Aurelia duduk di kamarnya, pikirannya penuh kekacauan setelah mendengar permintaan ayahnya.
“Mengenalkan Bianca kepada Reynard? Omong kosong! Apa sekarang dia anak kesayangan ayah? Mungkin benar, dan aku hanyalah anak yang terbuang,” gumam Aurel dengan nada geram. Hatinya bergejolak, terutama karena Bianca bahkan meminta bantuan ayah mereka untuk hal seperti ini. Namun, bukan hanya itu yang membuat Aurel gelisah. Perasaannya bercampur aduk, ada rasa takut yang perlahan menguasainya. Ia khawatir kehilangan Reynard, pria yang selama ini membantunya melewati hari-hari berat setelah ibunya meninggal. “Bagaimana jika Reynard benar-benar memilih Bianca? Bagaimana jika dia tidak mau menungguku sampai aku siap membalas perasaannya?” pikir Aurel, hatinya semakin tidak tenang. Ia sendiri pun belum yakin dengan perasaannya terhadap Reynard. Namun entah mengapa, jika Reynard pergi dari sisinya, ia merasa gelisah. Pria yang mau sabar dengannya, menunggu dari sejak mereka kuliah. Pada awalnya Aurel sempat mengira jika mungkin saja Reynard akan menemukan wanita lain dan yang juga mencintainya setelah ia menolaknya, tapi kenyataanya, Reynard justru masih menunggu dan mengharapkannya. --- Keesokan harinya, seperti biasa, Aurelia bersiap pergi ke kafe. Namun, langkahnya terhenti di ruang tengah ketika ia mendapati Bianca dan Meriam, ibu tirinya, sedang menunggunya. Tatapan mereka begitu sinis ketika melihatnya baru turun dari kamarnya. “Lihat jam! Gadis seperti kamu benar-benar tidak tahu diri. Sudah pukul sebelas, dan kau baru keluar kamar, sekarang kau akan pergi lagi, gadis apa kau ini?!” sindir Meriam dengan tajam. Aurel menatap ibu tirinya dengan dingin. Baginya, wanita itu tidak lebih dari penjajah dalam hidupnya. “Untuk apa kau repot-repot mengatur hidupku? Kau pikir kau sudah jadi nyonya di rumah ini? Sayang sekali, itu hanya khayalan.” Perkataan Aurel membuat Bianca naik darah. Tanpa pikir panjang, Bianca menarik tangan Aurel dan mendorongnya hingga tubuhnya terbentur dinding. “Berani sekali kau bicara seperti itu pada ibuku!” seru Bianca dengan nada penuh kemarahan. Aurel menahan sakit di punggungnya, lalu menatap Bianca dan Meriam dengan tajam. “Lalu, ibumu diajarkan apa? Merusak rumah tangga orang lain hingga kau lahir ke dunia ini?” sindirnya tajam. Pernyataan itu membuat Meriam geram. Dengan penuh emosi, ia menampar keras pipi kanan Aurel. “Kau menamparku?” tanya Aurel dingin, sorot matanya semakin tajam. Meriam tertawa sinis. “Kenapa? Sakit, ya? Ah, maafkan aku, sayang. Kalau kau tidak ingin lagi, belajarlah sopan pada ibumu ini.” Aurel tertawa kecil, penuh sinisme. “Ibu? Jangan mimpi. Kau bukan siapa-siapa bagiku, dan tidak akan pernah menjadi bagian dari keluargaku. Kau dan anakmu hanyalah parasit.” PLAK! Tamparan kedua mendarat di pipi Aurel, namun ia hanya berdiri tanpa perlawanan. Ia membiarkan mereka melampiaskan amarah, tapi hatinya bertekad membalas semuanya suatu saat nanti. “Lakukan apa yang kalian suka, tapi ingat, aku akan membalas semua ini,” bisiknya penuh tekad. Aurel pun memilih pergi dari hadapan mereka, namun saat melangkah keluar, Bianca menariknya kembali. “Aku belum selesai bicara denganmu. Berikan kontak Reynard padaku!” pintanya pada Aurel. Aurel tertawa kecil mendengar permintaan dari Bianca. “ Kau ingin kontak Reynard, cari atau minta sendiri jika kau inginkan dia. Apa kau takut Reynard akan menolakmu?” balas Aurel dingin. “ Tapi, kalau Reynard memilihmu, aku akan mengucapkan selamat seperti apa yang aku katakan semalam. Tapi jika dia menolakmu, berarti dia dia cukup pintar untuk tidak memilih anak dari seorang PELAKOR.” Mendengar