Walamak! Baru juga didoain, eh, humannya udah eling duluan!Disaat Keyla tengah mengagumi kesaktian doanya, disaat itu pula si kecil Nakula merangsek mundur dan bersembunyi dibelakang kaki-kaki jenjang Keyla.“Lho, Kul?” Pekik Keyla merasakan remasan pada salah satu betisnya.“Mami..” Dion— anak itu turut melakukan hal yang sama, seperti yang adiknya lakukan. Ia berdiri disamping kanan sang adik dengan tangan memegang lengan ibu tirinya.Ditempatnya berdiri, Fathan pun menjadi serba salah. Melihat respon kedua putranya, dari sana Fathan tahu benar jika keduanya tak menghendaki kehadiran ibu kandung mereka.“Mas, ambil dong anak-anaknya! Udah jam segini nih. Mereka bisa telat nanti.” Titah Sisilia, bossy.Perempuan berkacamata hitam dengan mini dress keluaran brand ternama itu tampak begitu angkuh.“Dion, Kula!”Awalnya Keyla berpikir jika Tuhan sepertinya telah menjamah sisi terdalam hati Sisilia yang tandus. Namun ia terlalu percaya diri dengan itu semua. Wanita seperti Sisilia yang
Benar-benar ya! Jika ada nominasi manusia paling tidak tahu diri, Keyla bisa jamin kalau nama Sisilia pasti akan keluar sebagai pemenangnya.“Sabar Keyla..”“Nggak bisa!” sahut Keyla, menukik.Mana mampu dirinya bersabar. Ia bukan kaum lemah lembut yang akan membiarkan dirinya diinjak-injak. Apalagi oleh manusia sebangsa Sisilia.Hak Cuih!Nehik ya!Untuk Keyla, ia sudah siap bertempur. Mempertaruhkan segala kekuatannya untuk menghajar Sisilia habis-habisan.“Mas! Kamu kok diem aja sih liat Mbak Sisil begitu?” tanya Keyla, mak-mak mode on.Sepengalaman Keyla dalam bersosialisasi, manusia macam Sisilia ini paling haram untuk diberi hati. Semakin orang-orang mengenyangkan egonya, maka semakin menjadi pula-lah kelakuan itu manusia.Seharusnya, Sisilia itu dihardik habis-habisan. Dia harus dijejali banyak pelajaran agar mampu menempatkan posisi diatas tanggung jawabnya.“Cinta tuh boleh, Mas.. yang nggak boleh tuh jadi goblok karena terlalu Cinta! Liat istri nggak ada sopannya ke orang tua
“Mas, stop!!” pekik Keyla tiba-tiba dengan tangan memukul body pintu.“Kenapa, Key?”Keyla menyerngit.“Ya berhenti, Mas! Masa Mas nggak tahu artinya stop sih?” tanya perempuan itu, tak menyangka jika atasan sekaligus suami kontraknya ini sangatlah bodoh.“Mas tahu, Keyla! Siapa yang nggak tahu kalau stop itu berhenti. Anak sekecil Nakula juga tahu, apalagi Mas yang udah gede.”“Bangkotan kali.”Dion dan Nakula terkikik. Kedua anak itu, begitu menikmati kekalahan daddy-nya. Kapan lagi mereka dapat melihat wajah masam tak berselipkan kesedihan diwajah sang daddy. Ibu kandung mereka bahkan tak bisa membuat kekesalan yang menggelikan itu ada disana.“Seneng banget ya kamu ngatain Mas. Sekarang kamu bisa kena azab loh, Key.”“Serem amat bos, bawa-bawa azab.”“Iya lah! Kamu kan sekarang istrinya, Mas. Bisa tuh azab mampir kalau Mas ngucap.”“Baek-baek lo, Mas. Nikahnya nggak beneran kok sial banget aing pake kena azab segala.”Mendengar Keya yang lagi-lagi menganggap pernikahan mereka s
