Keyla menyentuh bagian bawah tulang selangka kirinya dan melakukan beberapa kali pijatan disana. Gadis yang tengah menyembunyikan dirinya ke dalam pantry itu tampak berlomba menghisap udara di sekitarnya.
Ia sungguh menyesal karena selama menjalani kehidupan bermalas-malasannya, ia hampir tidak pernah memasukkan olahraga ke dalam rutinitas bulannya. Bayangkan saja lah! Ia berlari dengan jarak yang tidak terlalu jauh dari ruang kerjanya, tapi paru-parunya yang terlanjur menjompo berlagak lebay, seakan ia mengajak sepasang alat vital itu sprint mengelilingi enam benua.
“Gue nggak obbess, tapi kenapa ngik-ngikkan gini sih? Padahal kan cuman pindah lantai doang!” Monolognya, mengomentari respon tubuhnya yang begitu lemah.
Keyla lalu menyandarkan pinggulnya pada kabinet.
“Bukan dia kan?”
‘Dia,’ yang Keyla maksud tentu saja Fathan. Hanya pria itu satu-satunya manusia yang Keyla kenal dan mempunyai akses dengan petinggi perusahaannya.
“Argh! Sumpah! Tau gini gue nggak pake jalur ordal, Cuk!”
Tak ingin menjadi human yang munafuck, dibalik skillnya yang mumpuni sebagai beban kepala divisi— bercanda-bercanda!
Selain karena kemampuan kerjanya yang teruji klinis dan non klinis, sejatinya ia tidak mungkin bisa bergabung jika bukan karena bantuan dari sahabat bundanya. Dengan begitu, ia pasti masih menyandang 2 gelar sekaligus.
Gelar pertama, sudah jelas sebagai predikat jomblowati. Ke dua, pengangguran sejati.
Yah, gimana ya. Mempunyai skill saja tidak cukup untuk menembus satu lowongan pekerjaan. Tanpa adanya orang dalam, paling mujur fresh graduate seperti dirinya dulu hanya akan lolos tahap verifikasi data. Ya, kalau tidak, terkena PHP after wawancara kerja, lalu ujung-ujung ditolak.
Begitulah realitanya! Kebanyakan orang yang memiliki koneksi lebih cepat mendapatkan pekerjaan, meski tidak dipungkiri jika ada orang-orang yang juga beruntung dalam kehidupannya. Namun itu pastilah 1 dibandingkan 1000 kepala.
Berani deh Keyla pasang taruhan kalau statementnya asbun alias asal bunyi.
Padahal nih ya, suami bundanya yang tidak lain merupakan ayah kandungnya sendiri, mempunyai jabatan yang cukup mentereng ditempatnya mengucurkan keringat. Pria itu menduduki Kepala Divisi Human Resource pada perusahaan berskala internasional di Indonesia.
Sayangnya, laki-laki yang tidak lebih mencintainya daripada cintanya kepada sang bunda, menolak melakukan nepotisme dan mempertahankan profesionalisme kerjanya. Alhasil, jalur semulus jalan tol itu Keyla dapatkan dari tangan orang lain.
Hasilnya, ‘ancur pemirsah!! ini gue nggak disuruh bales budi kan? Gue aja kerja siang malem bagai quda nggak jadi kaya-kaya masalahnya!’
Kalau begini ceritanya, cita-cita menjadi crazy rich sih paling hanya mampu menyabet crazy-nya saja! Richnya terbang ke Antartika, tenggelam bersama para anjing laut disana.
“Eh, copot-copot!!” Pekik Keyla, latah dadakan. Ponsel di dalam saku celana kerjanya berdering, membuatnya yang tengah dalam mode tegang terkejut bukan main.
“Ngapain nih bocah telepon gue?!” Ceracau Keyla usai melihat nama Hans tertera pada layar ponsel. “Moshi-Moshi?!” Keyla menyambut telepon Hans dengan ketenangan sejati.
‘Eh, Nying! Masih bisa lo ngangkat telepon gue pake nada biasa aja?’
Keyla menyerngitkan keningnya. Lah kok emosi?! Masa iya gue harus nangis-nangis ngejawabnya!
