Reynard tidak fokus mengemudikan mobilnya, melihat pipi kanan Aurelia yang memerah serta kedua mata yang sembab seperti sudah menangis.
Ia merasa kesal dan marah, karena wanita yang dicintainya terluka, namun ia sadar tidak bisa berbuat banyak, karena yang melakukannya adalah ayah kandung dari Aurelia, terlebih ia belum memiliki hak apapun terhadap wanita yang sudah lama ia cintai. “Sorry, kamu harus melihat hal itu. Tapi, terima kasih sudah datang di waktu yang tepat. Ada apa kamu menemuiku?” “Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan,” seru Reynard. Aurelia pun tersenyum dan mengangguk, tidak ada jawaban apapun lagi dari mulut gadis cantik itu. Keterdiaman Aurelia yang semakin membuat Reynard ikut merasa sedih. Reynard mengerti, apa yang dirasakan oleh Aurelia saat ini, kesedihan setelah kehilangan sosok yang disayangi serta amarah karena sosok yang dikira akan menjadi satu-satunya untuk semangat hidup, justru malah menyakitinya, bahkan tanpa peduli perasaan Aurelia, dia membawa dua orang dan memaksa untuk masuk ke dalam hidupnya. “Aku janji, kebahagiaan akan datang lagi padamu, Lia.” Batin Reynard. *** Aurelia ikut kemana pun Reynard mengajaknya, hingga senyumnya kembali terlihat. Kehadiran Reynard seolah menutup luka Aurelia di waktu yang tepat. Kini, mereka sedang berada di sekitar Ancol, memandangi langit sore yang indah. Aurelia memejamkan matanya, seolah tengah berdoa pada yang maha kuasa, berharap semua masalah hidupnya akan mudah ia lalui. “Semua akan baik-baik saja,” ucap Reynard membuat gadis cantik itu tersenyum. “Ya, semoga … Rey, kau tidak sibuk, bisa sampai menemaniku seharian ini?” “Tidak, aku kan bos, sama sepertimu, libur sehari dua hari tidak masalah bukan?” Gadis cantik yang dipanggil Lia itu pun tertawa kecil. Reynard menang seorang CEO, waktunya bisa ia atur sendiri. “Benar, tapi pekerjaan di kemudian hari akan semakin menumpuk. Tapi aku senang, sejenak aku sedikit melupakan masalahku.” Aurelia kembali menutup kedua matanya, merasakan angin yang tertiup padanya. “Aku hanya ingin melihat senyummu lagi, Lia. Kau tahu, perasaanku masih sama dari sejak awal aku mengenalmu,” ucap Reynard mengejutkan Aurel. Aurel terpaku, ia tidak tahu harus menjawab apa, karena dirinya belum memiliki perasaan apapun pada pria di sampingnya. “Aku …” “Tidak perlu menjawab.” Reynard, memotong perkataan Aurel. “Aku tahu, kamu belum memiliki perasaan apapun padaku. Tapi, Lia … izinkan aku untuk tetap dekat denganmu, karena aku akan berusaha untuk mendapatkan hatimu.” Aurelia mengangguk, “terima kasih, terima kasih untuk semuanya, Rey. Aku tidak tahu, apa hati ini akan berlabuh padamu nanti, tapi kumohon, bersabarlah, jika kau memang mau menungguku lagi.” “Beberapa tahun sudah kulewati, menunggu sebentar lagi, tidak akan membuatku menyerah,” seru Reynard. Aurelia pun tersenyum, entah mengapa ia sangat sulit memiliki perasaan pada pria di sampingnya. Reynard adalah sosok pria yang baik, bahkan pria itu menepati janjinya, akan menunggunya hingga siap menjalin hubungan. Hingga sampai hari ini, Reynard datang kembali padanya dan memberikan secercah harapan kehidupannya, yang mungkin akan menjadi lebih baik. Malam semakin larut, mereka pun memutuskan untuk pulang, dan seperti sebelumnya, Aurelia hanya memandangi rumah mewahnya, masih berada di dalam mobil bersama Reynard, Aurelia tidak begitu semangat untuk kembali masuk ke dalamnya. Reynard menyadari kegelisahan hati Aurel, ia menggenggam tangan wanita yang ia cintai itu. “Kau bisa, Lia. Kuatkan hatimu.” Gadis cantik itu tersenyum, walau ada air mata yang ikut menetes di wajah cantiknya, “kau benar, aku harus kuat, demi ibuku. Aku harus bisa membalas