“Ngaku nggak lo, Nyet?! Dianter laki orang kan lo?”“Ng.. Nggak, Nggak! Tega banget lo nuduh gue jadi pelakor, Hans. Gue mana doyan sama laki orang. Lo yang bujang aja gue ogah.”“Fuck!” maki Hans. Ia kesal pada keterusterangan Keyla, sampai-sampai motor yang tengah ia topang hampir saja oleng dan membuatnya terjatuh.“Nggak usah jujur-jujur amat bisa nggak?”Keyla mengangkat dua jari telunjuknya, “peace,” selorohnya, mengudarakan kata damai.Dari cekcok keduanya, Keyla yakin Hans tak mengingat mobil yang dikendarai . Untuk sementara ini ia akan aman, terhindar dari mulut besar Hans yang tak memandang kawan dan lawan.Dihadapan penggosip, apalah arti seorang teman. Terlebih lagi, ada kata maaf yang kapan saja bisa digunakan untuk meminta pengampunan.“Syukur deh ada lo, Key. Gue jadi nggak sendirian telatnya.”Pertama-tama, Keyla mengutarakan permintaan maaf sebagai pembuka balasannya. Ia lalu berkata, “kita telatnya emang bareng, tapi maaf-maaf aja ya, Hans. Lo ntar sengsaranya sih
Semula Keyla merasa tenang sebab dirinya dapat terbebas dari jerat kekepoan Hans. Namun ketenangan itu tak bertahan lama. Otot mata istri kedua Fathan itu kembali menegang usai mendapati kendaraan yang membawanya berbelok, memasuki gerbang masuk perusahaan tempat keduanya menambang tumpukan rupiah.“K-Kok kita disini?” pekik perempuan itu dengan keterkejutan yang tak dapat dirinya sembunyikan.“Harusnya memang disini kan, Key?”Saat hari kerja berlangsung, dimana lagi memangnya seorang pekerja harus berada, jika bukan di kantor masing-masing.“Enggak dong. Kan kata Mas kita mau ninjau lokasi.”Fathan menghembuskan napas. “Lokasi untuk apa?” lontar pria itu, melemparkan kembali pertanyaan kepada istri mudanya.Sejujurnya tidak ada lokasi yang perlu mereka tinjau. Alasan itu ia buat agar Keyla bersedia masuk ke dalam mobilnya.Lama ia menunggu kedatangan sang istri, tapi perempuan yang ia tunggu-tunggu itu tak kunjung menampakkan batang hidungnya.Anak-anaknya pun mulai khawatir akan kes
“Mami?”Bola mata Nakula membola. Anak itu baru saja teringat akan perjanjian yang dirinya lakukan bersama maminya pagi tadi. Perjanjian dimana ia harus memanggil ibu tirinya dengan sebutan Tante.Sadar bahwa dirinya telah melanggar kesepakatan, Nakula pun memutar tubuh kecilnya yang terbalut oleh rasa takut.“Abang, huwaaaaaa!!!” Ia meledakkan tangis sesaat setelah indera penglihatannya bertemu pandang dengan kedua mata kakaknya.Tak ubahnya sang adik, Dion, anak yang mengetahui pasti konsekuensi dari kesalahan adiknya pun mengikuti jejak si bungsu. Sulung Fathan itu ikut menangis, merasa takut jika Keyla akan meninggalkan keduanya.“Loh, loh.. Cucu-cucunya Opa kok malah pada paduan suara gini? itu Maminya udah nyampe. Samperin gih.”Ya! Penyebab terlontarnya kalimat perpisahan Keyla untuk dunia, tidak lain dan tidak bukan, disebabkan oleh hadirnya Komisaris perusahaan bersama asisten pribadinya.Andai panggilan ‘Mami’ itu tak diperdengarkan pada telinga keduanya, Keyla pun tak akan
“Bunda, Key pulang.”Keyla pun melesak masuk usai membuka pintu utama kediaman orang tuanya.Dibelakang gadis berstatuskan istri orang itu, kedua anak tirinya mengekor, membentuk sebuah barisan dengan tangan menenteng bungkus cilok pada masing-masing tangannya.“Nenek Dion pulang.” Beo si anak pertama, mengikuti salam pembuka maminya.“Kula juga, Kula juga.” Sang adik yang tak ingin kalah pun, memekik dengan begitu riang. Anak itu bahkan sampai mengangkat kedua tangannya ke udara, membuat plastik jajanannya bergoyang-goyang.“Tante, Om..”Ketika sebuah suara yang tidak diharapkannya akan mengekor, terdengar, Keyla dengan kekuatan supernya, memutar kepala lengkap bersama seluruh anggota tubuhnya yang lain.“Heh! Mas Fathan bukan Ayu Tong-Tong ya. Ngapain coba pake salah alamat segala!” Sembur Keyla, benar-benar tak sadar jika ada satu manusia gaib yang mengikuti kepulangannya.Bunda Keyla pun tak kuasa menahan tawa. Hamil apa ia dulu sampai mempunyai anak se-jenaka Keyla.“Udah, Key. M
