“Ada apa ini, siapa mereka, Ayah?” tanya Aurelia dengan pandangan terkejut dan marah, saat melihat dua wanita asing berada di rumahnya, bahkan salah satu dari mereka dengan berani meminta pekerja untuk menurunkan foto mendiang ibunya.
“Perkenalkan, ini Meriam, yang akan menjadi ibu sambungmu, dan itu saudaramu, Bianca.” Tunjuk Danu pada Bianca dan juga Meriam, memperkenalkan keluarga yang selama ini ia sembunyikan pada anaknya. Aurelia terperangah, mendengar perkataan ayahnya. “Apa?!” pekik Aurelia tidak percaya. “Ayah, memiliki keluarga lain selain aku dan ibu?” Danu mengangguk, “kamu harus menerimanya. Meriam, wanita yang baik, dia akan menjadi ibumu mulai sekarang. Bianca saudaramu, usianya berbeda dua tahun di bawahmu, seharusnya kamu senang, Aurel. Kamu memiliki teman sekarang.” Aurelia tertawa, seolah perkataan ayahnya hanya lah sebuah lelucon. Senang, omong kosong, batinnya kesal. Bagaimana tidak, tepat satu minggu ibunya meninggal, ayahnya kini membawa dua wanita asing dan memaksanya menjadi keluarganya. “Aku tidak memiliki ibu, selain ibuku, Liana, dan tidak akan ada yang bisa menggantikannya. Jangan memaksaku untuk menerima mereka. Ayah, aku tidak menyangka, Ayah ternyata pria yang jahat! Aku, membencimu, Ayah!” pekik Aurel dengan lantang. Aurelia menolak dengan tegas apa yang ayahnya harapkan, untuk menerima keluarga baru mereka. Aurelia berlari memasuki kamarnya, membanting pintunya seolah memperjelas jika ia benar-benar marah dan tidak terima ayahnya memiliki keluarga lain. Berharap ayahnya akan sadar jika perilakunya tidak layak diterima di rumah ini yang menjadi kenangan bersama ibunya. Namun, apa yang diharapkan Aurel tidaklah terjadi, Danu tidak akan pernah membuat Meriam ataupun Bianca meninggalkan rumah. Danu, bergeming dan lalu pergi membiarkan Meriam dan Bianca bersenang-senang di rumah baru mereka. Tidak peduli dengan penolakan putrinya. “Bu, apa ini pertanda bagus?” tanya Bianca, berjalan mendekati ibunya setelah menyaksikan pertengkaran ayah dan anak di depannya. “Tentu saja … cepat atau lambat, semua ini akan menjadi milik kita. Aurel, dia akan segera meninggalkan rumah ini. Kau lihat kan, ayahmu barusan tidak peduli dengannya lagi,” ucapnya membuat Bianca semakin senang. Mereka sudah lama ingin memasuki rumah besar ini, bahkan dikenal sebagai keluarga Wiratama. Namun, statusnya yang hanya sebagai istri siri, Meriam harus merahasiakan semuanya. Sehingga saat kematian Liana, ini akan menjadi awal yang bagus untuk dirinya dan juga Bianca. Di dalam kamar, Aurel menatap sebuah foto seorang wanita, ibunya yang bernama Liana. Ia menangis dan mengatakan apa yang sudah ayahnya lakukan di belakang mereka. “Bu, ayah mengkhianati kita … apa aku harus pergi meninggalkannya?” lirih Aurel, berharap mendapatkan jawaban. Namun hanya tangisan yang terdengar nyaring di dalam kamarnya, rasa sakit atas pengkhianatan ayah dan kematian ibunya yang baru satu minggu. Membuat hidupnya seolah tidak ada artinya lagi. Kini, ia merasa tinggal di dalam rumah yang asing. Kedua mata Aurel terlelap dalam tidurnya. Setelah menangis cukup lama. Mengadu pada ibu yang sudah berada di sisi tuhan. Bertanya akan seperti apa nasibnya kelak. Hingga malam pun tiba, kedua mata cantik itu perlahan terbuka. Menatap sekeliling kamar dengan keadaan gelap. Lampu yang belum sempat ia hidupkan setelah tertidur sejak siang hari. Ia melihat jam di ponselnya, menunjukkan pukul 19:00. Aurel beranjak dari ranjangnya, menyalakan lampu dan bertepatan dengan suara pintu yang diketuk dari luar. Aurel pun teringat, di rumah ini, ada dua wanita asing yang ingin