kata-kata dari Aurel itu membuat Meriam semakin marah. “Kau kurang ajar!” teriak Meriam, hendak menampar Aurel lagi, tetapi Aurel hanya tertawa sinis sambil menantangnya, seolah ia siap ditampar oleh Meriam kembali. “Mengapa, kau keberatan aku katakan itu? Heh, lucu sekali … tapi sayangnya itu adalah fakta, dan bagaimana jika semua orang tahu akan semua ini? Sepertinya menyenangkan bukan? Tapi … hidup kalian akan hancur seketika, maka berterima kasihlah, aku masih menutup mulutku sampai saat ini. Kalian boleh lakukan apa saja sekarang. Tapi ingat, aku tidak akan tinggal diam. Semua yang ada di sini adalah milikku, bukan milik kalian. Tunggu saja balasanku,” ucap Aurel lalu menatap Bianca dengan sorot mata yang dingin. “Jika kau ingin Reynard, berusahalah sendiri, kau sudah dewasa bukan, bukan anak kecil yang meminta bantuan dari ayah dan ibumu?” sindir Aurel. Setelah mengatakan semua itu, ia pun melangkah pergi, meninggalkan mereka yang masih berteriak tidak terima dengan semua perkataan Aurelia. Sementara itu setelah kepergian Aurel, Meriam dan Bianca merencanakan sesuatu untuk menyingkirkan Aurel. “Kita harus membuatnya dibenci oleh Danu. Kita singkirkan dia agar bisa menguasai semuanya. Dia benar-benar menjadi penghalang untuk kita,” ucap Meriam penuh ambisi. “Benar, Bu kita harus singkirkan dia lebih dulu. Dia tidak pantas mendapatkan semua ini, ini semua adalah milik kita sekarang, dia sudah cukup merasakan semuanya,” timpal Bianca dengan nada penuh kebencian. *** Siang harinya di kafe, Aurel terlihat termenung memikirkan semua masalah yang ia hadapi. Masalah di hidupnya seolah membuat ia kehilangan kebahagiaannya. Segelas kopi, tiba-tiba berada di depannya, diberikan oleh seorang pria yang sudah beberapa hari ini menemaninya. “Kau datang lagi,” ucapnya dengan senyum manisnya. “Hmm, hariku akan merasa kurang jika tidak melihatmu, ada apa, apa ada yang mengusikmu lagi?” Aurel tersenyum tipis mendengar perkataan dari pria yang selama ini menyukainya. “Aku tidak tahu, kau pintar menggombal, Tuan CEO? “ ucapnya membuat Reynard tertawa kecil. Helaan napas pun terdengar dari Aurel, ia meminum kopi yang dibawakan oleh CEO tampan tersebut. “Hidupku akan terus terasa kacau, orang-orang yang mengusikku selalu berada di sekitarku. Ada kalanya aku ingin pergi dari sana, pergi menjauh hingga tak terjangkau oleh mereka, tapi perasaan marah dendam ini akan terus terbawa kemana pun, jadi kupikir aku juga tidak akan pernah merasa tenang. Menurutmu, apa yang harus kulakukan?” Reynard terdiam, mendengar semua keluh kesah dari wanita yang ia cintai, permasalahan Aurel, memang cukup berat, bahkan ia pun tidak tahu apa yang harus dikatakan padanya. “Hadapi saja dan aku akan selalu berada di belakangmu,” ujat Reynard. Aurel tersenyum, “terima kasih, kau tidak sibuk?” “Tidak, aku Kemari ingin menagih janjimu, mentraktirku makan siang?” Tawa pun terdengar dari wajah cantiknya, membuat wajah Aurel terlihat cerah seketika, tidak lagi terlihat murung, bahkan Reynard pun ikut merasa senang melihat Aurel kini tertawa dan tersenyum bersamanya lagi. Aurel yang sempat lupa jika ia pernah berjanji akan mentraktirnya makan. “Maaf, aku lupa dengan janjiku, pesanlah, kamu bebas memasan apapun,” ujar Aurelia, “Jika begitu, aku tidak akan sungkan,” ucap Reynard. Namun, ketika suasana cerah di wajah Aurel tiba-tiba menghilang digantikan dengan ekspresi wajah yang kesal disertai dengan sorot matanya yang tajam. Seorang wanita, tiba-tiba duduk bergabung dengan mereka. “Hay, aku Bianca.”Tidak disangka Bianca benar-benar berniat untuk mendekati Reynard. Hal itu membuat Aurel merasa kesal dan bahkan juga merasa gelisah. Bagaimana jika Reynard menerima Bianca? Bianca pun terlihat sangat bersemangat dan tersenyum hangat pada Reynard. Pria tampan dan kaya yang ia inginkan, karena memiliki identitas yang luar biasa di belakangnya. Bagaimana tidak Reynard adalah CEO sukses, yang memiliki aset milyaran di berbagai tempat.