Hello, October! Maaf bulan kemarin Qey jarang banget update. Kalau Qey mampu, Qey akan usahain buat rajin di bulan ini. Terima kasih buat yang tetep baca cerita ini.
“Mami?”Bola mata Nakula membola. Anak itu baru saja teringat akan perjanjian yang dirinya lakukan bersama maminya pagi tadi. Perjanjian dimana ia harus memanggil ibu tirinya dengan sebutan Tante.Sadar bahwa dirinya telah melanggar kesepakatan, Nakula pun memutar tubuh kecilnya yang terbalut oleh rasa takut.“Abang, huwaaaaaa!!!” Ia meledakkan tangis sesaat setelah indera penglihatannya bertemu pandang dengan kedua mata kakaknya.Tak ubahnya sang adik, Dion, anak yang mengetahui pasti konsekuensi dari kesalahan adiknya pun mengikuti jejak si bungsu. Sulung Fathan itu ikut menangis, merasa takut jika Keyla akan meninggalkan keduanya.“Loh, loh.. Cucu-cucunya Opa kok malah pada paduan suara gini? itu Maminya udah nyampe. Samperin gih.”Ya! Penyebab terlontarnya kalimat perpisahan Keyla untuk dunia, tidak lain dan tidak bukan, disebabkan oleh hadirnya Komisaris perusahaan bersama asisten pribadinya.Andai panggilan ‘Mami’ itu tak diperdengarkan pada telinga keduanya, Keyla pun tak akan
“Bunda, Key pulang.”Keyla pun melesak masuk usai membuka pintu utama kediaman orang tuanya.Dibelakang gadis berstatuskan istri orang itu, kedua anak tirinya mengekor, membentuk sebuah barisan dengan tangan menenteng bungkus cilok pada masing-masing tangannya.“Nenek Dion pulang.” Beo si anak pertama, mengikuti salam pembuka maminya.“Kula juga, Kula juga.” Sang adik yang tak ingin kalah pun, memekik dengan begitu riang. Anak itu bahkan sampai mengangkat kedua tangannya ke udara, membuat plastik jajanannya bergoyang-goyang.“Tante, Om..”Ketika sebuah suara yang tidak diharapkannya akan mengekor, terdengar, Keyla dengan kekuatan supernya, memutar kepala lengkap bersama seluruh anggota tubuhnya yang lain.“Heh! Mas Fathan bukan Ayu Tong-Tong ya. Ngapain coba pake salah alamat segala!” Sembur Keyla, benar-benar tak sadar jika ada satu manusia gaib yang mengikuti kepulangannya.Bunda Keyla pun tak kuasa menahan tawa. Hamil apa ia dulu sampai mempunyai anak se-jenaka Keyla.“Udah, Key. M
Sebagai seorang pria, memang apa kurangnya? Sebelum berakhir menjadi seorang ayah dua anak, ia berkali-kali menjadi bintang sekolah, begitu pula ketika dirinya mengenyam bangku perkuliahan.Pesonanya belum pernah tertandingi meski para junior tampan berdatangan, mencoba untuk melengserkan posisinya sebagai idola kaum hawa.Memang hanya Keyla seorang yang mendadak buta setelah sempat mengagumi pesonanya. Gadis itu sedang senang-senangnya bertingkah amnesia, seolah ketampanannya tak pernah menyihir kedua matanya.“Alamak, Fathan. Baru juga masuk, masa udah nyerah aja kamu?” teriak Maya, berlari keluar dari pekarangan rumah putranya.Niat hati hendak menyemangati sang putra dengan datang langsung agar membuat Keyla sedikit segan, eh, ia justru dibuat terkejut karena Fathan tak tahan banting.“Mau pulang ambil HP ya, kamu? Nggak bisa! HP kamu udah Mami cemplungin ke akuarium.”“Kumaha, Mi? HP Fathan diapain?” tanya Fathan, tak mampu menahan kekagetannya.Apa salah ponsel pintarnya sampai
