Berbeda dengan peserta lainnya, yang punya segala apapun yang mereka inginkan. Dan itu bisa terlihat dari raut wajah mereka yang masih semangat untuk kembali mengikuti kelas Bimbel__tak ada tampang susah disana.
Mereka tidak akan merasa kelelahan__ada kendaraan pribadi yang selalu siap memanjakan mereka! Mereka juga tidak akan pernah perduli dengan apa yang di pikirkan oleh orang – orang susah__secara garis besar.
Sudah jelas bahwa didikan keluarga orang kaya sangat berbeda jauh dengan keluarga orang miskin, pola hidup mereka sudah diatur sedemikian rupa, semua fasilitas tersedia. Sedangkan orang miskin tidak sedemikian, jangankan mengatur pola hidup, untuk bertahan hidup saja rasanya sudah sangat sulit.
Hal itulah yang kadang membuatku merasa tidak pantas berada di sekolah ini! Entah hanya sugesti atau karena status sosial. Awalnya aku tidak begitu mengerti, kenapa pemikiran konyol itu bisa muncul di kepala ku.
Tapi setelah setahun, lebih tepatnya saat aku sudah berada di kelas 11, aku punya alasan untuk pindah, aku memutuskan untuk pindah ke SMA Negeri 11 Ambon.
Aku pindah karena ada insiden yang sangat tidak menyenangkan, itu benar – benar membuatku malu, aku tidak pernah menginginkan hal itu terjadi. Tapi sepertinya Tuhan punya rencana-Nya sendiri.
Tepatnya saat pelajaran bahasa Inggris dimulai. Setiap siswa harus meninggalkan tas di loker sebelum memasuki Lab! Lokernya tidak seperti loker – loker yang ada di film barat. Lokernya terbuka__tidak ada pintu untuk menutupnya. Letaknya berada di luar ruang Lab bahasa Inggris. Sekolah ini menggunakan sistem Moving Class atau setiap pergantian mata pelajaran, semua siswa akan berpindah dari ruang yang satu ke ruangan lain.
Ruangan Lab sangat tertutup, semun jendela kacanya di lapisi horden, tak ada cahaya dari luar, full ac. Mejanya tertata rapi dan sudah pasti terlihat sangat keren untuk orang-orang seperti ku.
Hari itu Guru yang mengajar tidak hadir, itu adalah kabar baik bagi kami semua. Teman – teman yang lain sudah terlihat sibuk dengan komputer yang ada di meja mereka masing-masing.
Ada juga yang asyik bercerita, aku sendiri sibuk bermain solitire! 30 menit berlalu__aku beranjak meninggalkan tempat duduk, menghampiri temanku yang berada di pojok__namanya Ledrick L. Aku biasa memanggilnya Lerry.
Sejak berada di sekolah ini, aku mempunyai beberapa teman baru, termsuk Ledrick L.
“Lerry, apa kau membawa ponselmu? Boleh aku pinjam!”
“Ponselku ada di tas! Kau bisa pergi mengambilnya di loker”.
Aku berjalan keluar__menuju loker__segera meraih tas__mencari ponsel. Dan terjadilah peristiwa yang sangat tidak menyenangkan itu__
Aku masih mengutak atik tasnya, mencari ponsel__tak ada ponsel disana! Aku sudah mengutaknya berkali - kali__belum juga menemukannya__apa Lerry sedang mengerjaiku? Ya, awalnya aku berpikir mungkin dia sedang mengerjaiku__mengingat kami sering bercanda.
Tapi setelah aku kembali dan segera memberitahukan padanya__dia langsung bergegas keluar mengambil tasnya! Aku dan beberapa teman - teman yang lain juga mengikutinya dari belakang__mereka mendengar pembicaraan kami.
Wajahnya terlihat cemas! Dia memeriksa tasnya__seakan tak percaya dengan apa yang barusan ku katakan__tapi hasilnya tetap sama, tak ada ponsel disana__yang ada hanyalah beberapa buku dan pulpen.
“Kenapa tidak ada! Jelas – jelas aku meninggalkannya disini!" Dia masih terus mencari__berharap ponselnya terselip disela – sela tasnya__raut wajahnya berubah__dia terlihat panik. Aku dan teman – teman yang lain masih harap – harap cemas melihatnya.