rasa sakit ibuku. Terima kasih, Rey … untuk hari ini.” Reynard mengangguk dan ia pun segera turun dari mobil, untuk membukakan pintu pada gadisnya, “terima kasih kembali. Lain kali, kamu harus mentraktirku makan malam.” “Tentu, kita bertemu lagi besok, di cafeku,” ucap Aurel. Reynard terkekeh, “tidak, aku mau restoran yang mahal.” Aurelia pun tertawa, tentu cafenya tidak semahal restoran bintang lima, karena cafe yang didirikan Aurel hanya menargetkan para remaja dan anak muda. “Cafe saja, aku tidak sekaya dirimu,” ucap Aurel, walaupun ia tahu, pria di depannya itu hanya bercanda, maka Aurel pun menjawabnya dengan candaan. Mereka pun pada akhirnya benar-benar berpisah. Aurel masuk ke dalam.rumah dengan suasana hati yang senang setelah seharian bersama dengan Reynard. Percakapan mereka di depan rumah tanpa disadari oleh mereka terlihat oleh Bianca, saudara tirinya itu tersenyum dengan sinisnya, pula merasa iri dengan kedekatan Aurelia dengan Reynard. Bianca sudah mencari tahu siapa pria yang bersama Aurel. Ternyata Reynard adalah CEO sukses di Asia. Meskipun usianya terpaut masih muda. “Aku selama ini selalu mengalah dengan semuanya. Kali ini, aku tidak mau lagi mengalah. Apa yang aku inginkan, seharusnya bisa aku miliki,” desis Bianca, seolah ada hal yang sudah ia rencanakan Aurel memasuki rumah dan sudah ditunggu oleh Danu, Meriam serta Bianca. Ia merasa heran, untuk apa mereka menunggunya, apa akan ada yang diperdebatkan lagi pikirnya merasa malas. “Duduk, ayah mau bicara padamu lebih dulu!” ujar Danu pada putrinya, Aurel. Aurel menuruti perkataan Danu, duduk di sofa berhadapan dengan mereka. “Kemana saja kamu seharian ini?” “Bersenang-senang,” jawab Aurel dengan singkat. “Siapa pria yang bersamamu?” tanya Danu pada Aurel kembali. Aurel mengerutkan keningnya, ayahnya ternyata penasaran dengan sosok pria yang bersamanya. “Dia, Reynard, temanku.” Aurel berdiri dari duduknya seolah apa yang dibahas oleh ayahnya sama sekali tidak penting. “Hanya penasaran dengan Reynard, mengapa tidak bertanya padanya sendiri?” Aurel akan melangkahkan kakinya, namun suara ayahnya kembali terdengar, “kenalkan Reynard pada Bianca, jika memang kau hanya berteman dengan Bianca.” Aurel terperangah,ia melirik ke arah Bianca dengan tatapan sinis, “wah, jadi wanita itu menyukai Reynard, berkenalan saja sendiri, untuk apa meminta tolong padaku.” “Karena kamu dekat dengannya, Aurel. Bianca sudah berbicara dengan ayahmu ini, dia menyukainya, jadi bantulah saudaramu,” ujar Danu membuat Auriel tertawa. “Lucu sekali … mereka menginginkan apa yang aku miliki ...” “Bukankah kau belum menjalin hubungan dengannya, maka tidak masalah bukan? aku tidak merebutnya, aku hanya ingin berkenalan, setelah itu, biar aku saja yang urus,” sergah Bianca. Aurel menatap saudara tirinya dengan tatapan tajam, “ aku bukan saudaramu, aku tidak dekat denganmu, untuk apa aku membantumu. Usaha saja sendiri, jika Reynard mau padamu, aku akan berikan selamat padamu aku akan turut bahagia.” Aurel meninggalkan keluarga mereka yang masih duduk di ruang tengah, Danu terlihat menghela napas beratnya. Ia merasa akan sulit untuk menaklukan Aurel. “Aku sudah katakan apa yang kamu mau, Bianca. Setelah ini, kau berjuanglah sendiri,” seru Danu dan lekas pergi memasuki kamarnya. “Kau memang pandai membuat rencana untuk meretakkan hubungan mereka,” ucap Meriam pada putrinya. Bianca tersenyum, “ karena ayah, harus benar-benar membencinya, agar semua kejadian ini, menjadi milik kita seutuhnya.” “Teruskan, ibu akan mendukungmu, aku harus menyusul ayahmu,” ucap Meriam.lekas menyusul suaminya masuk ke dalam kamar. “Ini, baru langkah awal dariku, Aurel,” desis Bianca pelan, sorot mata memperlihatkan kebencian terhadap saudara tirinya.Aurelia duduk di kamarnya, pikirannya penuh kekacauan setelah mendengar permintaan ayahnya.