dia menerimanya sebagai keluarga. “Nona, tuan menunggu anda di meja makan,” ucap seorang wanita paruh baya, asisten rumah tangga yang sudah lama bekerja dengannya, Meli. “Bi, mereka masih ada?” tanya Aurel, lebih penasaran dengan dua wanita asing itu, apakah ayahnya akan membuat mereka keluar dari rumah, setelah melihat penolakkan darinya? “Ada, Nona. Dan … mereka akan mengganti semua yang berhubungan dengan mendiang ibu, Nona.” Meli, mengatakan apa yang ia tahu, yang mungkin menjadi keresahan bagi Aurel. Aurel menggeram marah, karena ternyata ayahnya benar-benar sudah tidak peduli padanya, “tolong jaga peninggalan ibu, jangan biarkan mereka membuangnya, Bi. Aku tidak akan membiarkan mereka menguasai rumah ini!” Bibi Meli menggangguk, karena ia pun tidak terima jika ada Meriam dan Bianca bertindak seolah nyonya rumah. Karena semua peninggalan Liana, adalah milik Aurel bahkan rumah ini. Aurel pun menolak makan malam bersama mereka dan memilih keluar dari rumah. Hal itu seolah membuat Bianca memiliki kesempatan untuk membuat Aurel semakin dibenci oleh Danu, ayah mereka. “Ternyata … Kak Aurel, selalu keluar malam, apa tidak bahaya, dia itu kan wanita dewasa, Ayah?” ucap Bianca. “Jangan pedulikan dia, dia hanya belum terbiasa dengan keadaan dirumah ini,” ucap Danu, ia merasa sedikit bersalah pada anaknya. Bianca mendengus kesal saat mendengar jawaban dari ayahnya. Namun, ia yakin, lambat laun Aurel tidak akan lagi mendapatkan kasih sayang dari Danu, selain rumah, dan aset. Bianca akan merebut semuanya, bersama ibunya, Meriam. Kini Aurel berada di sebuah cafe yang ia bangun dengan usahanya sendiri. Ia duduk di salah satu meja dengan laptop menyala, akan tetapi pandangan terlihat kosong. Memikirkan masalah yang muncul di hidupnya. Seorang pria tiba-tiba duduk di sampingnya, tapi tidak membuatnya tersadar dari lamunannya. “Lia?” sapanya. Aurel pun terkejut, ketika tersadar ada pria tampan duduk di sampingnya. Lia … batin Aurel merasa asing, dengan suara di sampingnya. Sangat jarang ada orang yang memanggilnya dengan sebutan Lia. “Kau memanggilku apa, Lia …?” tanya Aurel heran. Pria itu mengangguk. “Aurelia Wiratama. Aku tidak salah orang bukan?” Aurel menatap heran pria itu dan mengingat-ingat apakah dia mengenalnya? “Ternyata kamu melupakanku. Baiklah, aku akan memperkenalkan diriku lagi, Reynard …” “Reynard?” kembali Aurel mengingat lagi nama itu. “Ah ya, kamu seniorku di kampus dulu. Maaf aku sedikit lupa,” ucap Aurel. Aurel ingat, Reynard dulu sempat menyukainya, namun ia menolak karena ingin fokus kuliah. Aurel pun tidak menyangka jika akan bertemu dengannya lagi, bahkan kini Reynard terlihat berbeda, lebih tampan. Sama halnya dengan Reynard, ia pun tidak menyangka akan secepat ini menemukan wanita yang sudah lama ia rindukan, dan lebih bagusnya lagi, Aurel belum memiliki kekasih. “Tidak apa, sudah cukup lama juga. Lia, bisakah kita berteman lagi?” tanya Reynard yang akan mencoba mendekatkan lagi pada Aurel. Aurel mengangguk, membuat Reynard senang, tapi ia melihat wajah Aurel yang terlihat bersedih, hingga ia pun baru mengetahui jika Aurel baru kehilangan ibu kandungnya. Aurel pun terlihat leluasa bercerita pada Reynard, bahkan kehadiran dua sosok wanita asing di rumahnya. “Awalnya aku ingin meninggalkan rumah itu, tapi aku tidak bisa. Rumah itu banyak kenanganku bersama ibuku, maka dari itu, mereka lah yang seharusnya keluar …”Aurelia pulang ke rumah sangat larut malam, ia menatap rumah besar dengan perasaan sedih, tidak lagi seperti dulu, dimana banyak kehangatan di dalamnya. Aurel belum turun dari mobil setelah sampai