Sebagai seorang pria, memang apa kurangnya? Sebelum berakhir menjadi seorang ayah dua anak, ia berkali-kali menjadi bintang sekolah, begitu pula ketika dirinya mengenyam bangku perkuliahan.Pesonanya belum pernah tertandingi meski para junior tampan berdatangan, mencoba untuk melengserkan posisinya sebagai idola kaum hawa.Memang hanya Keyla seorang yang mendadak buta setelah sempat mengagumi pesonanya. Gadis itu sedang senang-senangnya bertingkah amnesia, seolah ketampanannya tak pernah menyihir kedua matanya.“Alamak, Fathan. Baru juga masuk, masa udah nyerah aja kamu?” teriak Maya, berlari keluar dari pekarangan rumah putranya.Niat hati hendak menyemangati sang putra dengan datang langsung agar membuat Keyla sedikit segan, eh, ia justru dibuat terkejut karena Fathan tak tahan banting.“Mau pulang ambil HP ya, kamu? Nggak bisa! HP kamu udah Mami cemplungin ke akuarium.”“Kumaha, Mi? HP Fathan diapain?” tanya Fathan, tak mampu menahan kekagetannya.Apa salah ponsel pintarnya sampai
“Ya udah sana!” Setelah mengucapkan terima kasih, Fathan pun membangkitkan diri. Ketika ia melangkahkan kaki, suara ayah mertuanya kembali terdengar. “Kok kesana? Mau kemana kamu?!” tanya pria itu, lagi-lagi menyentak diri Fathan. Merasa tidak ada yang salah dengan tujuannya, Fathan pun tampak begitu polos mengatakan bahwa dirinya hendak pergi ke lantai dua— tepatnya ke kamar pribadi Keyla, sang istri. “Ngadi-ngadi maneh! Selesein dulu tuh urusan kamu sama ibunya anak-anak. Jangan mimpi bisa sekamar sama Keyla kalau belom ada surat cerai.” Daddy dari dua anak itu kontan terperangah. ‘Be-benarkah ini?’ batin Fathan, tak percaya. Jika dipikirkan kembali, perkataan ayah mertuanya secara tidak langsung seperti tengah memberikan dukungan. Kasarnya, ia bisa hidup layaknya pasangan normal lainnya setelah urusannya bersama Sesilia selesai. “Si-siap, Om. Saya pastiin sidang selanjutnya bakalan jadi sidang terakhir saya sama ibunya anak-anak.” Dukungan ayah mertuanya sangatlah bera
Sayonara Bandung! Karena pelaporan yang menyebar luas, Keyla pun mencemaskan kedua orang tuanya. Meski keduanya berkata baik-baik saja, sebagai seorang anak ia tetap mengkhawatirkan ayah dan bundanya. Untuk itulah liburan yang tiba-tiba ini juga harus dihentikan secara mendadak. “Padahal kita belom sempet datengin spot-spot seru di Bandung.” Fathan terkekeh. “Next time ya, Key. Libur akhir tahun kita keliling Bandung.” Janjinya, berniat membawa sang istri untuk kembali berlibur. Keyla pun hanya menggumamkan kata ‘ya,’ sebagai jawaban. “Kita kok pulang Dad? Kan baru sampe?” tanya Nakula, melongokkan kepala melewati dua jok yang Keyla dan Fathan duduki. “Ada urusan, Boy.” “Mommy bikin masalah lagi ya?” Kali ini, Dion lah yang bertanya. “Nggak, siapa bilang? Mommy kamu kemaren cuman maen doang kok.” Jawab Keyla, membuat Fathan tertegun. Meski tampak begitu kesal kala berhadapan dengan Sesilia, dihadapan anak-anaknya, Keyla tetap saja melindungi wanita itu. Istrinya ini sea
