“Keyla! Kamu budi ya? itu loh bel rumah kita ngereog!”
Keyla melompat turun dari sofa kala sang bunda berteriak. Perempuan paruh baya itu meminta dirinya untuk membuka pintu, menghentikan aksi si pemencet bel yang ugal-ugalan.
Sungguh calon tamu yang tidak mempunyai adab. Matahari bahkan belum sepenuhnya berada ditengah-tengah kepala, tapi sosoknya sudah mencari ribut dengan memainkan properti milik orang lain. Keyla jadi curiga jika tamu keluarganya pagi ini merupakan jelmaan bocah kematian.
Keyla meletakkan tangannya di atas permukaan gagang pintu. Untuk sesaat, gadis itu terdiam ditengah gempuran tekanan bel rumahnya.
‘Bener-bener dah ini orang!’ batinnya lalu mengembungkan dada, mengisi pasokan oksigen untuk bekal menyemprot tamu tak beradabnya. Setelah semuanya siap, ia menarik gagang pintu ke arahnya. “Beris-,” semburannya terhenti, terkalahkan oleh senyum serta jeritan anak kedua yang memanggil dirinya mommy.
“Pagi Mommy..” Sapa Dion, ramah, seramah satpam sebuah instansi perbankan yang dimiliki oleh pemilik perusahaan rokok terkemuka di Indonesia. Anak pertama itu menyodorkan keresek hitam, berkata jika dirinya membawakan sarapan untuk menyogok Keyla.
Iya, tidak salah! Memang seterus-terang itu kok Dion. Anak itu tidak suka berbasa-basi, persis seperti daddy-nya. Bedanya, kejujuran Dion efeknya tidak sampai mengguncang kewarasan pendengarnya. Level barbarnya terbilang cukup sopan untuk kesehatan jantung dan mental.
“Kula mau digendong Mommy, Daddy.” Nakula— bungsu , merengek dengan tubuh menggeliat didalam gendongan daddy-nya. Anak berusia 6 tahun itu menggerakkan tangannya, mengais-ngais Keyla yang berada dihadapannya.
Rasanya kepala Keyla ingin pecah menjadi beberapa bagian. Dugaan terkait bocah kematian yang merusuh di rumahnya pun kini terbukti kebenarannya. Nahasnya, tidak hanya bocahnya saja, tapi lengkap bersama si pembuatnya yang sekarang masuk ke dalam list manusia, yang paling Keyla hindari eksistensinya.
“Mommy..” rengek Nakula, berharap Keyla mengambil alih dirinya.
“Kula, Tante Key bukan Mommy kamu loh.” Ucap Keyla, membuat wajah Nakula yang tadinya begitu sumringah berubah memerah, pertanda jika anak itu akan meledakkan tangisnya.
Benar saja— sedetik kemudian, Nakula benar-benar menangis. Anak itu terus memanggil Keyla mommy hingga meruntuhkan dinding ketidaktegaannya. Alhasil, Keyla pun mengalah. Ia mengambil tubuh kecil Nakula, menggendongnya dengan tangan mengusap punggung si kecil.
“Cup, Cup. Udah, diem. Kan udah Tante Key gendong.” Ujar Keyla mencoba menenangkan tangis Nakula. Sayangnya, tangis Nakula justru semakin menjadi karena Keyla menyebut dirinya sebagai Tante, bukan seorang mommy seperti yang anak itu harapkan bersama sang kakak.
“Mommy, mommy,” ulang-ulang anak itu sembari memukul pelan dada Keyla dengan tangan kecilnya. Nakula menangis sesenggukkan dan berakhir kelelahan karena Keyla tak kunjung menanggapi permintaannya.
Saat itu, bunda Keyla yang merasa iba pun mencubit pinggang putrinya. Perempuan dengan spatula ditangan kirinya itu berbisik, meminta Keyla mengiyakan saja supaya Nakula tak demam dikemalaman harinya.
Maka dengan amat terpaksa Keyla menuruti kata-kata sang bunda. Hal itu sontak membuat Nakula kembali ceria hingga memeluk leher Keyla.