‘Posisi, Posisi?! Lo sekarang ada dimana?!’ tanya Hans, terdengar terburu-buru.
“Hadeh! Kan gue udah bilang gue mau ngelahirin anak-anak seblak gue.” jawab Keyla, berhati-hati. Ia tak boleh sampai keceplosan dengan membongkar tempat persembunyiannya. Hans dan orang-orang HR pasti akan menariknya demi untuk menyelamatkan diri masing-masing.
‘Nggak usah ngelawak lo, Key!’ Hans lalu meneruskan jika divisi tercinta mereka mendadak terkena grebek para atasan.
“Wappah?! Siapa yang ena-ena?! Lo ada ngerekam nggak?”
‘Pengen gue geplak, sumpah! Kegrebek gara-gara pada nyariin lo, Sat!!’
Gendang telinga Keyla berdengung nyaring. Teriakkan yang membuktikan betapa chaos ruang divisinya itu semakin membuat Keyla enggan menampakkan batang hidungnya kesana.
‘Maaf, bisa saya pinjam sebentar ponsel kamu? Saya ingin berbicara dengan Keyla.”
Eh, loh!
Kok sepertinya ia familiar dengan suara pria yang baru saja terdengar. Suara itu seperti milik... “Mas Fathan.” Cicit Keyla pelan.
Kala Hans hendak menyetujui permintaan Fathan, Keyla pun memotongnya dengan jeritan yang luar biasa keras.“No!!” Ia menolak berbicara, terlebih itu kepada Fathan, si manusia yang telah memusingkan kepalanya sejak semalam.
“Nggak lucu ya, Mas!! Aku kan udah kasih jawaban kalau nggak mau kawin sama Mas! Mas cari aja tuh ikan teri disitu. Banyak anak HR yang masih single. Kasih 5 M juga pasti pada mau dikawinin!”
Persetan Fathan mendengarnya atau tidak, yang penting ia sudah mengeluarkan unek-unek di dalam hati dan pikirannya.
‘Saudari Keyla. Kamu sedang membahas apa ya? Saya hanya ingin bertanya terkait pencarian ASPRI untuk saya. Masalah pribadi seperti yang kamu bicarakan, sebaiknya tidak kamu bawa ke tempat kerja. Ada waktu sendiri untuk membahasnya dan itu bukan di kantor.’
Blush
Wajah Keyla kontan memerah. Even ia begajulan, kalau judulnya miss komunikasi begini, ia pun bisa merasakan rasa malu layaknya orang normal lainnya.
“Oh, em, ah. Ya-a. Ta-tanya tuh ke karyawan yang namanya Mbak Hardi. Dia juga kebagian tugas assesment kok.” Ucap Keyla, gelagapan karena rasa malunya.
‘Key. Sebelum kamu meminta saya, saya tentu sudah melakukannya. Saya tidak perlu digurui staff seperti kamu. Karena yang ingin saya tanyakan adalah peserta dibawah naungan kamu. Bu Hardi yang tidak menangani tentu tidak mengetahui detail hasil assessment kamu kan?!’
“Bac-Baca monitor aku!! Datanya disitu!”
‘Pak Komisaris.’ Fathan terdengar sedang berbicara dengan orang lain disana. ‘Karyawan yang mangkir dalam tugasnya seperti Keyla ini, selain mendapatkan surat teguran apakah akan ada pemotongan salary?’
‘Fatal-Fatal mungkin akan dirumahkan.’
“Mas Fathan, iiiih! Calon atasan Fir’aun! Makin nggak mau kawin gue sama lo!!” Umpat Keyla, sekeras-kerasnya.