Keyla memulangkan kedua anak tirinya ke rumah kedua orang tua anak itu.Iya, rumah Fathan! Siapa lagi orang tua mereka kalau bukan suami di atas materainya, hah?!Sangat tidak mungkin untuk memboyong keduanya ke dalam arena, dimana daddy mereka akan ia eksekusi habis-habisan. Ia masih mempunyai otak yang waras, yang tidak mengedepankan emosi sesaat dengan mengabaikan perasaan kedua anak tirinya.Ia juga berpesan agar anak-anak tidak pulang ke rumahnya sebelum ia sendiri yang menjemput keduanya. Yah, untuk berjaga-jaga saja supaya kemarahannya nanti tidak terinterupsi oleh kehadiran mendadak mereka— karena sepertinya, hanya memaki Fathan tak akan cukup untuk meredakan emosinya.“Key tunggu..” Fathan pun tiba dengan napas ngos-ngosan. Padahal ia sudah berlari sekencang yang dirinya bisa, akan tetapi, kecepatannya itu masih tak cukup untuk mengejar mengebutnya sepeda listrik yang istrinya jalankan. “Mas minta maaf.”Dasarnya memang sedang tegangan tinggi, permintaan maaf itu pun, hanya
“Ceraiin aku, Mas Fathan.”“Eng-Enggak.” sahut Fathan cepat dan gagap. Kepalanya ikut menggeleng seiring dengan jawaban yang dirinya lontarkan. Ia lalu melangkahkan kaki, memupus sebagian jarak yang membentang diantara keduanya.Tak.. Tak.. Tak..Ruang tamu yang semula ramai oleh ledakan emosi si pemilik rumah, kini berubah begitu sunyi hingga mampu memperdengarkan langkah kaki Fathan.Sungguh pergantian suasana yang dramatis, persis seperti adegan drama-drama picisan yang kerap ditayangkan pada sinetron lokal dengan 7 season penayangan.Lalu, ketika Fathan hendak meraih tangan istri mudanya, wanita yang entah berguru ilmu cenayang dari mana itu, menggagalkan niat suaminya dengan menepis lengan Fathan.“Nggak usah pake adegan sinetron segala, please! Jijik tau nggak!” cibir Keyla yang lantas mengembalikan kenormalan atmosfer disekitar mereka.C-tak! “Awh!” Keyla mengaduh, memegangi keningnya yang baru saja mendapatkan jitakan.“Harusnya kamu tempeleng kepalanya, Than.” Ucap ayah Keyla
Dengan tidak mengenal arti kata malu, istri pertama Fathan benar-benar hengkang setelah mendapatkan apa yang dirinya inginkan. Perilaku itu tentu saja membuat Keyla dan mami mertuanya berdecih hebat.“Kayaknya dulu Mami pernah bikin geger satu kayangan deh, makanya dapet cobaannya gini banget di dunia.”Keyla pun melirik dengan pandangan sulit diartikan. Satu ujung bibirnya naik ke atas hingga menciptakan sedikit rongga pada mulutnya. Wanita yang masih tetap gadis meski sudah beberapa hari menikah itu lantas mencibir, “Sun Go Kong kali ah, bikin geger kayangan! Si Tante mah aya-aya wae. Sama aja kayak anaknya.”“Heee! No way!! Mami menolak keras disamain sama orang belegug (bodoh) kayak dia. Udah dibilang jangan dikasih, masih aja dikasih!” Ibu mertuanya Keyla itu memalingkan wajah untuk menatap tajam putranya. Ia lalu setengah membentak Fathan. “Ganti pokoknya! Sampe mati Mami nggak akan ngeikhlasin duit yang 300 juta tadi.”“Iya, Mi. Mami tenang aja. Pasti Fathan ganti kok.”“Tante j
“No-no kerja, Daddy! Pokoknya Daddy harus ikut Kula ke sekolah.” Nakula merengek sembari merebut paksa bagpack yang biasanya digunakan Fathan untuk membawa peralatan kerjanya.“Kula.. Daddy udah pinter kok. Daddy nggak perlu sekolah lagi, Sayang.”Nakula menyentak keras. “Enggak!” Anak itu berkacak pinggang sembari membulatkan bola mata hingga kelopaknya sedikit menyipit.“Kata Mami, Daddy itu masih belom pinter.” Nakula kemudian memutar pinggangnya, “iya kan, Mami?” ucapnya, bertanya pada sosok yang sudah pasti akan menganggukkan kepalanya.“Ayo ganti bajunya, Daddy. This Day jadwalnya pake baju kaos berkerah. Kayak Kula sama Abang gini.” Si kecil yang termakan oleh cuci otak ibu tirinya itu, menarik sedikit ujung kaos polo miliknya, kemudian melakukan hal yang sama dengan milik sang kakak.“Kula.. Kaos itu ya baju, Nak. Kaos itu nama jenis bajunya.”“Eung, oke, nanti Kula inget-inget, Daddy.” Jawab Nakula, memagut-magutkan kepala.“Nah, Daddy pinter kan?”Keyla berkicau. “Du-Duru-Dud