“Mas, anakmu kok kayak kurang kasih sayang sih.” Kicau Keyla, menyuarakan isi pikirannya. Padahal Nakula dan Dion mempunyai orang tua lengkap yang baru berpisah hanya pada akhir-akhir ini saja. Namun jika melihat bagaimana perilaku Nakula dalam menginginkannya, anak itu tampak layaknya korban broken home kawakan.
“Maminya kan jarang di rumah, Key. Sibuk shooting. Kadang pulang kalau anak-anaknya udah tidur. Dibandingin sama Mbakmu, mereka malah lebih sering ngabisin waktunya sama kamu.” Jelas tanpa menjelekan istri tercintanya.
Karir yang sedang cemerlang memang membuat waktu kebersamaan keluarga mereka berkurang. Meski begitu, setiap kali sang istri mempunyai waktu luang, dia akan menghabiskan waktu tersebut untuk bermain bersama anak-anak mereka.
“Kasihan. Dion sama Nakula kan masih butuh figur ibu.”
Kesempatan itu digunakan untuk melayangkan rayuannya. menyeletuk jika Keyla dapat mengisi kekosongan waktu yang ditinggalkan istrinya, apalagi anak-anaknya juga sangat menginginkan kehadiran Keyla diantara mereka.
“Ngawur! Apa bedanya aku sama Mbak Sisil. Kita kan sama-sama kerja.” Elak Keyla, keukeuh dengan penolakannya.
Nyatanya tak kehilangan argumen. Pria itu menjelaskan jika jenis pekerjaan keduanya saja tak serupa. Poin plusnya, ada dirinya yang juga berada di satu tempat kerja bersama Keyla. Mereka bisa bergantian menjaga Dion dan Nakula selama jam kerja masih berlangsung. Toh keduanya bukanlah tipe anak-anak yang rewel, yang pastinya tidak akan mengganggu pekerjaan mereka.
“Eheum! Kamu cocoknya jadi sales, Nan! Bukan petinggi perusahaan!” Celetuk ayah Keyla, yang tiba-tiba saja berdiri disamping sang istri. Pria itu melambaikan tangannya, memerintah lembut Dion agar tidak berdiri di luar pintu rumahnya.
Sebagai orang tua yang juga mempunyai anak, ayah Keyla pun tahu jika anak-anak lah yang menjadi korban kemelut orang tuanya. Akan tetapi itu tak dapat membuatnya menyerahkan putri tunggalnya untuk dijadikan wanita kedua, terlebih jika alasan dibalik pernikahan sang putri adalah demi kebahagiaan orang lain.
Namun hati ayah Keyla begitu terusik pasca melihat langsung perilaku mengenaskan cucu sahabatnya. Keduanya tampak sangat membutuhkan sosok ibu yang setiap harinya dapat mereka rengkuh.
“Masuk, Nan. Sarapan bareng sambil bahas janji-janji manis kamu buat Keyla. Kalau meyakinkan, Om restuin kamu ngambil Keyla.”
“Yaaah!” pekik Keyla, tak terima.
“Sssstt. Dengerin dulu, Key. Liat Dion sama Nakula. Masa kamu tega mereka dijadiin alat bapaknya?” tanya sang bunda, mengelus pundak Keyla supaya putrinya itu tidak marah-marah di depan para anak dibawah umur.
Keyla mendengus. Ia kalah telak. Kalau bukan hari ini pun, hari berikutnya ia juga pasti akan luluh. Fathan sungguh pandai mencari alat bantu. Pria itu tahu benar jika keluarganya tak mungkin sampai hati membiarkan Dion dan adiknya diperalat untuk kelancaran pernikahan orang tuanya.
“Pokoknya mau ngajuin syarat! Titik!” lontar Keyla lalu memutar tubuhnya, meninggalkan , Dion, ayah dan bundanya.
Ucapan Keyla itu begitu melegakan perasaan Fathan. Setidaknya, Keyla telah mengendurkan pertahanannya. Langkahnya dalam meminang Keyla tak sejauh kemarin. Ia yakin kalau Keyla akan bersedia menjadi istri serta ibu untuk anak-anaknya.