Keyla menghadap Fathan dan Komisaris Utama dengan wajah yang sekaku balok papan cucian, benar-benar tidak ada senyuman yang gadis itu suguhkan pada para atasannya. Ekspresinya begitu datar bersama tatapan berani seakan dirinya tidak mempunyai rasa takut.“Than, Om perlu keluar?” “Nggak usah, Pak.” Seloroh Keyla, mendahului Fathan.Tak mengapa kalau dirinya terkena PHK. Ia akan memviralkan kekejaman perusahaan ke sosial media jika hal itu sampai benar terjadi. Biar saja semua masyarakat tahu kalau dirinya yang baik hati ini dianiaya hanya karena menolak pinangan keponakan Komisaris Utama perusahaannya.Melihat mimik wajah Keyla, Fathan pun tak bisa menahan kekehannya.“Nggak perlu, Om. Saudari Keyla sepertinya takut saya melakukan pelecehan kalau ditinggalkan hanya berdua.”‘Iya lah! Lo kan ngebet pengen ngawinin gue, Mas!’ dumel Keyla, membatin.“Begini Keyla, kamu salah paham. Mas cari kamu bukan untuk maksa nikah kok. Berhubung Mas tau k
Perseteruan hebat pun tidak dapat terhindarkan.Tepat setelah ayahnya pulang dari tempatnya bertugas, Keyla yang dilanda tekanan sampai ke tempat kerja pun mengadu kepada ayahnya. Karena aduannya itu, bundanya pun ikut terkena imbasnya. Akibat kemarahan yang tidak lagi bisa terbendung, sang bunda akhirnya meminta keluarga untuk datang ke kediaman mereka.“Kamu sudah gila ya? Beraninya kamu meminta anak semata wayang saya untuk dijadikan istri kedua!”“Yah, sabar. nggak akan kayak gitu kalau bukan karena kepepet.”“Terus kalau dia kepepet, anakku gitu yang harus jadi korbannya?!” Sentak tajam ayah Keyla. “Jangan ikutan nggak waras kamu, Bun. Anakmu ini mau dimanfaatin! Setelah dia balikan sama istrinya, nasib anakmu satu-satunya terus gimana?!” tuntutnya penuh akan kegeraman.Bunda Keyla kontan menundukkan kepala, tak mampu membalas ucapan suaminya. Sebagai seorang ibu, ia tidak ingin hidup putrinya hancur, tapi disisi lain, ia juga tidak tega melihat kebingungan sahabat baiknya.“Bun
“Keyla! Kamu budi ya? itu loh bel rumah kita ngereog!”Keyla melompat turun dari sofa kala sang bunda berteriak. Perempuan paruh baya itu meminta dirinya untuk membuka pintu, menghentikan aksi si pemencet bel yang ugal-ugalan.Sungguh calon tamu yang tidak mempunyai adab. Matahari bahkan belum sepenuhnya berada ditengah-tengah kepala, tapi sosoknya sudah mencari ribut dengan memainkan properti milik orang lain. Keyla jadi curiga jika tamu keluarganya pagi ini merupakan jelmaan bocah kematian.Keyla meletakkan tangannya di atas permukaan gagang pintu. Untuk sesaat, gadis itu terdiam ditengah gempuran tekanan bel rumahnya.‘Bener-bener dah ini orang!’ batinnya lalu mengembungkan dada, mengisi pasokan oksigen untuk bekal menyemprot tamu tak beradabnya. Setelah semuanya siap, ia menarik gagang pintu ke arahnya. “Beris-,” semburannya terhenti, terkalahkan oleh senyum serta jeritan anak kedua yang memanggil dirinya mommy.“Pagi Mommy..” Sapa Dion, ramah, seramah satpam sebuah instansi perba