di pekarangan rumah, kakinya terasa berat untuk memasuki rumah itu, karena ada dua sosok asing, dan juga ayah yang mungkin kini ia benci.Aurelia terlalu malas untuk bertemu dengan mereka, tapi ada sebuah tekad dalam dirinya, jika ia tidak boleh mengalah, dan juga menyerah. Semua yang ada di dalam sana adalah miliknya, hak-nya, mereka, orang asing yang tidak memiliki hak sedikitpun, termasuk ayahnya yang sudah mengkhianati istri dan anaknya. Tekadnya telah bulat, ia akan membalas rasa sakit hati ibunya, yang sudah dibohongi beberapa tahun lamanya, oleh pria yang Aurel dan ibunya kira adalah pria yang baik serta jujur. Aurelia pun turun dari mobil, melangkah dengan penuh keyakinan dengan tekad yang kuat demi ibunya yang telah tiada. Saat sampai di depan pintu, Aurel tersenyum tipis saat pi
Reynard tidak fokus mengemudikan mobilnya, melihat pipi kanan Aurelia yang memerah serta kedua mata yang sembab seperti sudah menangis.Ia merasa kesal dan marah, karena wanita yang dicintainya terluka, namun ia sadar tidak bisa berbuat banyak, karena yang melakukannya adalah ayah kandung dari Aurelia, terlebih ia belum memiliki hak apapun terhadap wanita yang sudah lama ia cintai.“Sorry, kamu harus melihat hal itu. Tapi, terima kasih sudah datang di waktu yang tepat. Ada apa kamu menemuiku?” “Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan,” seru Reynard.Aurelia pun tersenyum dan mengangguk, tidak ada jawaban apapun lagi dari mulut gadis cantik itu. Keterdiaman Aurelia yang semakin membuat Reynard ikut merasa sedih.Reynard mengerti, apa yang dirasakan oleh Aurelia saat ini, kesedihan setelah kehilangan sosok yang disayangi serta amarah karena sosok yang dikira akan menjadi satu-satunya untuk semangat hidup, justru malah menyakitinya, bahkan tanpa peduli perasaan Aurelia, dia membawa dua oran
Aurelia duduk di kamarnya, pikirannya penuh kekacauan setelah mendengar permintaan ayahnya.“Mengenalkan Bianca kepada Reynard? Omong kosong! Apa sekarang dia anak kesayangan ayah? Mungkin benar, dan aku hanyalah anak yang terbuang,” gumam Aurel dengan nada geram. Hatinya bergejolak, terutama karena Bianca bahkan meminta bantuan ayah mereka untuk hal seperti ini.Namun, bukan hanya itu yang membuat Aurel gelisah. Perasaannya bercampur aduk, ada rasa takut yang perlahan menguasainya. Ia khawatir kehilangan Reynard, pria yang selama ini membantunya melewati hari-hari berat setelah ibunya meninggal.“Bagaimana jika Reynard benar-benar memilih Bianca? Bagaimana jika dia tidak mau menungguku sampai aku siap membalas perasaannya?” pikir Aurel, hatinya semakin tidak tenang. Ia sendiri pun belum yakin dengan perasaannya terhadap Reynard.Namun entah mengapa, jika Reynard pergi dari sisinya, ia merasa gelisah. Pria yang mau sabar dengannya, menunggu dari sejak mereka kuliah. Pada awalnya Aure
Tidak disangka Bianca benar-benar berniat untuk mendekati Reynard. Hal itu membuat Aurel merasa kesal dan bahkan juga merasa gelisah. Bagaimana jika Reynard menerima Bianca? Bianca pun terlihat sangat bersemangat dan tersenyum hangat pada Reynard. Pria tampan dan kaya yang ia inginkan, karena memiliki identitas yang luar biasa di belakangnya. Bagaimana tidak Reynard adalah CEO sukses, yang memiliki aset milyaran di berbagai tempat.“Hai, Kak. Aku tidak tahu kau memiliki kafe sebagus ini, dan … teman pria yang tampan, kenalkan dia padaku,” ujar Bianca menatap Reynard dengan tatapan terpesona.Aurel terperangah mendengar perkataan Bianca. “Kakak?” desis Aurel sinis.“Kau memang kakakku, ibuku menikah dengan ayah, jadi kita saudara sekarang,” balas Bianca semakin membuat Aurel kesal. “Kau Reynard bukan, bisakah kita berteman?” Bianca mengulurkan tangannya pada Reynard.Namun, Reynard hanya menatap dingin Bianca tidak berniat menyambut tangan wanita yang sudah menyakiti Aurel. Hal itu, m