“Bunuh Sesil? yang bener aja kamu, Bun! Ayah bunuh tikus aja nggak berani, apalagi bunuh anak orang!”Wah, mengerikan sekali tebakan istrinya. Bagaimana bisa wanita yang berpuluh tahun hidup dengannya, menebak hal semengerikan itu tentang dirinya?Memangnya ia sebodoh itu apa sampai rela mengorbankan diri untuk dikurung sampai mati di dalam sel tahanan? Pembunuhan berencana kan hukumannya seumur hidup. Kemungkinan ia bisa bebas jika 40 tahun yang akan datang, nyawanya masih menempel dibadan. Kalau sudah terpisah ya, bye! Selamat tinggal Bunda. Silahkan menjadi seorang janda!“Kirain Bunda, Ayah tuh mau nekat demi anak kita.” Ucap bunda Keyla usai mengembuskan napas, pertanda bahwa dirinya merasa sangat lega.“Nekat sih nekat, Bun. Tapi ya enggak ngelakuin yang ngerugiin diri sendiri juga lah! Kalau Ayah kenapa-napa, siapa nanti yang jagain kamu sama anak sableng kita?”“Suami barunya Bunda, maybe. Hehehe..”Ayah Keyla mendelik. “Ayah gentayangin kalian!” lontarnya, merajuk dengan keluc
“Oh, gini toh rasanya nepotisme? Sedep bener ya. Tahu langsung dapet room VVIP, lo keluarnya lebih cepet dong.”Pantas negara Wahkanda ini pejabatnya terlenakan oleh KKN. Orang baru nepotismenya saja, kesulitan hidup seketika menjadi begitu mudah berkat bantuan si donatur gelap.Kacau! Tak heran rakyat sampai lebih percaya dengan pihak keamanan Bank Central. Dibayar UMR-pun, para satpam itu tetap melayani sepenuh hati tanpa menerima amplop selipan di dalam kantong saku seragam kerjanya.“Pasti kalau pejabat yang kesini, nggak bakalan lo suruh nunggu kayak kita-kita kan?”Hans tersedak.Kampret sekali memang Keyla.Mulutnya itu loh, seperti tidak pernah makan bangku sekolahan. Tahu sih kalau sebuah kursi tidak bisa dimakan. Minimal sewaktu berangkat, otaknya ikut lah. Jangan ditinggal di rumah.Hans mendelik. Sahabat yang dulunya berada di dalam satu ruang kerja dengan Keyla itu mengucapkan terima kasih kala Dion mengulurkan selembar tisu ke arahnya. Ia lalu mengembalikkan atensinya pa
“Why?”“Gila ya, Mas. Mas mau jadi bahan gosip Kang Sate sama warga komplek?” Keyla menyipitkan matanya, memandang tajam Fathan yang bisa-bisanya masih bertanya kenapa ia tidak menyetujui usulan pria itu.“Astaga, Key. Siapa yang mau gosipin kita, heum? yang artis kan udah ke Amerika.”“Nggak, nggak! yang lain aja.” Keukeuh, Keyla.Ia malas kalau harus menjadi topik perbincangan orang. Apalagi kalau sampai bertemu dengan si kembar yang salah satunya tukang nyinyir. Jiwa dan raganya terlalu lemah sekarang. Ia saja masih belum bisa menerima kenyataan kalau dirinya terusir dari rumah ayahnya.“Ya udah. Kamu maunya apa?” “Mau balik ke rumah Ayah, huwaaaa.” Alamak! Ternyata drama si anak terusir masih berlanjut. “Minta makan ke rumah Ayah nih jadinya?” “Nah, iya! Ayo-ayo. Masakan Bunda jauh lebih enak daripada beli.” Sayangnya ketika Keyla hendak membuka gerbang rumahnya, gerbang itu terkunci dengan gembok besar yang belum pernah Keyla lihat sebelumnya.“A-AYAAAAAAH!!!”“Dad..” Dion me