Hi, guys.. Komen yuk, biar Qey tau cerita ini menarik atau nggak buat kalian
Usai pendukung satu-satunya ikut luluh bersama sang bunda, Keyla kini tak lagi dapat mempertahankan status lajangnya. Setelah mengajukan tiga syarat penting, tujuh hari setelahnya, ia pun resmi menyandang gelar baru menjadi istri seorang Adiguna Jaya. Keduanya menikah siri sehingga proses pernikahan tak memerlukan waktu yang panjang dalam pengumpulan berkasnya. Sesuai dengan salah satu persyaratan yang Keyla ajukan, gadis itu ingin pernikahan mereka digelar secara tertutup. Kalau pun ada orang yang mengetahui pernikahan keduanya, ia tidak ingin berita tersebut disebarluaskan. Jadi cukup berhenti saja di orang tersebut.Selain tentang merahasiakan pernikahan dari khalayak umum, Keyla pun meminta statusnya diperjelas andai pernikahan mereka nantinya tercium oleh media dan para penggemar istri pria itu. Ia tidak mau orang-orang salah sangka, lalu menuduhnya sebagai seorang pelakor yang merebut pasangan wanita lain. Kedudukannya haruslah dilindungi mengingat seharusnya ia lah yang mendu
Fathan kembali tiga jam setelah dirinya memastikan jika Sesilia berhasil memasuki pintu kediaman ibu mertuanya dengan selamat. Perempuan itu berkata bahwa dirinya tidak akan lama berada di rumah, sehingga mau tak mau, Fathan bergegas pulang setelah tanpa sempat menyapa ibu dan ayah mertuanya. Padahal kesempatan tersebut seharusnya dapat Fathan gunakan untuk meniadakan kerinduannya. Sayang, sang istri mengusirnya bahkan sebelum dirinya menyempatkan singgah barang sejenak.Menikahi Sesilia yang merupakan model sekaligus seorang pemeran, Fathan sangat tahu resiko yang harus dirinya hadapi ketika mereka berumah tangga. Ia maklum jika Sesilia jarang mempunyai waktu berkualitas dengan keluarga kecil mereka dan sebesar pemaklumannya itu, sebesar itu pula lah rasa cintanya terhadap sang istri. Namun entah karena apa, belakangan ini, egonya sebagai pemimpin keluarga sedang tinggi-tingginya, terlebih kala putra-putranya mengeluhkan semakin kerapnya intensitas ketidakhadiran sang ibu pada acara-a
Tutorial Menjadi Ibu Tiri Durhaka“Loh! Kok yang muncul malah beginian sih?” dumel Keyla, bermonolog.Jari telunjuknya yang ramping terus saja menggulir berbagai artikel dari hasil pencarian mesin telusur ponselnya. Wanita itu berusaha keras menemukan jawaban berbeda ditengah sikap Mbah G yang sepertinya menganaktirikan dirinya.“Bener-bener ya lo, Mbah! Katanya lo pinter, bisa ngasih info apa aja. Mana?! yang beginian doang aja lo nggak bisa bantuin gue!” sungut Keyla, kesal sendiri jadinya.Sebagai ibu sambung yang tidak ingin dicintai oleh kedua anak tirinya, Keyla sedang mencari cara agar dirinya yang loveable ini dibenci. Namun apa yang dirinya dapatkan setelah berjam-jam berselancar justru membuat emosi.“Masa sih semua orang pengennya jadi ibu tiri yang baek?”Keyla sungguh tak dapat mempercayai hasil penelusurannya. Banyak judul yang dirinya baca dan tak ada satu pun diantara mereka, menuliskan artikel yang dibutuhkan oleh situasinya. Apa yang creator tulis seluruhnya bertolak
