggol bacok, tak terkecuali dengan atasannya sendiri.“Buset dah Key, dateng-Dateng main cosplay jadi atlet lempar lembing aja lo. Matahari baru muncul nih, jangan ngereog dulu.” Cemooh Hans, teman ghibah sekaligus partner merusuh Keyla selama bekerja.Eits, meskipun doyan berghibah, Hans ini merupakan laki-laki tulen. Tubuh kekar hasil nge-gym-nya bukan kamuflase belaka. Dibalik mulutnya yang nyinyir, Hans tetap lurus, tidak berbelok apalagi menjadi penyuka terong berkulit. Orientasinya masih selurus tol tanpa tikungan tajam pokoknya.“Tunggu Pak Boss ngeselin aja, baru dah, sono luapin emosi lo.” Imbuh Hans, meminta Keyla menyalurkan emosinya ke tempat yang tepat, setepat pada bos mereka yang
Keyla menyentuh bagian bawah tulang selangka kirinya dan melakukan beberapa kali pijatan disana. Gadis yang tengah menyembunyikan dirinya ke dalam pantry itu tampak berlomba menghisap udara di sekitarnya.Ia sungguh menyesal karena selama menjalani kehidupan bermalas-malasannya, ia hampir tidak pernah memasukkan olahraga ke dalam rutinitas bulannya. Bayangkan saja lah! Ia berlari dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari ruang kerjanya, tapi paru-parunya yang terlanjur menjompo berlagak lebay, seakan ia mengajak sepasang alat vital itu sprint mengelilingi enam benua.“Gue nggak obbess, tapi kenapa ngik-ngikkan gini sih? Padahal kan cuman pindah lantai doang!” Monolognya, mengomentari respon tubuhnya yang begitu lemah.Keyla lalu menyandarkan pinggulnya pada kabinet.“Bukan dia kan?”‘Dia,’ yang Keyla maksud tentu saja Fathan. Hanya pria itu satu-satunya manusia yang Keyla kenal dan mempunyai akses dengan petinggi perusahaannya.“Argh! Sumpah! Tau gini gue nggak pake jalur ordal, Cuk!”
Keyla menghadap Fathan dan Komisaris Utama dengan wajah yang sekaku balok papan cucian, benar-benar tidak ada senyuman yang gadis itu suguhkan pada para atasannya. Ekspresinya begitu datar bersama tatapan berani seakan dirinya tidak mempunyai rasa takut.“Than, Om perlu keluar?” “Nggak usah, Pak.” Seloroh Keyla, mendahului Fathan.Tak mengapa kalau dirinya terkena PHK. Ia akan memviralkan kekejaman perusahaan ke sosial media jika hal itu sampai benar terjadi. Biar saja semua masyarakat tahu kalau dirinya yang baik hati ini dianiaya hanya karena menolak pinangan keponakan Komisaris Utama perusahaannya.Melihat mimik wajah Keyla, Fathan pun tak bisa menahan kekehannya.“Nggak perlu, Om. Saudari Keyla sepertinya takut saya melakukan pelecehan kalau ditinggalkan hanya berdua.”‘Iya lah! Lo kan ngebet pengen ngawinin gue, Mas!’ dumel Keyla, membatin.“Begini Keyla, kamu salah paham. Mas cari kamu bukan untuk maksa nikah kok. Berhubung Mas tau k