“Bye-bye rumah. Mianhae..” Keyla meletakkan ujung tisu pada sudut mata kanannya. Wanita itu berkata tidak sanggup, lalu terisak setelah melirihkan kata ‘no,’ sembari mengulurkan tangan untuk menggenggam rumahnya.Keyla kalah berperang melawan sang ayah. Usai tak dapat mempertahankan kedudukannya, kini Keyla pun harus meninggalkan rumah yang dalam proses pembuatannya, Keyla kalah dalam peperangan. Usai tak dapat mempertahankan posisinya, kini ia harus berpisah dari rumah yang dalam proses pembangunannya, tak menguras satu angka di rekeningnya.Ya, Pemirsa yang Budiman. Keyla tidak menyumbang apapun, baik itu batu bata begitu pula dengan pasir dan tumpukan semen pengikat bangunan. Ia hanya bermodalkan udara yang keluar masuk dari paru-parunya, kemudian bisa tinggal sampai beberapa detik lalu, tepatnya sebelum dirinya benar-benar terusir.“Hiks, rumahku. Jangan lupain aku ya.”Ayah Keyla berdecak menyaksikan betapa berlebihannya tingkah putrinya. Ngidam apa dulu istrinya sampai anak tung
Sudah jatuh, tertimpa menara Eiffel pula, begitulah perumpamaan yang saat ini menggambarkan kondisi Keyla. Mengapa tidak— Dikarenakan guyonan papi mertuanya, baby sepolos Nakula justru menginginkan adik. Tak tanggung-tanggung, langsung lima sekaligus seolah dirinya ini seekor kucing yang dapat melahirkan dalam jumlah banyak.“Hahaha, maaf ya Key. Papi tadi cuman asal ngucap loh. Nggak maksud buat ngomporin. Sumpah.”Hah! Mau marah pun percuma. Waktu tidak bisa diputar kembali dan Nakula sudah terlanjur excited menantikan adik-adiknya. Padahal perihal adik sudah sempat ia amankan ketika mereka berada di Bandung. Siapa sangka tema itu diangkat lagi ke permukaan.“Ehem.. Kalau dipikir-pikir, Ayah sama Bunda juga nggak masalah kalau punya cucu cepet. Daripada makin tua. Nanti malah nggak kuat gendongnya.”Jedduar!Soundtrack sinema azab tiba-tiba saja terdengar di indera pendengaran Keyla. Apa ini? Kenapa ayahnya justru ikut-ikutan begini? “Kamu nggak masalah kan Than kalau nambah tanggu
Keyla masih dalam keadaan shock hebat setelah tanpa sengaja melihat aset berharga berupa burung perkutut seorang pria. Penampakan perkutut serupa belalai gajah itu membayang-bayangi ingatannya hingga ia hanya bisa diam melongo dengan tatapan lurus ke depan. Tak ada yang Keyla perhatikan. Pandangannya kosong, sekosong isi otaknya yang terisekai ke dunia lain. Tepatnya dunia permanukkan. Sekilas ingatan pun menyapa, membuat tubuh Keyla bergidik. “Key, maaf. Saya nggak tau kalau kamu nyariin saya.”Bukan salah Fathan memang. Ia bertelanjang di area pribadinya. Pun tidak akan ada orang yang berani menerobos masuk sebelum ia persilakan. Kecuali, Keyla.Ah, harusnya ada satu pengecualian tetap, yaitu Dion. Namun mengingat putra sulungnya itu tengah berada di kediaman ayah mertuanya, seharusnya kamarnya aman tak terjamah oleh siapapun. “Key..” Tak ada sahutan. Keyla masih dengan wajah kosongnya seakan tak menganggap eksistensi Fathan dan Nakula. ‘Se-shock itu ya dia?’ batin Fathan, mu
“Eng, aku pikir-pikir dulu deh. Nggak harus sekarang juga kan ngasih jawabannya?” Fathan pun tersentak. Ternyata jalannya masih panjang. Kecewa? Sudah pasti. Namun Fathan yakin benar Keyla akan memikirkan seluruh kata-katanya karena itu menyangkut kesejahteraan orang tuanya.“Iya, Key. Kamu pikirin baik-baik ya. Mas berharap kamu bisa ngertiin Mas yang nggak pengen ngerepotin ayah kamu.”“Oke, Oke. Udah kan? Capek banget aku, Mas. Pengen reb..”Brak-Brak-Brak! Kalimat yang seharusnya menjadi rebahan ketika terpenuhi itu terhenti tatkala seseorang menggebrak kaca mobil tepat dimana Keyla duduk.“Buka!” Sosok dibalik anarkis penggebrak kaca mobil adalah ayah Keyla. Sejak ia tiba, ia sudah mencurigai kendaraan menantunya karena melihat mesin yang masih menyala. Ia berdiam diri didalam mobil, memantau dua orang yang tampaknya tak menyadari kepulangannya.Bak tengah tertangkap basah selingkuh dengan suami wanita lain, Keyla pun dilanda kegugupan. Jari-jarinya bergetar. Terasa kelu hingg