Keyla membuka mulutnya lebar, sengaja menguap abal-abal demi untuk mengusir Fathan secara halus dari rumah kedua orang tuanya. Namun, entah karena Fathan yang mengadaptasi kesengajaan Keyla, atau dikarenakan dirinya yang mungkin tak memiliki kepekaan, jangankan menangkap sinyal sarkas sang istri, pria berwajah teduh itu justru asyik memindahkan channel pada layar kaca. Fathan sekali pun tak berkedip meski Keyla terus merusuh di sekitarnya.Kesal terhadap sikap acuh tak acuh Fathan, Keyla pun berdehem keras. “Udah malem, uhuk!” Menyertakan batuk buatan untuk memperjelas pengusirannya.Bukannya Keyla ingin bersikap tidak sopan terhadap tamu di rumah orang tuanya. Hanya saja.. Sebagai seorang manusia yang esok harinya harus mengisi isi dompet, ia juga membutuhkan waktu untuk beristirahat. Terlebih dari dunia yang begitu kejam menyiksanya ini.Mata dan batinnya sudah terlalu muak melihat Fathan. Sudah cukup seharian ini wajah itu mengotori mata sucinya. Masih ada hari esok, sebanyak delapa
Memprihatinkan! Satu kata itu merupakan ungkapan yang pas untuk disematkan pada kehidupan malang kedua anak tirinya.Betapa tidak?Semalam, Keyla sungguh dibuat tak bisa berkata-kata, usai mengetahui tentang betapa haus kasih sayangnya Dion dan Nakula akan figur ibu didalam hidup keduanya. Anak-anak itu kehilangan peran seorang ibu disaat ibu kandungnya masih bernapas dan hidup bebas di sekitar mereka.Mengerikan! Sungguh egois ibu kedua anak itu. Demi karirnya di dunia hiburan, sosok yang seharusnya menjadi tempat berkumpulnya kasih sayang seorang anak justru secara sadar meniadakan perannya. Melimpahkan segala bentuk tanggung jawab kepada orang lain, lalu dengan sengaja memperkecil kewajibannya.“Kamu yakin mau mandiin Kula?” tanya Fathan, memandang wajah istri mudanya.Pria yang tampak rapi dengan setelan kerja tanpa tuxedo-nya itu memang sudah bersiap alarm ponselnya berbunyi. Ia sempat mengagetkan Keyla karena tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar sang istri.Untungnya, nyawa yang b
“Mami.. Kula mau dipakein baju sama Mami, boleh?”Dengan senyuman mengembang, Keyla pun menganggukkan kepala.Semalam penuh si bungsu memeluknya erat. Anak lelaki yang duduk dibangku Taman Kanak-Kanak itu mengatakan jika dirinya merasa bahagia karena dapat tidur seperti teman-teman di sekolahnya.Yah, normalnya, anak seusia Nakula memang masih tidur bersama orang tuanya. Sekali pun tidur diruangan yang terpisah, para ibu pasti akan menidurkan anak mereka sebelum berlanjut menina-bobokan ayahnya.Eh, hlo!!Tolong jangan berekspektasi jauh tentang kalimat terakhirnya. Sampai kapan pun itu tidak akan ada hari dimana dirinya membelai-belai Fathan di atas sebuah ranjang.Kembali pada malam pertama Keyla tidur dalam status yang berbeda— Dion, si sulung.. Anak itu bercerita jika sibuk atau tidaknya sang mommy dengan rutinitas shootingnya, wanita yang melahirkannya itu tidak sekali pun pernah menyempatkan diri untuk menemani mereka. Keduanya akan berpisah setelah makan malam berakhir, setelah
Walamak! Baru juga didoain, eh, humannya udah eling duluan!Disaat Keyla tengah mengagumi kesaktian doanya, disaat itu pula si kecil Nakula merangsek mundur dan bersembunyi dibelakang kaki-kaki jenjang Keyla.“Lho, Kul?” Pekik Keyla merasakan remasan pada salah satu betisnya.“Mami..” Dion— anak itu turut melakukan hal yang sama, seperti yang adiknya lakukan. Ia berdiri disamping kanan sang adik dengan tangan memegang lengan ibu tirinya.Ditempatnya berdiri, Fathan pun menjadi serba salah. Melihat respon kedua putranya, dari sana Fathan tahu benar jika keduanya tak menghendaki kehadiran ibu kandung mereka.“Mas, ambil dong anak-anaknya! Udah jam segini nih. Mereka bisa telat nanti.” Titah Sisilia, bossy.Perempuan berkacamata hitam dengan mini dress keluaran brand ternama itu tampak begitu angkuh.“Dion, Kula!”Awalnya Keyla berpikir jika Tuhan sepertinya telah menjamah sisi terdalam hati Sisilia yang tandus. Namun ia terlalu percaya diri dengan itu semua. Wanita seperti Sisilia yang