“Mengenalkan Bianca kepada Reynard? Omong kosong! Apa sekarang dia anak kesayangan ayah? Mungkin benar, dan aku hanyalah anak yang terbuang,” gumam Aurel dengan nada geram. Hatinya bergejolak, terutama karena Bianca bahkan meminta bantuan ayah mereka untuk hal seperti ini.Namun, bukan hanya itu yang membuat Aurel gelisah. Perasaannya bercampur aduk, ada rasa takut yang perlahan menguasainya. Ia khawatir kehilangan Reynard, pria yang selama ini membantunya melewati hari-hari berat setelah ibunya meninggal.“Bagaimana jika Reynard benar-benar memilih Bianca? Bagaimana jika dia tidak mau menungguku sampai aku siap membalas perasaannya?” pikir Aurel, hatinya semakin tidak tenang. Ia sendiri pun belum yakin dengan perasaannya terhadap Reynard.Namun entah mengapa, jika Reynard pergi dari sisinya, ia merasa gelisah. Pria yang mau sabar dengannya, menunggu dari sejak mereka kuliah. Pada awalnya Aure
Tidak disangka Bianca benar-benar berniat untuk mendekati Reynard. Hal itu membuat Aurel merasa kesal dan bahkan juga merasa gelisah. Bagaimana jika Reynard menerima Bianca? Bianca pun terlihat sangat bersemangat dan tersenyum hangat pada Reynard. Pria tampan dan kaya yang ia inginkan, karena memiliki identitas yang luar biasa di belakangnya. Bagaimana tidak Reynard adalah CEO sukses, yang memiliki aset milyaran di berbagai tempat.“Hai, Kak. Aku tidak tahu kau memiliki kafe sebagus ini, dan … teman pria yang tampan, kenalkan dia padaku,” ujar Bianca menatap Reynard dengan tatapan terpesona.Aurel terperangah mendengar perkataan Bianca. “Kakak?” desis Aurel sinis.“Kau memang kakakku, ibuku menikah dengan ayah, jadi kita saudara sekarang,” balas Bianca semakin membuat Aurel kesal. “Kau Reynard bukan, bisakah kita berteman?” Bianca mengulurkan tangannya pada Reynard.Namun, Reynard hanya menatap dingin Bianca tidak berniat menyambut tangan wanita yang sudah menyakiti Aurel. Hal itu, m
Aurelia menatap Danu dengan tatapan sinis. “Maksudku? Hahaha, aku rasa Anda lebih tahu apa yang aku maksud. Cih, aku benar-benar muak bisa berada di sekitar kalian.”“Jika kau muak dengan kami, tinggalkan saja rumah ini!” ujar Bianca.“Bianca!” bentak Danu ada putri yang selama ini ia sembunyikan.Danu, sebagai ayah dari dua orang putri, kini ia merasa bimbang, tidak bisa memutuskan sesuatu dengan pasti. Terutama pada Aurelie, putrinya yang selama ini bersamanya. Sedangkan Bianca, dia adalah putrinya yang selama ini ia sembunyikan, seolah merasa bersalah jika ia harus selalu membela Aurelia, tapi juga tidak mau membuat Aurel membencinya.Mendengar Bianca seolah ingin menyingkirkan Aurelia, hatinya merasa marah, akan tetapi setelah itu, kini ia merasa gelisah saat melihat ekspresi wajah Meriam serta Bianca yang seolah kesal padanya.“Jangan membentak Bianca, Danu. Apa-apaan kamu ini, bukankah kamu sudah berjanji, akan membuat kita bahagia?!” desis Meriam pada suaminya.“Apa ayah berpi
“Ada apa ini, siapa mereka, Ayah?” tanya Aurelia dengan pandangan terkejut dan marah, saat melihat dua wanita asing berada di rumahnya, bahkan salah satu dari mereka dengan berani meminta pekerja untuk menurunkan foto mendiang ibunya.“Perkenalkan, ini Meriam, yang akan menjadi ibu sambungmu, dan itu saudaramu, Bianca.” Tunjuk Danu pada Bianca dan juga Meriam, memperkenalkan keluarga yang selama ini ia sembunyikan pada anaknya.Aurelia terperangah, mendengar perkataan ayahnya. “Apa?!” pekik Aurelia tidak percaya. “Ayah, memiliki keluarga lain selain aku dan ibu?” Danu mengangguk, “kamu harus menerimanya. Meriam, wanita yang baik, dia akan menjadi ibumu mulai sekarang. Bianca saudaramu, usianya berbeda dua tahun di bawahmu, seharusnya kamu senang, Aurel. Kamu memiliki teman sekarang.” Aurelia tertawa, seolah perkataan ayahnya hanya lah sebuah lelucon. Senang, omong kosong, batinnya kesal.Bagaimana tidak, tepat satu minggu ibunya meninggal, ayahnya kini membawa dua wanita asing dan m