Usai pendukung satu-satunya ikut luluh bersama sang bunda, Keyla kini tak lagi dapat mempertahankan status lajangnya. Setelah mengajukan tiga syarat penting, tujuh hari setelahnya, ia pun resmi menyandang gelar baru menjadi istri seorang Adiguna Jaya. Keduanya menikah siri sehingga proses pernikahan tak memerlukan waktu yang panjang dalam pengumpulan berkasnya. Sesuai dengan salah satu persyaratan yang Keyla ajukan, gadis itu ingin pernikahan mereka digelar secara tertutup. Kalau pun ada orang yang mengetahui pernikahan keduanya, ia tidak ingin berita tersebut disebarluaskan. Jadi cukup berhenti saja di orang tersebut.Selain tentang merahasiakan pernikahan dari khalayak umum, Keyla pun meminta statusnya diperjelas andai pernikahan mereka nantinya tercium oleh media dan para penggemar istri pria itu. Ia tidak mau orang-orang salah sangka, lalu menuduhnya sebagai seorang pelakor yang merebut pasangan wanita lain. Kedudukannya haruslah dilindungi mengingat seharusnya ia lah yang mendu
Fathan kembali tiga jam setelah dirinya memastikan jika Sesilia berhasil memasuki pintu kediaman ibu mertuanya dengan selamat. Perempuan itu berkata bahwa dirinya tidak akan lama berada di rumah, sehingga mau tak mau, Fathan bergegas pulang setelah tanpa sempat menyapa ibu dan ayah mertuanya. Padahal kesempatan tersebut seharusnya dapat Fathan gunakan untuk meniadakan kerinduannya. Sayang, sang istri mengusirnya bahkan sebelum dirinya menyempatkan singgah barang sejenak.Menikahi Sesilia yang merupakan model sekaligus seorang pemeran, Fathan sangat tahu resiko yang harus dirinya hadapi ketika mereka berumah tangga. Ia maklum jika Sesilia jarang mempunyai waktu berkualitas dengan keluarga kecil mereka dan sebesar pemaklumannya itu, sebesar itu pula lah rasa cintanya terhadap sang istri. Namun entah karena apa, belakangan ini, egonya sebagai pemimpin keluarga sedang tinggi-tingginya, terlebih kala putra-putranya mengeluhkan semakin kerapnya intensitas ketidakhadiran sang ibu pada acara-a
Tutorial Menjadi Ibu Tiri Durhaka“Loh! Kok yang muncul malah beginian sih?” dumel Keyla, bermonolog.Jari telunjuknya yang ramping terus saja menggulir berbagai artikel dari hasil pencarian mesin telusur ponselnya. Wanita itu berusaha keras menemukan jawaban berbeda ditengah sikap Mbah G yang sepertinya menganaktirikan dirinya.“Bener-bener ya lo, Mbah! Katanya lo pinter, bisa ngasih info apa aja. Mana?! yang beginian doang aja lo nggak bisa bantuin gue!” sungut Keyla, kesal sendiri jadinya.Sebagai ibu sambung yang tidak ingin dicintai oleh kedua anak tirinya, Keyla sedang mencari cara agar dirinya yang loveable ini dibenci. Namun apa yang dirinya dapatkan setelah berjam-jam berselancar justru membuat emosi.“Masa sih semua orang pengennya jadi ibu tiri yang baek?”Keyla sungguh tak dapat mempercayai hasil penelusurannya. Banyak judul yang dirinya baca dan tak ada satu pun diantara mereka, menuliskan artikel yang dibutuhkan oleh situasinya. Apa yang creator tulis seluruhnya bertolak
Keyla membuka mulutnya lebar, sengaja menguap abal-abal demi untuk mengusir Fathan secara halus dari rumah kedua orang tuanya. Namun, entah karena Fathan yang mengadaptasi kesengajaan Keyla, atau dikarenakan dirinya yang mungkin tak memiliki kepekaan, jangankan menangkap sinyal sarkas sang istri, pria berwajah teduh itu justru asyik memindahkan channel pada layar kaca. Fathan sekali pun tak berkedip meski Keyla terus merusuh di sekitarnya.Kesal terhadap sikap acuh tak acuh Fathan, Keyla pun berdehem keras. “Udah malem, uhuk!” Menyertakan batuk buatan untuk memperjelas pengusirannya.Bukannya Keyla ingin bersikap tidak sopan terhadap tamu di rumah orang tuanya. Hanya saja.. Sebagai seorang manusia yang esok harinya harus mengisi isi dompet, ia juga membutuhkan waktu untuk beristirahat. Terlebih dari dunia yang begitu kejam menyiksanya ini.Mata dan batinnya sudah terlalu muak melihat Fathan. Sudah cukup seharian ini wajah itu mengotori mata sucinya. Masih ada hari esok, sebanyak delapa