Benar-benar ya! Jika ada nominasi manusia paling tidak tahu diri, Keyla bisa jamin kalau nama Sisilia pasti akan keluar sebagai pemenangnya.“Sabar Keyla..”“Nggak bisa!” sahut Keyla, menukik.Mana mampu dirinya bersabar. Ia bukan kaum lemah lembut yang akan membiarkan dirinya diinjak-injak. Apalagi oleh manusia sebangsa Sisilia.Hak Cuih!Nehik ya!Untuk Keyla, ia sudah siap bertempur. Mempertaruhkan segala kekuatannya untuk menghajar Sisilia habis-habisan.“Mas! Kamu kok diem aja sih liat Mbak Sisil begitu?” tanya Keyla, mak-mak mode on.Sepengalaman Keyla dalam bersosialisasi, manusia macam Sisilia ini paling haram untuk diberi hati. Semakin orang-orang mengenyangkan egonya, maka semakin menjadi pula-lah kelakuan itu manusia.Seharusnya, Sisilia itu dihardik habis-habisan. Dia harus dijejali banyak pelajaran agar mampu menempatkan posisi diatas tanggung jawabnya.“Cinta tuh boleh, Mas.. yang nggak boleh tuh jadi goblok karena terlalu Cinta! Liat istri nggak ada sopannya ke orang tua
“Mas, kamu kayaknya harus ganti mobil deh.”“Kenapa? Kamu nggak suka sama mobil ini? Mau Mas beliin yang lain buat kamu?” lontar Fathan dengan santainya ditengah aktivitasnya dalam membelah jalanan Ibu Kota.Keyla mengeram rendah. Rasanya ia ingin menghantamkan kepalan tangan ke arah mulut Fathan. Terus-menerus dijadikan ATM berjalan istrinya tampaknya membuat otak Fathan konslet.‘Fu*ck! Dia nganggep gue cewek macem apa sih?’ batin Keyla, kesal. Ia tak suka disamaratakan dengan Sesilia. Ia bukan wanita matrealistis yang dalam setiap ucapannya mengandung kode-kode pengharapan.“Mas kelamaan diperdaya makanya gobloknya natural.” Cerca Keyla lalu, “buat buat aku! Buat anak-anak!” sentaknya, menyembur Fathan.Anak-anak memerlukan tunggangan yang nyaman, contohnya seperti Al to the Phard. Mobil itu memiliki ruang yang cukup luas. Meski nantinya akan digunakan untuk mobilitas di dalam kota. Setidaknya, disaat-saat tertentu seperti ini, anak-anak akan memiliki kendaraan yang dapat membuat m
“Udah semua? Nggak ada yang ketinggalan kan?” “Samlekom!” Pekik Keyla sembari memperagakan adegan silat. “Emang selain batang idung, kita bawa apa lagi ke Bandungnya?”Mereka saja tidak membawa apa pun selain nyawa dan anggota badan yang alhamdulillahnya masih lengkap menempel ditubuh. ‘Kok kadang-kadang pertanyaannya!’ gemas Keyla, membatin.“Ya maksud Mas tuh printilan yang kamu sama anak-anak bawa waktu keluar rumah tadi pagi, Key. Antisipasi. Daripada udah jauh, terus minta balik karena ketinggalan.”“Nggak ada!” nge-gas Keyla, kesal. Tertinggal juga tidak apa-apa. Memang apa pentingnya printilan sekolah si bocil? Mereka juga tidak akan bersekolah. Kalau itu menyangkut barang bawaannya, asalkan bukan ponsel yang tertinggal, dunianya akan tetap baik-baik saja.Gadis berbuntut dua anak tiri itu lalu meminta Dion dan Nakula agar segera naik ke dalam kabin mobil. Pembicaraan mereka pasti akan berujung dengan pertikaian jika tidak diputus secara sepihak.“Kita beneran mampir ke superma