Aurelia pulang ke rumah sangat larut malam, ia menatap rumah besar dengan perasaan sedih, tidak lagi seperti dulu, dimana banyak kehangatan di dalamnya. Aurel belum turun dari mobil setelah sampai di pekarangan rumah, kakinya terasa berat untuk memasuki rumah itu, karena ada dua sosok asing, dan juga ayah yang mungkin kini ia benci.Aurelia terlalu malas untuk bertemu dengan mereka, tapi ada sebuah tekad dalam dirinya, jika ia tidak boleh mengalah, dan juga menyerah. Semua yang ada di dalam sana adalah miliknya, hak-nya, mereka, orang asing yang tidak memiliki hak sedikitpun, termasuk ayahnya yang sudah mengkhianati istri dan anaknya. Tekadnya telah bulat, ia akan membalas rasa sakit hati ibunya, yang sudah dibohongi beberapa tahun lamanya, oleh pria yang Aurel dan ibunya kira adalah pria yang baik serta jujur. Aurelia pun turun dari mobil, melangkah dengan penuh keyakinan dengan tekad yang kuat demi ibunya yang telah tiada. Saat sampai di depan pintu, Aurel tersenyum tipis saat pi
Aurelia menatap Danu dengan tatapan sinis. “Maksudku? Hahaha, aku rasa Anda lebih tahu apa yang aku maksud. Cih, aku benar-benar muak bisa berada di sekitar kalian.”“Jika kau muak dengan kami, tinggalkan saja rumah ini!” ujar Bianca.“Bianca!” bentak Danu ada putri yang selama ini ia sembunyikan.Danu, sebagai ayah dari dua orang putri, kini ia merasa bimbang, tidak bisa memutuskan sesuatu dengan pasti. Terutama pada Aurelie, putrinya yang selama ini bersamanya. Sedangkan Bianca, dia adalah putrinya yang selama ini ia sembunyikan, seolah merasa bersalah jika ia harus selalu membela Aurelia, tapi juga tidak mau membuat Aurel membencinya.Mendengar Bianca seolah ingin menyingkirkan Aurelia, hatinya merasa marah, akan tetapi setelah itu, kini ia merasa gelisah saat melihat ekspresi wajah Meriam serta Bianca yang seolah kesal padanya.“Jangan membentak Bianca, Danu. Apa-apaan kamu ini, bukankah kamu sudah berjanji, akan membuat kita bahagia?!” desis Meriam pada suaminya.“Apa ayah berpi
Tidak disangka Bianca benar-benar berniat untuk mendekati Reynard. Hal itu membuat Aurel merasa kesal dan bahkan juga merasa gelisah. Bagaimana jika Reynard menerima Bianca? Bianca pun terlihat sangat bersemangat dan tersenyum hangat pada Reynard. Pria tampan dan kaya yang ia inginkan, karena memiliki identitas yang luar biasa di belakangnya. Bagaimana tidak Reynard adalah CEO sukses, yang memiliki aset milyaran di berbagai tempat.“Hai, Kak. Aku tidak tahu kau memiliki kafe sebagus ini, dan … teman pria yang tampan, kenalkan dia padaku,” ujar Bianca menatap Reynard dengan tatapan terpesona.Aurel terperangah mendengar perkataan Bianca. “Kakak?” desis Aurel sinis.“Kau memang kakakku, ibuku menikah dengan ayah, jadi kita saudara sekarang,” balas Bianca semakin membuat Aurel kesal. “Kau Reynard bukan, bisakah kita berteman?” Bianca mengulurkan tangannya pada Reynard.Namun, Reynard hanya menatap dingin Bianca tidak berniat menyambut tangan wanita yang sudah menyakiti Aurel. Hal itu, m