Perseteruan hebat pun tidak dapat terhindarkan.Tepat setelah ayahnya pulang dari tempatnya bertugas, Keyla yang dilanda tekanan sampai ke tempat kerja pun mengadu kepada ayahnya. Karena aduannya itu, bundanya pun ikut terkena imbasnya. Akibat kemarahan yang tidak lagi bisa terbendung, sang bunda akhirnya meminta keluarga untuk datang ke kediaman mereka.“Kamu sudah gila ya? Beraninya kamu meminta anak semata wayang saya untuk dijadikan istri kedua!”“Yah, sabar. nggak akan kayak gitu kalau bukan karena kepepet.”“Terus kalau dia kepepet, anakku gitu yang harus jadi korbannya?!” Sentak tajam ayah Keyla. “Jangan ikutan nggak waras kamu, Bun. Anakmu ini mau dimanfaatin! Setelah dia balikan sama istrinya, nasib anakmu satu-satunya terus gimana?!” tuntutnya penuh akan kegeraman.Bunda Keyla kontan menundukkan kepala, tak mampu membalas ucapan suaminya. Sebagai seorang ibu, ia tidak ingin hidup putrinya hancur, tapi disisi lain, ia juga tidak tega melihat kebingungan sahabat baiknya.“Bun
“Keyla! Kamu budi ya? itu loh bel rumah kita ngereog!”Keyla melompat turun dari sofa kala sang bunda berteriak. Perempuan paruh baya itu meminta dirinya untuk membuka pintu, menghentikan aksi si pemencet bel yang ugal-ugalan.Sungguh calon tamu yang tidak mempunyai adab. Matahari bahkan belum sepenuhnya berada ditengah-tengah kepala, tapi sosoknya sudah mencari ribut dengan memainkan properti milik orang lain. Keyla jadi curiga jika tamu keluarganya pagi ini merupakan jelmaan bocah kematian.Keyla meletakkan tangannya di atas permukaan gagang pintu. Untuk sesaat, gadis itu terdiam ditengah gempuran tekanan bel rumahnya.‘Bener-bener dah ini orang!’ batinnya lalu mengembungkan dada, mengisi pasokan oksigen untuk bekal menyemprot tamu tak beradabnya. Setelah semuanya siap, ia menarik gagang pintu ke arahnya. “Beris-,” semburannya terhenti, terkalahkan oleh senyum serta jeritan anak kedua yang memanggil dirinya mommy.“Pagi Mommy..” Sapa Dion, ramah, seramah satpam sebuah instansi perba
Usai pendukung satu-satunya ikut luluh bersama sang bunda, Keyla kini tak lagi dapat mempertahankan status lajangnya. Setelah mengajukan tiga syarat penting, tujuh hari setelahnya, ia pun resmi menyandang gelar baru menjadi istri seorang Adiguna Jaya. Keduanya menikah siri sehingga proses pernikahan tak memerlukan waktu yang panjang dalam pengumpulan berkasnya. Sesuai dengan salah satu persyaratan yang Keyla ajukan, gadis itu ingin pernikahan mereka digelar secara tertutup. Kalau pun ada orang yang mengetahui pernikahan keduanya, ia tidak ingin berita tersebut disebarluaskan. Jadi cukup berhenti saja di orang tersebut.Selain tentang merahasiakan pernikahan dari khalayak umum, Keyla pun meminta statusnya diperjelas andai pernikahan mereka nantinya tercium oleh media dan para penggemar istri pria itu. Ia tidak mau orang-orang salah sangka, lalu menuduhnya sebagai seorang pelakor yang merebut pasangan wanita lain. Kedudukannya haruslah dilindungi mengingat seharusnya ia lah yang mendu
Fathan kembali tiga jam setelah dirinya memastikan jika Sesilia berhasil memasuki pintu kediaman ibu mertuanya dengan selamat. Perempuan itu berkata bahwa dirinya tidak akan lama berada di rumah, sehingga mau tak mau, Fathan bergegas pulang setelah tanpa sempat menyapa ibu dan ayah mertuanya. Padahal kesempatan tersebut seharusnya dapat Fathan gunakan untuk meniadakan kerinduannya. Sayang, sang istri mengusirnya bahkan sebelum dirinya menyempatkan singgah barang sejenak.Menikahi Sesilia yang merupakan model sekaligus seorang pemeran, Fathan sangat tahu resiko yang harus dirinya hadapi ketika mereka berumah tangga. Ia maklum jika Sesilia jarang mempunyai waktu berkualitas dengan keluarga kecil mereka dan sebesar pemaklumannya itu, sebesar itu pula lah rasa cintanya terhadap sang istri. Namun entah karena apa, belakangan ini, egonya sebagai pemimpin keluarga sedang tinggi-tingginya, terlebih kala putra-putranya mengeluhkan semakin kerapnya intensitas ketidakhadiran sang ibu pada acara-a