Baiklah! Anggap saja Fathan pecundang. Tidak apa-apa. Demi kedua putra yang tengah coba ia lindungi kesehatan mentalnya, ia akan menerima julukan itu dengan seluruh kelapangan hatinya.Eksistensi Sesilia yang dulunya begitu mereka idam-idamkan, nyatanya sekarang berubah menjadi momok yang keberadaannya ingin sekali mereka hindari.Beruntung niat tersebut tidak terkendala oleh izin cuti yang Fathan ajukan kepada sang paman. Pria itu meloloskan pengajuan cutinya dengan syarat, ia dan Keyla dapat dihubungi sewaktu-waktu dengan bekerja secara mobile.“Kita beneran nggak pulang ke rumah dulu? Aku belom ngabarin orang rumah loh.”Ayahnya pasti akan khawatir jika dirinya tak pulang tanpa kabar. Meski sudah menikah, tapi kan pernikahannya tidak seperti pernikahan pada umumnya. Ia masih tinggal bersama orang tuanya layaknya gadis single lainnya.Selama ini dirinya juga tidak pernah pergi menginap. Meskipun lembur, ia akan tetap pulang dengan ayah atau bundanya yang menunggu kepulangannya. Maka
Kehadiran Sesilia dapat dipukul mundur setelah Fathan mengancam akan mengundang media untuk terlibat ke dalam kekacauan yang dibuat oleh wanita itu. Sebelum kepergiannya, Sesilia berkata jika dirinya akan menunggu kepulangan Fathan di rumah mereka. Kala mendengarnya, Fathan tergelak tanpa ekspresi di wajahnya. Ia tak mengira bahwa mantan istrinya masih mengingat kediaman itu sebagai rumah mereka.Lucu sekali bukan? Ia bahkan tidak lagi menganggap bangunan itu sebagai rumah yang hangat untuk ditinggali bersama kedua putranya.Baginya, rumah itu kini seperti bangunan usang yang ingin sekali ia robohkan demi untuk melupakan kenangan pahit di dalamnya.“Aku dibelakang ya sama anak-anak.” Ucap Keyla setelah membantu Dion dan Nakula untuk naik ke dalam kabin. Fathan tak memprotes. Ia tahu benar jika kedua putranya membutuhkan Keyla disisi mereka. Gurat keterkejutan masih tampak jelas di wajah keduanya. Melihatnya, amarah yang semula berhasil ia redam pun, kembali muncul memenuhi relung h
“Anak-anak aman, Bu. Untungnya si kakak pintar. Saat Mommy-nya hendak memaksa mereka untuk ikut, Dion dengan berani berteriak, meminta bantuan. Jadi pihak keamanan di gate depan langsung sigap mengevakuasi mereka.”“Duh! Kayak mereka korban bencana aja sih.”Ya-iya sih memang. Ibu kandung mereka tak ubahnya bencana. Dia dengan tidak tahu malunya menggunakan anak-anaknya untuk kepentingan pribadinya. Padahal aksi noraknya itu bisa membuat Dion dan Nakula trauma.Entah berada dimana otak wanita yang katanya artis papan atas itu— Keyla benar-benar tak habis pikir setiap kali memikirkan kelakuan mantan madunya. ‘Mbok ya main smooth gitu loh! Mereka diajakin baek-baek juga Bapaknya ntar ngintil!’Menikah bertahun-tahun rupanya tak menjanjikan seseorang dapat memahami karakteristik pasangannya. Contohnya saja Sesilia. Perempuan itu malah melakukan tindakan yang justru membuat Fathan semakin meradang.Ia yang tak kenal dekat saja bisa mengetahui jika anak-anak merupakan dunia daddynya. Jadi b
Keyla membeku. Seumur hidup ia belum pernah membiarkan bibirnya ternoda— ternoda oleh pertemuan dua bibir antara pria dan wanita jelasnya.Sejak ia bertumbuh dari seorang bayi menjadi anak remaja, ia mungkin pernah mengecap indahnya momen berpacaran. Namun keindahan itu tak menyertakan kegiatan fisik ke dalamnya.Sebagai gadis bar-bar, alih-alih mengarungi romansa dengan kecup-mengecup, Keyla lebih suka diajak membuat keributan. Gaya berpacarannya dulu memang tergolong tak biasa. Status pacarannya hanya bentuk pelengkap untuk memperkuat kedudukannya sebagai penguasa sekolah.Jadi, dibandingkan berpacaran normal seperti bergandengan tangan, berpelukan dan kecup-kecup manja, ia dan kekasihnya justru lebih suka menyambangi kelas lain untuk membuat sebuah perhitungan.Agenda harian mereka adalah melumpuhkan anak-anak kurang ajar yang sukanya membully murid lema, lalu menikmati pengakuan bahwa merekalah rajanya siswa di sekolah.Untuk itulah, ia jadi enggan membangun sebuah hubungan saat us