“Hai, Kak. Aku tidak tahu kau memiliki kafe sebagus ini, dan … teman pria yang tampan, kenalkan dia padaku,” ujar Bianca menatap Reynard dengan tatapan terpesona.Aurel terperangah mendengar perkataan Bianca. “Kakak?” desis Aurel sinis.“Kau memang kakakku, ibuku menikah dengan ayah, jadi kita saudara sekarang,” balas Bianca semakin membuat Aurel kesal. “Kau Reynard bukan, bisakah kita berteman?” Bianca mengulurkan tangannya pada Reynard.Namun, Reynard hanya menatap dingin Bianca tidak berniat menyambut tangan wanita yang sudah menyakiti Aurel. Hal itu, m
Aurelia menatap Danu dengan tatapan sinis. “Maksudku? Hahaha, aku rasa Anda lebih tahu apa yang aku maksud. Cih, aku benar-benar muak bisa berada di sekitar kalian.”“Jika kau muak dengan kami, tinggalkan saja rumah ini!” ujar Bianca.“Bianca!” bentak Danu ada putri yang selama ini ia sembunyikan.Danu, sebagai ayah dari dua orang putri, kini ia merasa bimbang, tidak bisa memutuskan sesuatu dengan pasti. Terutama pada Aurelie, putrinya yang selama ini bersamanya. Sedangkan Bianca, dia adalah putrinya yang selama ini ia sembunyikan, seolah merasa bersalah jika ia harus selalu membela Aurelia, tapi juga tidak mau membuat Aurel membencinya.Mendengar Bianca seolah ingin menyingkirkan Aurelia, hatinya merasa marah, akan tetapi setelah itu, kini ia merasa gelisah saat melihat ekspresi wajah Meriam serta Bianca yang seolah kesal padanya.“Jangan membentak Bianca, Danu. Apa-apaan kamu ini, bukankah kamu sudah berjanji, akan membuat kita bahagia?!” desis Meriam pada suaminya.“Apa ayah berpi
“Ada apa ini, siapa mereka, Ayah?” tanya Aurelia dengan pandangan terkejut dan marah, saat melihat dua wanita asing berada di rumahnya, bahkan salah satu dari mereka dengan berani meminta pekerja untuk menurunkan foto mendiang ibunya.“Perkenalkan, ini Meriam, yang akan menjadi ibu sambungmu, dan itu saudaramu, Bianca.” Tunjuk Danu pada Bianca dan juga Meriam, memperkenalkan keluarga yang selama ini ia sembunyikan pada anaknya.Aurelia terperangah, mendengar perkataan ayahnya. “Apa?!” pekik Aurelia tidak percaya. “Ayah, memiliki keluarga lain selain aku dan ibu?” Danu mengangguk, “kamu harus menerimanya. Meriam, wanita yang baik, dia akan menjadi ibumu mulai sekarang. Bianca saudaramu, usianya berbeda dua tahun di bawahmu, seharusnya kamu senang, Aurel. Kamu memiliki teman sekarang.” Aurelia tertawa, seolah perkataan ayahnya hanya lah sebuah lelucon. Senang, omong kosong, batinnya kesal.Bagaimana tidak, tepat satu minggu ibunya meninggal, ayahnya kini membawa dua wanita asing dan m
Aurelia pulang ke rumah sangat larut malam, ia menatap rumah besar dengan perasaan sedih, tidak lagi seperti dulu, dimana banyak kehangatan di dalamnya. Aurel belum turun dari mobil setelah sampai di pekarangan rumah, kakinya terasa berat untuk memasuki rumah itu, karena ada dua sosok asing, dan juga ayah yang mungkin kini ia benci.Aurelia terlalu malas untuk bertemu dengan mereka, tapi ada sebuah tekad dalam dirinya, jika ia tidak boleh mengalah, dan juga menyerah. Semua yang ada di dalam sana adalah miliknya, hak-nya, mereka, orang asing yang tidak memiliki hak sedikitpun, termasuk ayahnya yang sudah mengkhianati istri dan anaknya. Tekadnya telah bulat, ia akan membalas rasa sakit hati ibunya, yang sudah dibohongi beberapa tahun lamanya, oleh pria yang Aurel dan ibunya kira adalah pria yang baik serta jujur. Aurelia pun turun dari mobil, melangkah dengan penuh keyakinan dengan tekad yang kuat demi ibunya yang telah tiada. Saat sampai di depan pintu, Aurel tersenyum tipis saat pi