“Mbak Sesil beneran laporin aku ke polisi, Mas?” Beberapa jam setelah Sesilia kabur meninggalkan kediaman orang tua Fathan, kabar mengenai pemukulan yang Keyla lakukan kepada manajer madunya itu tersebar di jagad maya. Lucunya, kabar tersebut diberitakan oleh Sesilia sendiri bersama bukti pelaporan yang wanita itu lakukan lengkap dengan unggahan hasil visumnya. Berita yang hanya menitikberatkan Keyla sebagai pelaku pemukulan pun, tak ayal membuat Keyla menjadi bulan-bulanan netizen warga berflower. Sesilia sepertinya mulai kehilangan akal sehat setelah mengetahui terbongkarnya perselingkuhan wanita itu. Entahlah! Baik Keyla, Fathan dan orang tuanya— mereka tidak tahu mengapa Sesilia sampai bertindak sejauh ini. Tindakan Sesilia ibarat menyiramkan berliter-liter bensin ke dalam kobaran api yang masih menyala terang. Halusnya, calon janda Fathan itu justru membuat keadaan yang sudah runyam menjadi kian runyam oleh perilaku tak berotaknya. “Dari berkas yang dia unggah, kayaknya
“Mo-morning, Key.” Sapa Fathan, canggung. Keyla membalas dengan tak kalah canggungnya. “Pa-pagi, Mas.” “Du-duk, Key. Sarapan.” “E-eung.” gumam Keyla kemudian mendudukkan diri tepat disisi kanan Fathan. Tak melihat dua anak tirinya, Keyla pun mempertanyakan keberadaan keduanya. “Ku-Kula sama Dion, mana?” “Be-beli bubur ayam. Sam-Sama Mbak.” Interaksi aneh keduanya pun mengundang tanda tanya ke dalam benak Maya. Anak dan menantu barunya tak pernah semalu-malu ini dalam berinteraksi. Terutama Keyla. Sejak kecil, menantunya itu selalu dar-der-dor, penuh dengan energi sekalipun itu kegelapan. “Pi-,” tak ingin merasakan kekepoan sendiri, Maya pun menggerakkan tangannya, menyiku lengan papi Fathan. “Kenapa, Mi?” Maya meliukkan tubuh, merapatkan diri agar dirinya bisa berbisik ditelinga suaminya. “Perhatiin Fathan sama Keyla deh, Pi. Kayak ada yang aneh sama mereka.” Pancingan Maya membuahkan hasil. Papi Fathan kontan memperhatikan keduanya dan terasalah aura tak biasa dari anak se
“Abang, Abang! Nanti kalau Kula punya adek, Kula dipanggilnya abang juga kan kayak Abang?” Uhuk! Baik Keyla atau pun Fathan, keduanya langsung terbatuk usai mendengar pertanyaan si bungsu kepada kakaknya. Sial! Sebenarnya siapa yang telah meracuni otak suci si kecil? Anak yang belum meninggalkan bangku Taman Kanak-Kanak-nya itu, sudah berjam-jam mengangkat tema per-kakak-adikan ke dalam celotehannya. Nakula tampak sangat menginginkan adik. Sesuatu yang begitu sulit untuk dikabulkan mengingat hubungan Keyla dan Fathan yang hanya berasaskan tolong-menolong belaka. Bahkan, kabur bersama ketiganya tidak ada di dalam agenda pernikahan palsu mereka. Semua murni diluar rencana, termasuk Fathan yang akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan pernikahan dengan Sesilia. Jadi, mana bisa Nakula menjadi seorang kakak jika daddy-nya saja tak mau rujuk dengan mommy-nya? Yah, kecuali Fathan mengalah dengan mengadopsi satu bayi untuk dijadikan adik untuk bungsu mereka. “Eung. Jadi Aba
Annyeong, Teman-Teman Pembaca.Pertama-tema Qey ingin meminta maaf untuk seluruh kesalahan Qey. Maaf karena Qey sudah membuat kalian menunggu-nunggu karya ini. ... yang ke dua, Qey juga mau minta maaf lagi karena membawa kabar tidak menyenangkan. Untuk sementara, karya ini akan hiatus sampai Mas Kawin Yuk tamat. Keputusan ini Qey ambil karena Qey menyadari kemampuan diri Qey yang saat ini sangat tidak memungkinkan untuk menggarap 2 naskah sekaligus. Untuk sementara ini, Qey akan memfokuskan diri untuk mengerjakan Mas Kawin Yuk dulu ya. Teman-teman yang belum baca, bisa move dulu kesana biar nggak kangen-kangen amat sama tulisan-tulisan Qey. InsyaAllah hiatusnya nggak akan lama. Doakan saja supaya kesehatan Qey tidak turun lagi ke titik dimana Qey untuk bangun aja susah. Sekali lagi maaf dan mohon doanya. Terus semangati Qey ya, semua.yang terkasih, Qeynov.