“Ya udah sana!” Setelah mengucapkan terima kasih, Fathan pun membangkitkan diri. Ketika ia melangkahkan kaki, suara ayah mertuanya kembali terdengar. “Kok kesana? Mau kemana kamu?!” tanya pria itu, lagi-lagi menyentak diri Fathan. Merasa tidak ada yang salah dengan tujuannya, Fathan pun tampak begitu polos mengatakan bahwa dirinya hendak pergi ke lantai dua— tepatnya ke kamar pribadi Keyla, sang istri. “Ngadi-ngadi maneh! Selesein dulu tuh urusan kamu sama ibunya anak-anak. Jangan mimpi bisa sekamar sama Keyla kalau belom ada surat cerai.” Daddy dari dua anak itu kontan terperangah. ‘Be-benarkah ini?’ batin Fathan, tak percaya. Jika dipikirkan kembali, perkataan ayah mertuanya secara tidak langsung seperti tengah memberikan dukungan. Kasarnya, ia bisa hidup layaknya pasangan normal lainnya setelah urusannya bersama Sesilia selesai. “Si-siap, Om. Saya pastiin sidang selanjutnya bakalan jadi sidang terakhir saya sama ibunya anak-anak.” Dukungan ayah mertuanya sangatlah bera
Sayonara Bandung! Karena pelaporan yang menyebar luas, Keyla pun mencemaskan kedua orang tuanya. Meski keduanya berkata baik-baik saja, sebagai seorang anak ia tetap mengkhawatirkan ayah dan bundanya. Untuk itulah liburan yang tiba-tiba ini juga harus dihentikan secara mendadak. “Padahal kita belom sempet datengin spot-spot seru di Bandung.” Fathan terkekeh. “Next time ya, Key. Libur akhir tahun kita keliling Bandung.” Janjinya, berniat membawa sang istri untuk kembali berlibur. Keyla pun hanya menggumamkan kata ‘ya,’ sebagai jawaban. “Kita kok pulang Dad? Kan baru sampe?” tanya Nakula, melongokkan kepala melewati dua jok yang Keyla dan Fathan duduki. “Ada urusan, Boy.” “Mommy bikin masalah lagi ya?” Kali ini, Dion lah yang bertanya. “Nggak, siapa bilang? Mommy kamu kemaren cuman maen doang kok.” Jawab Keyla, membuat Fathan tertegun. Meski tampak begitu kesal kala berhadapan dengan Sesilia, dihadapan anak-anaknya, Keyla tetap saja melindungi wanita itu. Istrinya ini sea
“Mbak Sesil beneran laporin aku ke polisi, Mas?” Beberapa jam setelah Sesilia kabur meninggalkan kediaman orang tua Fathan, kabar mengenai pemukulan yang Keyla lakukan kepada manajer madunya itu tersebar di jagad maya. Lucunya, kabar tersebut diberitakan oleh Sesilia sendiri bersama bukti pelaporan yang wanita itu lakukan lengkap dengan unggahan hasil visumnya. Berita yang hanya menitikberatkan Keyla sebagai pelaku pemukulan pun, tak ayal membuat Keyla menjadi bulan-bulanan netizen warga berflower. Sesilia sepertinya mulai kehilangan akal sehat setelah mengetahui terbongkarnya perselingkuhan wanita itu. Entahlah! Baik Keyla, Fathan dan orang tuanya— mereka tidak tahu mengapa Sesilia sampai bertindak sejauh ini. Tindakan Sesilia ibarat menyiramkan berliter-liter bensin ke dalam kobaran api yang masih menyala terang. Halusnya, calon janda Fathan itu justru membuat keadaan yang sudah runyam menjadi kian runyam oleh perilaku tak berotaknya. “Dari berkas yang dia unggah, kayaknya