Reynard tidak fokus mengemudikan mobilnya, melihat pipi kanan Aurelia yang memerah serta kedua mata yang sembab seperti sudah menangis.Ia merasa kesal dan marah, karena wanita yang dicintainya terluka, namun ia sadar tidak bisa berbuat banyak, karena yang melakukannya adalah ayah kandung dari Aurelia, terlebih ia belum memiliki hak apapun terhadap wanita yang sudah lama ia cintai.“Sorry, kamu harus melihat hal itu. Tapi, terima kasih sudah datang di waktu yang tepat. Ada apa kamu menemuiku?” “Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan,” seru Reynard.Aurelia pun tersenyum dan mengangguk, tidak ada jawaban apapun lagi dari mulut gadis cantik itu. Keterdiaman Aurelia yang semakin membuat Reynard ikut merasa sedih.Reynard mengerti, apa yang dirasakan oleh Aurelia saat ini, kesedihan setelah kehilangan sosok yang disayangi serta amarah karena sosok yang dikira akan menjadi satu-satunya untuk semangat hidup, justru malah menyakitinya, bahkan tanpa peduli perasaan Aurelia, dia membawa dua oran
Aurelia menatap Danu dengan tatapan sinis. “Maksudku? Hahaha, aku rasa Anda lebih tahu apa yang aku maksud. Cih, aku benar-benar muak bisa berada di sekitar kalian.”“Jika kau muak dengan kami, tinggalkan saja rumah ini!” ujar Bianca.“Bianca!” bentak Danu ada putri yang selama ini ia sembunyikan.Danu, sebagai ayah dari dua orang putri, kini ia merasa bimbang, tidak bisa memutuskan sesuatu dengan pasti. Terutama pada Aurelie, putrinya yang selama ini bersamanya. Sedangkan Bianca, dia adalah putrinya yang selama ini ia sembunyikan, seolah merasa bersalah jika ia harus selalu membela Aurelia, tapi juga tidak mau membuat Aurel membencinya.Mendengar Bianca seolah ingin menyingkirkan Aurelia, hatinya merasa marah, akan tetapi setelah itu, kini ia merasa gelisah saat melihat ekspresi wajah Meriam serta Bianca yang seolah kesal padanya.“Jangan membentak Bianca, Danu. Apa-apaan kamu ini, bukankah kamu sudah berjanji, akan membuat kita bahagia?!” desis Meriam pada suaminya.“Apa ayah berpi
Tidak disangka Bianca benar-benar berniat untuk mendekati Reynard. Hal itu membuat Aurel merasa kesal dan bahkan juga merasa gelisah. Bagaimana jika Reynard menerima Bianca? Bianca pun terlihat sangat bersemangat dan tersenyum hangat pada Reynard. Pria tampan dan kaya yang ia inginkan, karena memiliki identitas yang luar biasa di belakangnya. Bagaimana tidak Reynard adalah CEO sukses, yang memiliki aset milyaran di berbagai tempat.“Hai, Kak. Aku tidak tahu kau memiliki kafe sebagus ini, dan … teman pria yang tampan, kenalkan dia padaku,” ujar Bianca menatap Reynard dengan tatapan terpesona.Aurel terperangah mendengar perkataan Bianca. “Kakak?” desis Aurel sinis.“Kau memang kakakku, ibuku menikah dengan ayah, jadi kita saudara sekarang,” balas Bianca semakin membuat Aurel kesal. “Kau Reynard bukan, bisakah kita berteman?” Bianca mengulurkan tangannya pada Reynard.Namun, Reynard hanya menatap dingin Bianca tidak berniat menyambut tangan wanita yang sudah menyakiti Aurel. Hal itu, m