“Gimana ini, Pah? Fathannya menghindar. Sesil nggak bisa hubungin dia.”Papa Sesilia mengacak rambutnya. Ia ikut frustasi. Dengan tingkah Fathan yang seperti ini, kemungkinan besar tali kekang sang putri atas diri pria itu sudah sepenuhnya terlepas.Sebelumnya, Fathan bahkan tak bisa hidup tanpa eksistensi putrinya. Pria itu akan berusaha menemui Sesilia, mengorbankan waktunya yang terbatas untuk sekedar melihat wajah istrinya.Pria yang seperti itu kini telah berubah dan penyebabnya, “semua salah kamu, Sil! Kalau aja kamu nggak berulah dan jadi istri yang baik, menantu kesayangan Papa nggak akan ninggalin kita.” Perilaku putrinya yang selalu mengabaikan keluarganya.“Kok Papa nyalahin aku? Fathan yang nalak aku, Pah.” Nyalak Sesilia, tak terima sang papa menyalahkan dirinya.“Terus karena siapa Fathan nalak kamu, Hah? Sadar. Kalau bukan karena perselingkuhan kamu, Fathan nggak akan sampai nalak kamu.”“Fathan nggak tau! Sampe detik ini dia nggak pernah bahas tentang perselingkuhan aku
Kala kedua kelopak mata Keyla terbuka, gadis muda itu mengerjap beberapa kali.Rasa kantuk dan lelah yang bersarang didalam dirinya, mengaburkan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul.Detik demi detik pun terlewati dengan Keyla yang masih bertahan dalam posisi berbaringnya.“Kok kayak ada yang beda?” gumamnya, mulai menyadari adanya perbedaan pada langit-langit kamarnya.Sejenak Keyla menutup kembali kelopak matanya. Sepertinya ia terjaga ke dalam mimpi yang lain. Mana mungkin ia tidur di rumah milik tetangganya. Ayahnya pasti akan membombardir dirinya dengan teror panggilan maut.Namun, dalam beberapa detik berikutnya, Keyla membangkitkan diri dengan kekuatan penuh.“Anjrot! Kok gue ada disini? Bukannya gue tidur di mobilnya Mas Fathan ya?” monolognya, setelah meneriakkan umpatan.Ia ingat sekali jika dirinya tengah melakukan perjalanan singkat untuk menghindari calon mantan istri suaminya. Rencananya mereka akan bertolak ke Bandung. Dari ingatan terakhirnya itu, Fathan meminta d
“Mas, kamu kayaknya harus ganti mobil deh.”“Kenapa? Kamu nggak suka sama mobil ini? Mau Mas beliin yang lain buat kamu?” lontar Fathan dengan santainya ditengah aktivitasnya dalam membelah jalanan Ibu Kota.Keyla mengeram rendah. Rasanya ia ingin menghantamkan kepalan tangan ke arah mulut Fathan. Terus-menerus dijadikan ATM berjalan istrinya tampaknya membuat otak Fathan konslet.‘Fu*ck! Dia nganggep gue cewek macem apa sih?’ batin Keyla, kesal. Ia tak suka disamaratakan dengan Sesilia. Ia bukan wanita matrealistis yang dalam setiap ucapannya mengandung kode-kode pengharapan.“Mas kelamaan diperdaya makanya gobloknya natural.” Cerca Keyla lalu, “buat buat aku! Buat anak-anak!” sentaknya, menyembur Fathan.Anak-anak memerlukan tunggangan yang nyaman, contohnya seperti Al to the Phard. Mobil itu memiliki ruang yang cukup luas. Meski nantinya akan digunakan untuk mobilitas di dalam kota. Setidaknya, disaat-saat tertentu seperti ini, anak-anak akan memiliki kendaraan yang dapat membuat m