Memprihatinkan! Satu kata itu merupakan ungkapan yang pas untuk disematkan pada kehidupan malang kedua anak tirinya.Betapa tidak?Semalam, Keyla sungguh dibuat tak bisa berkata-kata, usai mengetahui tentang betapa haus kasih sayangnya Dion dan Nakula akan figur ibu didalam hidup keduanya. Anak-anak itu kehilangan peran seorang ibu disaat ibu kandungnya masih bernapas dan hidup bebas di sekitar mereka.Mengerikan! Sungguh egois ibu kedua anak itu. Demi karirnya di dunia hiburan, sosok yang seharusnya menjadi tempat berkumpulnya kasih sayang seorang anak justru secara sadar meniadakan perannya. Melimpahkan segala bentuk tanggung jawab kepada orang lain, lalu dengan sengaja memperkecil kewajibannya.“Kamu yakin mau mandiin Kula?” tanya Fathan, memandang wajah istri mudanya.Pria yang tampak rapi dengan setelan kerja tanpa tuxedo-nya itu memang sudah bersiap alarm ponselnya berbunyi. Ia sempat mengagetkan Keyla karena tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar sang istri.Untungnya, nyawa yang b
“Oh, gini toh rasanya nepotisme? Sedep bener ya. Tahu langsung dapet room VVIP, lo keluarnya lebih cepet dong.”Pantas negara Wahkanda ini pejabatnya terlenakan oleh KKN. Orang baru nepotismenya saja, kesulitan hidup seketika menjadi begitu mudah berkat bantuan si donatur gelap.Kacau! Tak heran rakyat sampai lebih percaya dengan pihak keamanan Bank Central. Dibayar UMR-pun, para satpam itu tetap melayani sepenuh hati tanpa menerima amplop selipan di dalam kantong saku seragam kerjanya.“Pasti kalau pejabat yang kesini, nggak bakalan lo suruh nunggu kayak kita-kita kan?”Hans tersedak.Kampret sekali memang Keyla.Mulutnya itu loh, seperti tidak pernah makan bangku sekolahan. Tahu sih kalau sebuah kursi tidak bisa dimakan. Minimal sewaktu berangkat, otaknya ikut lah. Jangan ditinggal di rumah.Hans mendelik. Sahabat yang dulunya berada di dalam satu ruang kerja dengan Keyla itu mengucapkan terima kasih kala Dion mengulurkan selembar tisu ke arahnya. Ia lalu mengembalikkan atensinya pa
“Why?”“Gila ya, Mas. Mas mau jadi bahan gosip Kang Sate sama warga komplek?” Keyla menyipitkan matanya, memandang tajam Fathan yang bisa-bisanya masih bertanya kenapa ia tidak menyetujui usulan pria itu.“Astaga, Key. Siapa yang mau gosipin kita, heum? yang artis kan udah ke Amerika.”“Nggak, nggak! yang lain aja.” Keukeuh, Keyla.Ia malas kalau harus menjadi topik perbincangan orang. Apalagi kalau sampai bertemu dengan si kembar yang salah satunya tukang nyinyir. Jiwa dan raganya terlalu lemah sekarang. Ia saja masih belum bisa menerima kenyataan kalau dirinya terusir dari rumah ayahnya.“Ya udah. Kamu maunya apa?” “Mau balik ke rumah Ayah, huwaaaa.” Alamak! Ternyata drama si anak terusir masih berlanjut. “Minta makan ke rumah Ayah nih jadinya?” “Nah, iya! Ayo-ayo. Masakan Bunda jauh lebih enak daripada beli.” Sayangnya ketika Keyla hendak membuka gerbang rumahnya, gerbang itu terkunci dengan gembok besar yang belum pernah Keyla lihat sebelumnya.“A-AYAAAAAAH!!!”“Dad..” Dion me