Aurelia duduk di kamarnya, pikirannya penuh kekacauan setelah mendengar permintaan ayahnya.“Mengenalkan Bianca kepada Reynard? Omong kosong! Apa sekarang dia anak kesayangan ayah? Mungkin benar, dan aku hanyalah anak yang terbuang,” gumam Aurel dengan nada geram. Hatinya bergejolak, terutama karena Bianca bahkan meminta bantuan ayah mereka untuk hal seperti ini.Namun, bukan hanya itu yang membuat Aurel gelisah. Perasaannya bercampur aduk, ada rasa takut yang perlahan menguasainya. Ia khawatir kehilangan Reynard, pria yang selama ini membantunya melewati hari-hari berat setelah ibunya meninggal.“Bagaimana jika Reynard benar-benar memilih Bianca? Bagaimana jika dia tidak mau menungguku sampai aku siap membalas perasaannya?” pikir Aurel, hatinya semakin tidak tenang. Ia sendiri pun belum yakin dengan perasaannya terhadap Reynard.Namun entah mengapa, jika Reynard pergi dari sisinya, ia merasa gelisah. Pria yang mau sabar dengannya, menunggu dari sejak mereka kuliah. Pada awalnya Aure
Reynard tidak fokus mengemudikan mobilnya, melihat pipi kanan Aurelia yang memerah serta kedua mata yang sembab seperti sudah menangis.Ia merasa kesal dan marah, karena wanita yang dicintainya terluka, namun ia sadar tidak bisa berbuat banyak, karena yang melakukannya adalah ayah kandung dari Aurelia, terlebih ia belum memiliki hak apapun terhadap wanita yang sudah lama ia cintai.“Sorry, kamu harus melihat hal itu. Tapi, terima kasih sudah datang di waktu yang tepat. Ada apa kamu menemuiku?” “Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan,” seru Reynard.Aurelia pun tersenyum dan mengangguk, tidak ada jawaban apapun lagi dari mulut gadis cantik itu. Keterdiaman Aurelia yang semakin membuat Reynard ikut merasa sedih.Reynard mengerti, apa yang dirasakan oleh Aurelia saat ini, kesedihan setelah kehilangan sosok yang disayangi serta amarah karena sosok yang dikira akan menjadi satu-satunya untuk semangat hidup, justru malah menyakitinya, bahkan tanpa peduli perasaan Aurelia, dia membawa dua oran
Aurelia pulang ke rumah sangat larut malam, ia menatap rumah besar dengan perasaan sedih, tidak lagi seperti dulu, dimana banyak kehangatan di dalamnya. Aurel belum turun dari mobil setelah sampai di pekarangan rumah, kakinya terasa berat untuk memasuki rumah itu, karena ada dua sosok asing, dan juga ayah yang mungkin kini ia benci.Aurelia terlalu malas untuk bertemu dengan mereka, tapi ada sebuah tekad dalam dirinya, jika ia tidak boleh mengalah, dan juga menyerah. Semua yang ada di dalam sana adalah miliknya, hak-nya, mereka, orang asing yang tidak memiliki hak sedikitpun, termasuk ayahnya yang sudah mengkhianati istri dan anaknya. Tekadnya telah bulat, ia akan membalas rasa sakit hati ibunya, yang sudah dibohongi beberapa tahun lamanya, oleh pria yang Aurel dan ibunya kira adalah pria yang baik serta jujur. Aurelia pun turun dari mobil, melangkah dengan penuh keyakinan dengan tekad yang kuat demi ibunya yang telah tiada. Saat sampai di depan pintu, Aurel tersenyum tipis saat pi
“Ada apa ini, siapa mereka, Ayah?” tanya Aurelia dengan pandangan terkejut dan marah, saat melihat dua wanita asing berada di rumahnya, bahkan salah satu dari mereka dengan berani meminta pekerja untuk menurunkan foto mendiang ibunya.“Perkenalkan, ini Meriam, yang akan menjadi ibu sambungmu, dan itu saudaramu, Bianca.” Tunjuk Danu pada Bianca dan juga Meriam, memperkenalkan keluarga yang selama ini ia sembunyikan pada anaknya.Aurelia terperangah, mendengar perkataan ayahnya. “Apa?!” pekik Aurelia tidak percaya. “Ayah, memiliki keluarga lain selain aku dan ibu?” Danu mengangguk, “kamu harus menerimanya. Meriam, wanita yang baik, dia akan menjadi ibumu mulai sekarang. Bianca saudaramu, usianya berbeda dua tahun di bawahmu, seharusnya kamu senang, Aurel. Kamu memiliki teman sekarang.” Aurelia tertawa, seolah perkataan ayahnya hanya lah sebuah lelucon. Senang, omong kosong, batinnya kesal.Bagaimana tidak, tepat satu minggu ibunya meninggal, ayahnya kini membawa dua wanita asing dan m