“Guys, kalian ke rumah Mami dulu ya. Mami sama Daddy mau ngobrol bentar.”“Nggak berantem kan?” “Nggak.” Balas Keyla, menjawab pertanyaan Nakula. “Janji ya, Mami?”Nakula mengulurkan jari kelingkingnya dan Keyla menyambutnya sekalipun ia akan mengingkari janji jari kelingking mereka.Sudah jelas kan?! Ya kali mereka tidak ribut. Mana bisa sih perang dunia tidak pecah ketika Fathan kembali menyalahi aturan yang telah mereka sepakati di awal pernikahan. Memangnya Keyla sebaik hati itu ya? Jawabannya sih enggak dong. “Yon, jagain adeknya ya.” Pinta Keyla. Si sulung pasti mengerti maksudnya. Anak itu hanya perlu memastikan jika adiknya tidak berlari keluar dan mengganggu war keduanya.“Siap, Mi.”“Wait. Daddy bantuin turunnya.” Ujar Fathan lalu secepat kilat membuka pintu mobilnya. Dari dalam kabin Keyla memperhatikan aksi Fathan. Pria itu memang ayah yang baik untuk anak-anaknya. Sayang saja dunia tidak memihaknya dalam urusan percintaan. ‘Lah?! Kan gue juga!’ Pekik Keyla, membatin.
Fathan menyerngit tatkala melihat tampang kecut bertahan awet pada wajah istri ke dua-nya. “Kenapa sih, Key? Perasaan dari tadi manyun mulu bibirnya.” Keyla memutar kepala. Satu detik. Setelah itu ia kembali membuang wajah, kernyitan pada kening Fathan kian mendalam. “Habis ngapain sih kamu sama temen-temen kamu itu? Aneh deh. Nggak ada angin, nggak ada ujan kok saya diketusin gini.” “Mereka bukan temen aku ya!” Nyalak Keyla. Kembali kepalanya berputar untuk bersitatap dengan Fathan. “Daddy, Mami.. Don't fight please.” Di kursi penumpang, Nakula yang takut melihat pertengkaran kedua orang tuanya, bersuara. Mata anak itu berkaca-kaca seolah sebentar lagi ia akan menumpahkan tangisnya jika Keyla dan Fathan terus bersitegang.“Mami sama Daddy nggak berantem kok. Suwer.” Ucap Keyla, kini menatap si kecil yang duduk tepat disamping sulung Fathan. “Beneran? Tapi kok Mami ngomongnya bentak-bentak Daddy?” Pertanyaan cerdas Nakula tak ayal menerbitkan ringisan. ‘Dimakanin apa sih sama
Keyla melipat kedua lengan di dada. Ditengah ramainya aktivitas bandara, wanita yang memisahkan diri dari Fathan dan kedua anak tirinya itu mengembuskan napas.‘Sebenernya lo lagi ngapain sih, Mas?’ Monolog Keyla, lengkap dengan ekspresi jengah yang tak dapat ia sembunyikan.Sungguh, jika ada penyelenggaraan lomba pemilihan pria paling bodoh sedunia, meski tak mengikutinya, para malaikat pasti tak akan segan untuk menggerakkan hati juri agar memenangkan Fathan. Bodoh! Pria itu bahkan masih menangis diam-diam saat kedua anaknya terlelap, tapi anehnya, ketika Sesilia meminta dirinya datang untuk mengantarkan kepergiannya, Fathan menyanggupinya seolah perceraian kemarin tak berdampak apapun padanya. “Ck!”Menyaksikan suami dan anak-anaknya dieksploitasi, Keyla membuang muka, menghindar dari sajian yang dapat menggerakkan anggota tubuhnya, yang siap sedia untuk menerjang Sesilia.Demi Tuhan, mereka hanya dijadikan konten. Konten untuk semakin mengharumkan nama Sesilia yang sejatinya seb