“Bye-bye rumah. Mianhae..” Keyla meletakkan ujung tisu pada sudut mata kanannya. Wanita itu berkata tidak sanggup, lalu terisak setelah melirihkan kata ‘no,’ sembari mengulurkan tangan untuk menggenggam rumahnya.Keyla kalah berperang melawan sang ayah. Usai tak dapat mempertahankan kedudukannya, kini Keyla pun harus meninggalkan rumah yang dalam proses pembuatannya, Keyla kalah dalam peperangan. Usai tak dapat mempertahankan posisinya, kini ia harus berpisah dari rumah yang dalam proses pembangunannya, tak menguras satu angka di rekeningnya.Ya, Pemirsa yang Budiman. Keyla tidak menyumbang apapun, baik itu batu bata begitu pula dengan pasir dan tumpukan semen pengikat bangunan. Ia hanya bermodalkan udara yang keluar masuk dari paru-parunya, kemudian bisa tinggal sampai beberapa detik lalu, tepatnya sebelum dirinya benar-benar terusir.“Hiks, rumahku. Jangan lupain aku ya.”Ayah Keyla berdecak menyaksikan betapa berlebihannya tingkah putrinya. Ngidam apa dulu istrinya sampai anak tung
Sudah jatuh, tertimpa menara Eiffel pula, begitulah perumpamaan yang saat ini menggambarkan kondisi Keyla. Mengapa tidak— Dikarenakan guyonan papi mertuanya, baby sepolos Nakula justru menginginkan adik. Tak tanggung-tanggung, langsung lima sekaligus seolah dirinya ini seekor kucing yang dapat melahirkan dalam jumlah banyak.“Hahaha, maaf ya Key. Papi tadi cuman asal ngucap loh. Nggak maksud buat ngomporin. Sumpah.”Hah! Mau marah pun percuma. Waktu tidak bisa diputar kembali dan Nakula sudah terlanjur excited menantikan adik-adiknya. Padahal perihal adik sudah sempat ia amankan ketika mereka berada di Bandung. Siapa sangka tema itu diangkat lagi ke permukaan.“Ehem.. Kalau dipikir-pikir, Ayah sama Bunda juga nggak masalah kalau punya cucu cepet. Daripada makin tua. Nanti malah nggak kuat gendongnya.”Jedduar!Soundtrack sinema azab tiba-tiba saja terdengar di indera pendengaran Keyla. Apa ini? Kenapa ayahnya justru ikut-ikutan begini? “Kamu nggak masalah kan Than kalau nambah tanggu
Keyla masih dalam keadaan shock hebat setelah tanpa sengaja melihat aset berharga berupa burung perkutut seorang pria. Penampakan perkutut serupa belalai gajah itu membayang-bayangi ingatannya hingga ia hanya bisa diam melongo dengan tatapan lurus ke depan. Tak ada yang Keyla perhatikan. Pandangannya kosong, sekosong isi otaknya yang terisekai ke dunia lain. Tepatnya dunia permanukkan. Sekilas ingatan pun menyapa, membuat tubuh Keyla bergidik. “Key, maaf. Saya nggak tau kalau kamu nyariin saya.”Bukan salah Fathan memang. Ia bertelanjang di area pribadinya. Pun tidak akan ada orang yang berani menerobos masuk sebelum ia persilakan. Kecuali, Keyla.Ah, harusnya ada satu pengecualian tetap, yaitu Dion. Namun mengingat putra sulungnya itu tengah berada di kediaman ayah mertuanya, seharusnya kamarnya aman tak terjamah oleh siapapun. “Key..” Tak ada sahutan. Keyla masih dengan wajah kosongnya seakan tak menganggap eksistensi Fathan dan Nakula. ‘Se-shock itu ya dia?’ batin Fathan, mu
“Eng, aku pikir-pikir dulu deh. Nggak harus sekarang juga kan ngasih jawabannya?” Fathan pun tersentak. Ternyata jalannya masih panjang. Kecewa? Sudah pasti. Namun Fathan yakin benar Keyla akan memikirkan seluruh kata-katanya karena itu menyangkut kesejahteraan orang tuanya.“Iya, Key. Kamu pikirin baik-baik ya. Mas berharap kamu bisa ngertiin Mas yang nggak pengen ngerepotin ayah kamu.”“Oke, Oke. Udah kan? Capek banget aku, Mas. Pengen reb..”Brak-Brak-Brak! Kalimat yang seharusnya menjadi rebahan ketika terpenuhi itu terhenti tatkala seseorang menggebrak kaca mobil tepat dimana Keyla duduk.“Buka!” Sosok dibalik anarkis penggebrak kaca mobil adalah ayah Keyla. Sejak ia tiba, ia sudah mencurigai kendaraan menantunya karena melihat mesin yang masih menyala. Ia berdiam diri didalam mobil, memantau dua orang yang tampaknya tak menyadari kepulangannya.Bak tengah tertangkap basah selingkuh dengan suami wanita lain, Keyla pun dilanda kegugupan. Jari-jarinya bergetar. Terasa kelu hingg