Aurelia menatap Danu dengan tatapan sinis. “Maksudku? Hahaha, aku rasa Anda lebih tahu apa yang aku maksud. Cih, aku benar-benar muak bisa berada di sekitar kalian.”“Jika kau muak dengan kami, tinggalkan saja rumah ini!” ujar Bianca.“Bianca!” bentak Danu ada putri yang selama ini ia sembunyikan.Danu, sebagai ayah dari dua orang putri, kini ia merasa bimbang, tidak bisa memutuskan sesuatu dengan pasti. Terutama pada Aurelie, putrinya yang selama ini bersamanya. Sedangkan Bianca, dia adalah putrinya yang selama ini ia sembunyikan, seolah merasa bersalah jika ia harus selalu membela Aurelia, tapi juga tidak mau membuat Aurel membencinya.Mendengar Bianca seolah ingin menyingkirkan Aurelia, hatinya merasa marah, akan tetapi setelah itu, kini ia merasa gelisah saat melihat ekspresi wajah Meriam serta Bianca yang seolah kesal padanya.“Jangan membentak Bianca, Danu. Apa-apaan kamu ini, bukankah kamu sudah berjanji, akan membuat kita bahagia?!” desis Meriam pada suaminya.“Apa ayah berpi
Aurelia menatap Danu dengan tatapan sinis. “Maksudku? Hahaha, aku rasa Anda lebih tahu apa yang aku maksud. Cih, aku benar-benar muak bisa berada di sekitar kalian.”“Jika kau muak dengan kami, tinggalkan saja rumah ini!” ujar Bianca.“Bianca!” bentak Danu ada putri yang selama ini ia sembunyikan.Danu, sebagai ayah dari dua orang putri, kini ia merasa bimbang, tidak bisa memutuskan sesuatu dengan pasti. Terutama pada Aurelie, putrinya yang selama ini bersamanya. Sedangkan Bianca, dia adalah putrinya yang selama ini ia sembunyikan, seolah merasa bersalah jika ia harus selalu membela Aurelia, tapi juga tidak mau membuat Aurel membencinya.Mendengar Bianca seolah ingin menyingkirkan Aurelia, hatinya merasa marah, akan tetapi setelah itu, kini ia merasa gelisah saat melihat ekspresi wajah Meriam serta Bianca yang seolah kesal padanya.“Jangan membentak Bianca, Danu. Apa-apaan kamu ini, bukankah kamu sudah berjanji, akan membuat kita bahagia?!” desis Meriam pada suaminya.“Apa ayah berpi
Tidak disangka Bianca benar-benar berniat untuk mendekati Reynard. Hal itu membuat Aurel merasa kesal dan bahkan juga merasa gelisah. Bagaimana jika Reynard menerima Bianca? Bianca pun terlihat sangat bersemangat dan tersenyum hangat pada Reynard. Pria tampan dan kaya yang ia inginkan, karena memiliki identitas yang luar biasa di belakangnya. Bagaimana tidak Reynard adalah CEO sukses, yang memiliki aset milyaran di berbagai tempat.“Hai, Kak. Aku tidak tahu kau memiliki kafe sebagus ini, dan … teman pria yang tampan, kenalkan dia padaku,” ujar Bianca menatap Reynard dengan tatapan terpesona.Aurel terperangah mendengar perkataan Bianca. “Kakak?” desis Aurel sinis.“Kau memang kakakku, ibuku menikah dengan ayah, jadi kita saudara sekarang,” balas Bianca semakin membuat Aurel kesal. “Kau Reynard bukan, bisakah kita berteman?” Bianca mengulurkan tangannya pada Reynard.Namun, Reynard hanya menatap dingin Bianca tidak berniat menyambut tangan wanita yang sudah menyakiti Aurel. Hal itu, m