Aurelia duduk di kamarnya, pikirannya penuh kekacauan setelah mendengar permintaan ayahnya.“Mengenalkan Bianca kepada Reynard? Omong kosong! Apa sekarang dia anak kesayangan ayah? Mungkin benar, dan aku hanyalah anak yang terbuang,” gumam Aurel dengan nada geram. Hatinya bergejolak, terutama karena Bianca bahkan meminta bantuan ayah mereka untuk hal seperti ini.Namun, bukan hanya itu yang membuat Aurel gelisah. Perasaannya bercampur aduk, ada rasa takut yang perlahan menguasainya. Ia khawatir kehilangan Reynard, pria yang selama ini membantunya melewati hari-hari berat setelah ibunya meninggal.“Bagaimana jika Reynard benar-benar memilih Bianca? Bagaimana jika dia tidak mau menungguku sampai aku siap membalas perasaannya?” pikir Aurel, hatinya semakin tidak tenang. Ia sendiri pun belum yakin dengan perasaannya terhadap Reynard.Namun entah mengapa, jika Reynard pergi dari sisinya, ia merasa gelisah. Pria yang mau sabar dengannya, menunggu dari sejak mereka kuliah. Pada awalnya Aure
Reynard tidak fokus mengemudikan mobilnya, melihat pipi kanan Aurelia yang memerah serta kedua mata yang sembab seperti sudah menangis.Ia merasa kesal dan marah, karena wanita yang dicintainya terluka, namun ia sadar tidak bisa berbuat banyak, karena yang melakukannya adalah ayah kandung dari Aurelia, terlebih ia belum memiliki hak apapun terhadap wanita yang sudah lama ia cintai.“Sorry, kamu harus melihat hal itu. Tapi, terima kasih sudah datang di waktu yang tepat. Ada apa kamu menemuiku?” “Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan,” seru Reynard.Aurelia pun tersenyum dan mengangguk, tidak ada jawaban apapun lagi dari mulut gadis cantik itu. Keterdiaman Aurelia yang semakin membuat Reynard ikut merasa sedih.Reynard mengerti, apa yang dirasakan oleh Aurelia saat ini, kesedihan setelah kehilangan sosok yang disayangi serta amarah karena sosok yang dikira akan menjadi satu-satunya untuk semangat hidup, justru malah menyakitinya, bahkan tanpa peduli perasaan Aurelia, dia membawa dua oran
Aurelia pulang ke rumah sangat larut malam, ia menatap rumah besar dengan perasaan sedih, tidak lagi seperti dulu, dimana banyak kehangatan di dalamnya. Aurel belum turun dari mobil setelah sampai di pekarangan rumah, kakinya terasa berat untuk memasuki rumah itu, karena ada dua sosok asing, dan juga ayah yang mungkin kini ia benci.Aurelia terlalu malas untuk bertemu dengan mereka, tapi ada sebuah tekad dalam dirinya, jika ia tidak boleh mengalah, dan juga menyerah. Semua yang ada di dalam sana adalah miliknya, hak-nya, mereka, orang asing yang tidak memiliki hak sedikitpun, termasuk ayahnya yang sudah mengkhianati istri dan anaknya. Tekadnya telah bulat, ia akan membalas rasa sakit hati ibunya, yang sudah dibohongi beberapa tahun lamanya, oleh pria yang Aurel dan ibunya kira adalah pria yang baik serta jujur. Aurelia pun turun dari mobil, melangkah dengan penuh keyakinan dengan tekad yang kuat demi ibunya yang telah tiada. Saat sampai di depan pintu, Aurel tersenyum tipis saat pi
“Ada apa ini, siapa mereka, Ayah?” tanya Aurelia dengan pandangan terkejut dan marah, saat melihat dua wanita asing berada di rumahnya, bahkan salah satu dari mereka dengan berani meminta pekerja untuk menurunkan foto mendiang ibunya.“Perkenalkan, ini Meriam, yang akan menjadi ibu sambungmu, dan itu saudaramu, Bianca.” Tunjuk Danu pada Bianca dan juga Meriam, memperkenalkan keluarga yang selama ini ia sembunyikan pada anaknya.Aurelia terperangah, mendengar perkataan ayahnya. “Apa?!” pekik Aurelia tidak percaya. “Ayah, memiliki keluarga lain selain aku dan ibu?” Danu mengangguk, “kamu harus menerimanya. Meriam, wanita yang baik, dia akan menjadi ibumu mulai sekarang. Bianca saudaramu, usianya berbeda dua tahun di bawahmu, seharusnya kamu senang, Aurel. Kamu memiliki teman sekarang.” Aurelia tertawa, seolah perkataan ayahnya hanya lah sebuah lelucon. Senang, omong kosong, batinnya kesal.Bagaimana tidak, tepat satu minggu ibunya meninggal, ayahnya kini membawa dua wanita asing dan m