“Guys, kalian ke rumah Mami dulu ya. Mami sama Daddy mau ngobrol bentar.”“Nggak berantem kan?” “Nggak.” Balas Keyla, menjawab pertanyaan Nakula. “Janji ya, Mami?”Nakula mengulurkan jari kelingkingnya dan Keyla menyambutnya sekalipun ia akan mengingkari janji jari kelingking mereka.Sudah jelas kan?! Ya kali mereka tidak ribut. Mana bisa sih perang dunia tidak pecah ketika Fathan kembali menyalahi aturan yang telah mereka sepakati di awal pernikahan. Memangnya Keyla sebaik hati itu ya? Jawabannya sih enggak dong. “Yon, jagain adeknya ya.” Pinta Keyla. Si sulung pasti mengerti maksudnya. Anak itu hanya perlu memastikan jika adiknya tidak berlari keluar dan mengganggu war keduanya.“Siap, Mi.”“Wait. Daddy bantuin turunnya.” Ujar Fathan lalu secepat kilat membuka pintu mobilnya. Dari dalam kabin Keyla memperhatikan aksi Fathan. Pria itu memang ayah yang baik untuk anak-anaknya. Sayang saja dunia tidak memihaknya dalam urusan percintaan. ‘Lah?! Kan gue juga!’ Pekik Keyla, membatin.
Fathan menyerngit tatkala melihat tampang kecut bertahan awet pada wajah istri ke dua-nya. “Kenapa sih, Key? Perasaan dari tadi manyun mulu bibirnya.” Keyla memutar kepala. Satu detik. Setelah itu ia kembali membuang wajah, kernyitan pada kening Fathan kian mendalam. “Habis ngapain sih kamu sama temen-temen kamu itu? Aneh deh. Nggak ada angin, nggak ada ujan kok saya diketusin gini.” “Mereka bukan temen aku ya!” Nyalak Keyla. Kembali kepalanya berputar untuk bersitatap dengan Fathan. “Daddy, Mami.. Don't fight please.” Di kursi penumpang, Nakula yang takut melihat pertengkaran kedua orang tuanya, bersuara. Mata anak itu berkaca-kaca seolah sebentar lagi ia akan menumpahkan tangisnya jika Keyla dan Fathan terus bersitegang.“Mami sama Daddy nggak berantem kok. Suwer.” Ucap Keyla, kini menatap si kecil yang duduk tepat disamping sulung Fathan. “Beneran? Tapi kok Mami ngomongnya bentak-bentak Daddy?” Pertanyaan cerdas Nakula tak ayal menerbitkan ringisan. ‘Dimakanin apa sih sama
Keyla melipat kedua lengan di dada. Ditengah ramainya aktivitas bandara, wanita yang memisahkan diri dari Fathan dan kedua anak tirinya itu mengembuskan napas.‘Sebenernya lo lagi ngapain sih, Mas?’ Monolog Keyla, lengkap dengan ekspresi jengah yang tak dapat ia sembunyikan.Sungguh, jika ada penyelenggaraan lomba pemilihan pria paling bodoh sedunia, meski tak mengikutinya, para malaikat pasti tak akan segan untuk menggerakkan hati juri agar memenangkan Fathan. Bodoh! Pria itu bahkan masih menangis diam-diam saat kedua anaknya terlelap, tapi anehnya, ketika Sesilia meminta dirinya datang untuk mengantarkan kepergiannya, Fathan menyanggupinya seolah perceraian kemarin tak berdampak apapun padanya. “Ck!”Menyaksikan suami dan anak-anaknya dieksploitasi, Keyla membuang muka, menghindar dari sajian yang dapat menggerakkan anggota tubuhnya, yang siap sedia untuk menerjang Sesilia.Demi Tuhan, mereka hanya dijadikan konten. Konten untuk semakin mengharumkan nama Sesilia yang sejatinya seb