Aurelia duduk di kamarnya, pikirannya penuh kekacauan setelah mendengar permintaan ayahnya.“Mengenalkan Bianca kepada Reynard? Omong kosong! Apa sekarang dia anak kesayangan ayah? Mungkin benar, dan aku hanyalah anak yang terbuang,” gumam Aurel dengan nada geram. Hatinya bergejolak, terutama karena Bianca bahkan meminta bantuan ayah mereka untuk hal seperti ini.Namun, bukan hanya itu yang membuat Aurel gelisah. Perasaannya bercampur aduk, ada rasa takut yang perlahan menguasainya. Ia khawatir kehilangan Reynard, pria yang selama ini membantunya melewati hari-hari berat setelah ibunya meninggal.“Bagaimana jika Reynard benar-benar memilih Bianca? Bagaimana jika dia tidak mau menungguku sampai aku siap membalas perasaannya?” pikir Aurel, hatinya semakin tidak tenang. Ia sendiri pun belum yakin dengan perasaannya terhadap Reynard.Namun entah mengapa, jika Reynard pergi dari sisinya, ia merasa gelisah. Pria yang mau sabar dengannya, menunggu dari sejak mereka kuliah. Pada awalnya Aure
Reynard tidak fokus mengemudikan mobilnya, melihat pipi kanan Aurelia yang memerah serta kedua mata yang sembab seperti sudah menangis.Ia merasa kesal dan marah, karena wanita yang dicintainya terluka, namun ia sadar tidak bisa berbuat banyak, karena yang melakukannya adalah ayah kandung dari Aurelia, terlebih ia belum memiliki hak apapun terhadap wanita yang sudah lama ia cintai.“Sorry, kamu harus melihat hal itu. Tapi, terima kasih sudah datang di waktu yang tepat. Ada apa kamu menemuiku?” “Aku ingin mengajakmu berjalan-jalan,” seru Reynard.Aurelia pun tersenyum dan mengangguk, tidak ada jawaban apapun lagi dari mulut gadis cantik itu. Keterdiaman Aurelia yang semakin membuat Reynard ikut merasa sedih.Reynard mengerti, apa yang dirasakan oleh Aurelia saat ini, kesedihan setelah kehilangan sosok yang disayangi serta amarah karena sosok yang dikira akan menjadi satu-satunya untuk semangat hidup, justru malah menyakitinya, bahkan tanpa peduli perasaan Aurelia, dia membawa dua oran
Aurelia pulang ke rumah sangat larut malam, ia menatap rumah besar dengan perasaan sedih, tidak lagi seperti dulu, dimana banyak kehangatan di dalamnya. Aurel belum turun dari mobil setelah sampai di pekarangan rumah, kakinya terasa berat untuk memasuki rumah itu, karena ada dua sosok asing, dan juga ayah yang mungkin kini ia benci.Aurelia terlalu malas untuk bertemu dengan mereka, tapi ada sebuah tekad dalam dirinya, jika ia tidak boleh mengalah, dan juga menyerah. Semua yang ada di dalam sana adalah miliknya, hak-nya, mereka, orang asing yang tidak memiliki hak sedikitpun, termasuk ayahnya yang sudah mengkhianati istri dan anaknya. Tekadnya telah bulat, ia akan membalas rasa sakit hati ibunya, yang sudah dibohongi beberapa tahun lamanya, oleh pria yang Aurel dan ibunya kira adalah pria yang baik serta jujur. Aurelia pun turun dari mobil, melangkah dengan penuh keyakinan dengan tekad yang kuat demi ibunya yang telah tiada. Saat sampai di depan pintu, Aurel tersenyum tipis saat pi
“Ada apa ini, siapa mereka, Ayah?” tanya Aurelia dengan pandangan terkejut dan marah, saat melihat dua wanita asing berada di rumahnya, bahkan salah satu dari mereka dengan berani meminta pekerja untuk menurunkan foto mendiang ibunya.“Perkenalkan, ini Meriam, yang akan menjadi ibu sambungmu, dan itu saudaramu, Bianca.” Tunjuk Danu pada Bianca dan juga Meriam, memperkenalkan keluarga yang selama ini ia sembunyikan pada anaknya.Aurelia terperangah, mendengar perkataan ayahnya. “Apa?!” pekik Aurelia tidak percaya. “Ayah, memiliki keluarga lain selain aku dan ibu?” Danu mengangguk, “kamu harus menerimanya. Meriam, wanita yang baik, dia akan menjadi ibumu mulai sekarang. Bianca saudaramu, usianya berbeda dua tahun di bawahmu, seharusnya kamu senang, Aurel. Kamu memiliki teman sekarang.” Aurelia tertawa, seolah perkataan ayahnya hanya lah sebuah lelucon. Senang, omong kosong, batinnya kesal.Bagaimana tidak, tepat satu minggu ibunya meninggal, ayahnya kini membawa dua wanita asing dan m