Usai mendapatkan panggilan dari pihak dimana kedua putranya bersekolah, Fathan pun meraih dompet serta kunci mobilnya. Pria itu bergegas keluar dari ruangannya, lalu menghampiri meja kerja yang seharusnya terdapat sosok sang istri disana.“Bu Keyla kemana?” tanya Fathan pada sekretarisnya. Perempuan muda yang diangkat untuk sedikit menenangkan kegelisahan karyawan lain itu pun menghentikan pekerjaannya pada papan keyboard.Fani— nama gadis itu, menjawab. “Ibu sedang turun ke bawah, Pak. Kalau tidak salah tadi izinnya mau ghibah sebentar sekalian mencarikan makan siang untuk Bapak.”Fathan meringis. ‘Terang-terangan sekali istrinya ketika meminta izin.’ Padahal bisa loh Keyla tidak menyebutkan alasan pribadinya. Wanita itu cukup mengatakan bahwa dirinya turun untuk membeli makan siang.Pantas jika musuhnya ada diberbagai lapisan karyawan. Anaknya saja tidak bisa bermain cantik. Setidaknya, selain menguasai teknik bermuka dua, dia juga harus pandai merangkai kata.“Mau saya panggilkan,
Setelah tibanya sang pemilik perusahaan yang tidak lain merupakan paman Fathan, beberapa pengunjuk rasa pun ditunjuk untuk menjadi dewan perwakilan. Mereka lantas diboyong ke dalam ruang rapat agar dapat segera menyelesaikan masalah yang ada. “Ck! Apa deh.. yang begini-begini tuh asyiknya dimana sih?! Emang kalau saya turun, kalian-kalian bakalan bisa naik gitu buat gantiin saya?” “Kalau pun tidak setidaknya kami sudah membantu perusahaan untuk menjalankan manajemen yang bersih tanpa adanya KKN.” “Ya, benar itu Bu Keyla.” Seru empat orang lainnya yang mendukung pelengseran dirinya. Kris selaku Presdir belum juga menunjukkan kekuasaannya. Pria itu masih ingin melihat kinerja istri keponakannya dalam meredam keinginan massa. “Kami menuntut bukan semata-mata iri terhadap moncernya karier Bu Keyla. Hanya saja, jika bukan karena Pak Fathan, saya yakin karir Bu Keyla hanya akan diam ditempat sebagai staff dibawah kepemimpinan saya.”Sialnya Keyla tidak bisa membantah. Ucapan si botak me
“Nggak jelas banget si Agil.” Oceh Keyla. Kepergian sahabatnya itu lantas membuat Keyla memindahkan pantatnya, tepat dihadapan si bungsu Nakula.“Keyla, Nak!”Wanita itu mendudukkan dirinya di atas meja. Ketika sang bunda memekik hendak menghardik perilaku tak sopannya, ia pun berkata, “bentar, Bunda. Ngomongnya emang harus adep-adepan gini biar afdol.”“Udah sih, Kam. Nggak apa-apa. Kayak yang baru aja si Keyla begini. Liat dia naikin meja juga udah pernah aku.” Bela Maya yang memang tidak satu dua kali melihat kebar-baran menantunya.“Terbang juga pernah ya, Mi.” Timpal papi Fathan, terkekeh karena teringat akan aksi heroik Keyla yang kabur dari kejaran ayahnya.“Mami terbang, Opa?” tanya Nakula, antusias.Opa anak itu menganggukkan kepala. “Mami Keyla waktu kecil pernah terjun payung dari atap mobil. Pas itu pake baju Superman kan ya?” tatapan matanya mengarah kepada sang besan dan dibalas dengan gerakan memonyongkan bibir.“Ada itu-nya kan, Kul. Jubah merahnya dibelakang. Nah, wak