“Mo-morning, Key.” Sapa Fathan, canggung. Keyla membalas dengan tak kalah canggungnya. “Pa-pagi, Mas.” “Du-duk, Key. Sarapan.” “E-eung.” gumam Keyla kemudian mendudukkan diri tepat disisi kanan Fathan. Tak melihat dua anak tirinya, Keyla pun mempertanyakan keberadaan keduanya. “Ku-Kula sama Dion, mana?” “Be-beli bubur ayam. Sam-Sama Mbak.” Interaksi aneh keduanya pun mengundang tanda tanya ke dalam benak Maya. Anak dan menantu barunya tak pernah semalu-malu ini dalam berinteraksi. Terutama Keyla. Sejak kecil, menantunya itu selalu dar-der-dor, penuh dengan energi sekalipun itu kegelapan. “Pi-,” tak ingin merasakan kekepoan sendiri, Maya pun menggerakkan tangannya, menyiku lengan papi Fathan. “Kenapa, Mi?” Maya meliukkan tubuh, merapatkan diri agar dirinya bisa berbisik ditelinga suaminya. “Perhatiin Fathan sama Keyla deh, Pi. Kayak ada yang aneh sama mereka.” Pancingan Maya membuahkan hasil. Papi Fathan kontan memperhatikan keduanya dan terasalah aura tak biasa dari anak se
“Abang, Abang! Nanti kalau Kula punya adek, Kula dipanggilnya abang juga kan kayak Abang?” Uhuk! Baik Keyla atau pun Fathan, keduanya langsung terbatuk usai mendengar pertanyaan si bungsu kepada kakaknya. Sial! Sebenarnya siapa yang telah meracuni otak suci si kecil? Anak yang belum meninggalkan bangku Taman Kanak-Kanak-nya itu, sudah berjam-jam mengangkat tema per-kakak-adikan ke dalam celotehannya. Nakula tampak sangat menginginkan adik. Sesuatu yang begitu sulit untuk dikabulkan mengingat hubungan Keyla dan Fathan yang hanya berasaskan tolong-menolong belaka. Bahkan, kabur bersama ketiganya tidak ada di dalam agenda pernikahan palsu mereka. Semua murni diluar rencana, termasuk Fathan yang akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan dengan Sesilia. Jadi, mana bisa Nakula menjadi seorang kakak jika daddy-nya saja tak mau rujuk dengan mommy-nya? Yah, kecuali Fathan mengalah dengan mengadopsi satu bayi untuk dijadikan adik untuk bungsu mereka. “Eung. Jadi Aba
Annyeong, Teman-Teman Pembaca.Pertama-tema Qey ingin meminta maaf untuk seluruh kesalahan Qey. Maaf karena Qey sudah membuat kalian menunggu-nunggu karya ini. ... yang ke dua, Qey juga mau minta maaf lagi karena membawa kabar tidak menyenangkan. Untuk sementara, karya ini akan hiatus sampai Mas Kawin Yuk tamat. Keputusan ini Qey ambil karena Qey menyadari kemampuan diri Qey yang saat ini sangat tidak memungkinkan untuk menggarap 2 naskah sekaligus. Untuk sementara ini, Qey akan memfokuskan diri untuk mengerjakan Mas Kawin Yuk dulu ya. Teman-teman yang belum baca, bisa move dulu kesana biar nggak kangen-kangen amat sama tulisan-tulisan Qey. InsyaAllah hiatusnya nggak akan lama. Doakan saja supaya kesehatan Qey tidak turun lagi ke titik dimana Qey untuk bangun aja susah. Sekali lagi maaf dan mohon doanya. Terus semangati Qey ya, semua.yang terkasih, Qeynov.
“Gimana ini, Pah? Fathannya menghindar. Sesil nggak bisa hubungin dia.”Papa Sesilia mengacak rambutnya. Ia ikut frustasi. Dengan tingkah Fathan yang seperti ini, kemungkinan besar tali kekang sang putri atas diri pria itu sudah sepenuhnya terlepas.Sebelumnya, Fathan bahkan tak bisa hidup tanpa eksistensi putrinya. Pria itu akan berusaha menemui Sesilia, mengorbankan waktunya yang terbatas untuk sekedar melihat wajah istrinya.Pria yang seperti itu kini telah berubah dan penyebabnya, “semua salah kamu, Sil! Kalau aja kamu nggak berulah dan jadi istri yang baik, menantu kesayangan Papa nggak akan ninggalin kita.” Perilaku putrinya yang selalu mengabaikan keluarganya.“Kok Papa nyalahin aku? Fathan yang nalak aku, Pah.” Nyalak Sesilia, tak terima sang papa menyalahkan dirinya.“Terus karena siapa Fathan nalak kamu, Hah? Sadar. Kalau bukan karena perselingkuhan kamu, Fathan nggak akan sampai nalak kamu.”“Fathan nggak tau! Sampe detik ini dia nggak pernah bahas tentang perselingkuhan aku
Kala kedua kelopak mata Keyla terbuka, gadis muda itu mengerjap beberapa kali.Rasa kantuk dan lelah yang bersarang didalam dirinya, mengaburkan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul.Detik demi detik pun terlewati dengan Keyla yang masih bertahan dalam posisi berbaringnya.“Kok kayak ada yang beda?” gumamnya, mulai menyadari adanya perbedaan pada langit-langit kamarnya.Sejenak Keyla menutup kembali kelopak matanya. Sepertinya ia terjaga ke dalam mimpi yang lain. Mana mungkin ia tidur di rumah milik tetangganya. Ayahnya pasti akan membombardir dirinya dengan teror panggilan maut.Namun, dalam beberapa detik berikutnya, Keyla membangkitkan diri dengan kekuatan penuh.“Anjrot! Kok gue ada disini? Bukannya gue tidur di mobilnya Mas Fathan ya?” monolognya, setelah meneriakkan umpatan.Ia ingat sekali jika dirinya tengah melakukan perjalanan singkat untuk menghindari calon mantan istri suaminya. Rencananya mereka akan bertolak ke Bandung. Dari ingatan terakhirnya itu, Fathan meminta d
“Mas, kamu kayaknya harus ganti mobil deh.”“Kenapa? Kamu nggak suka sama mobil ini? Mau Mas beliin yang lain buat kamu?” lontar Fathan dengan santainya ditengah aktivitasnya dalam membelah jalanan Ibu Kota.Keyla mengeram rendah. Rasanya ia ingin menghantamkan kepalan tangan ke arah mulut Fathan. Terus-menerus dijadikan ATM berjalan istrinya tampaknya membuat otak Fathan konslet.‘Fu*ck! Dia nganggep gue cewek macem apa sih?’ batin Keyla, kesal. Ia tak suka disamaratakan dengan Sesilia. Ia bukan wanita matrealistis yang dalam setiap ucapannya mengandung kode-kode pengharapan.“Mas kelamaan diperdaya makanya gobloknya natural.” Cerca Keyla lalu, “buat buat aku! Buat anak-anak!” sentaknya, menyembur Fathan.Anak-anak memerlukan tunggangan yang nyaman, contohnya seperti Al to the Phard. Mobil itu memiliki ruang yang cukup luas. Meski nantinya akan digunakan untuk mobilitas di dalam kota. Setidaknya, disaat-saat tertentu seperti ini, anak-anak akan memiliki kendaraan yang dapat membuat m