'Apa Ponselnya hilang? Kalau memang iya! Siapa orangnya? Tidak! Ini tidak benar. Bagaimana mungkin ada pencuri? Ini tidak mungkin terjadi! 90% murid dari sekolah ini adalah anak dari keluarga orang kaya. Hanya di Sekolah inilah kita bisa melihat semua anak pejabat berkumpul. Mulai dari anaknya para anggota Dewan, Pengusaha, Kontraktor, Pebisnis, bahkan keponakan orang nomor 1 di Maluku adalah murid dari SMA Negeri 1 Ambon. Lantas! Sisanya? Apa harus di abaikan! Entahlah__10% sisanya adalah yang berasal dari keluarga yang tidak mampu atau miskin. Dan tidak bisa dipungkiri, aku termasuk siswa yang paling miskin__aku berada di urutan terakhir.'
"Kenapa ponselku tidak ada Ciang?” Lerry memutus lamunanku__mentapku tajam__teman – teman yang lain juga menatapku dengan tatapan yang sama. Tatapan mereka bisa di tebak dengan jelas, mereka semua sudah terlihat curiga padaku. Dalam hati mereka mungkin sedang bergumam 'Kau yang mencurinya kan?' Ya, wajar saja jika mereka berpikir seperti itu, karena biar bagaimanapun aku adalah orang terkahir yang memegang tasnya Lerry. Tapi apa harus secepat itu mereka mencurigaiku? Eentahalah. Aku sendiri juga pusing memikirkannya. “Kau adalah orang pertama yang membuka ini kan? Bagaimana mungkin ponsel ku bisa hilang?” Dia masih menatapku, raut wajahnya yang sedari tadi terlihat panik kini sudah terlihat menyelidik. “Apa kau sedang menuduku?” Aku mengerutkan kening sambil tersenyum masam. Rasanya terlalu aneh melihat salah satu teman dekatku mencurigaiku seperti ini. “Aku tidak menuduhmu! Tapi hanya kau orang pertama yang membuka ini kan? Dan juga,
Salah satu tempat istrahat favoritku adalah Mushollah, bahkan sejak kejadian itu! Aku sering bolos kelas dan hanya menghabiskan waktu untuk tidur. Meskipun sering di tegur oleh para Guru dan mengancam akan memberikan surat panggilan lagi kepada orang Tuaku__aku tidak perduli sama sekali, aku sudah kebal. “Ciang! Lerry, memanggilmu!" Merasa terganggu dengan suara yg khas itu__aku segera bangkit! Ternyata De’Fretes__jujur saja__aku ingin sekali menampar De'fretes. Setiap kali melihatnya__tanganku sangat gatal__jika saja aku belum terlanjur mengenalnya__pasti sudah ku lakukan__aku masih menghargai mereka karena bagaimanapun mereka adalah teman - temanku__terlepas dari situasi yang saat ini aku alami__mereka semua adalah temanku. Tanpa berbasa basi lagi, aku segera mengikutinya__aku tau kenapa Lerry memanggilku. Bahkan kali ini dia ingin agar aku mengaku dan segera mengganti ponselnya. Hubungan yang tadinya baik – baik saja kini berubah menjadi permusuhan.
Cukup bagus untuk di jadikan tempat nongkrong__aku menurut saja saat melihat orang itu memanggil ku. Awalnya aku tidak mengenal sosok itu, tapi melihat Lerry dan teman – teman yang lain juga berada di sampingnya, bisa kupastikan sosok itulah yang bernama Stelon T. Dan tentu saja aku sudah bisa menebak apa yang akan di bicarakan si Stelon ini__Sang Ketua Geng dari STM kudamati. Dia memintaku masuk kedalam salah satu ruangan__ruangan itu cukul tertutup__terlihat seperti ruangan security. Entah siapa pemilik gedung ini! Sayang sekali jika gedung seluas ini tidak diperhatikan! Lerry dan Teman – teman yang lain menunggu kami di luar__tepatnya di depan pintu__hanya aku dan Stelon yang berada di dalam ruang itu__melihat posisi ku__akhirnya aku sadar__aku sedang di kepung. Tanpa basa basi lagi! Dia langsung masuk ke inti pembicaraan, apalagi yang harus di bicarakan jika bukan soal ponselnya Lerry yang hilang! Dia terlihat begitu yakin menuduhku__memintaku unt
“Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara kalian! Tapi cara kalian yang ingin membuatnya mengaku sudah keterlaluan. Sekalipun tuduhan kalian itu benar, tapi tindakan kalian tidak bisa di benarkan. Tidak seharusnya kalian berbuat sampai sejauh ini. Apa kalian tidak takut jika dia melaporkan kalian ke Polisi! Ini tidak ada bedahnya dengan melakukan tindak kejahatan, hukumannya cukup berat. Apa kalian ingin menghabiskan masa mudah kalian di penjara? Bangunan tua ini berhadapan langsung dengan pangkalan ojek kami. Jelas aku melihat kalian saat memasuki gedung ini. Tadinya aku pikir kalian akan berkumpul untuk merokok seperti kebanyakan anak – anak nakal lainnya! Karena penasaran, aku memutuskan untuk datang melihat kalian dan ternyata aku salah. Oh, iya, jangan panggil aku Om! panggil saja Abang, bisa juga Bang Ojek!” Si Abang Ojek mencoba tersenyum ramah. Entah apa yang ada dipikiran Lerry saat ini, aku tidak tahu! Yang jelas, Stelon terlihat tidak senang dengan kali
Mereka cukup terkejut__bagaimana mungkin itu disebut solusi! Mereka terlihat tidak setuju, aku sendiri juga tidak setuju. Aku meralat pujianku untuknya. Tapi jika di pikir baik - baik, sepertinya tidak ada cara lain__mau tidak mau, solusi konyol itu harus diterima. Hanya itu jalan keluar satu – satunya. Dan karena ide si Abang Ojek itulah aku terpaksa pindah, entah aku harus berterima kasih padanya atau tidak. Ternyata diam – diam mereka bersekongkol__aku tidak sempat menyadarinya__tanpa sepengetahuanku__solusi itu di bebankan padaku. Hanya aku yang memberinya uang setiap hari. Dan Itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku gusar! Aku tidak tahan lagi melihat sikap Lerry dan teman - temannya. 2 minggu setelah peristiwa gedung tua, aku tidak masuk sekolah__aku ingin pindah__aku benar – benar tidak tahan lagi. Aku meminta Ibuku untuk mengurus kepindahanku. Perasaanku bercampur aduk, ingin sekali rasanya menghajar Lerry. Selama 2 minggu terakhir itu, aku
Ternyata yang menjadi masalah utama adalah bukan kepindahanku! tapi uang. Bagaimanpun kondisi itu hampir saja membuatku putus sekolah. Di tambah lagi, aku punya masalah dengan diriku__aku punya ego yang terlalu tinggi. Dengan sedikit keterpaksaan! Ibuku segera mengurus kepindahan ku ke SMA Negeri 11 Ambon. Demi mengurus semua itu, beliau sampai harus menjual emas pemberian dari kakak ku. Bagi orang kaya__1 atau 2 juta adalah sesuatu yang mudah di dapatkan. Tapi bagi keluarga miskin__itu sangat sulit! Keluargaku benar – benar miskin__coba bayangkan! Hanya untuk mengrus kepindahan ku__itu membutuhkan biaya hampir 2 juta, dan Beliau tidak punyak uang sebanyak itu. Penghasilannya setiap hari hanya cukup untuk makan__tak ada simpanan__tak ada rencana ini dan itu__yang ada hanyalah terus mencoba bertahan hidup. Terpaksa beliau harus menjual emas. Aku merasa sedikit bersalah, tapi aku tidak punya pilihan__aku harus pindah. Seiring berjalannya waktu, semuanya
2. Maafkan Aku Qilla “Apa Kau sudah yakin akan pergi kesana?” tanya Ahmad. “Entahlah, aku belum pastikan apa aku akan pergi atau tidak! Tapi melihat kondisiku yang sekarang, aku tidak bisa terus - terusan berdiam diri di kota ini. Kau sendiri tahukan! Sebulan terakhir ini kerjaanku hanya makan dan tidur. Aku merasa tidak enak denganmu, terutama Ayah dan Ibumu. Keluarga kalian sudah terlalu baik padaku. Aku harap suatu hari nanti aku bisa membalas kebaikan kalian.” Sejak aku memutuskan berhenti kuliah, aku pindah ke rumahnya Ahmad. Tempat yang sangat nyaman untuk menenangkan diri. Letaknya di kebun cengkeh, Jl. Perempatan Batu Merah. Keluarga Ahmad sangat baik padaku. Ahmad adalah salah satu teman yang sudah cukup lama ku kenal. Awal mula perkenalan kami terasa sedikit kaku. Saat itu aku sedang asyik latihan basket bersama teman - temanku. Kebetulan salah satu temanku datang bersama Ahmad__dengan alasan Ahmad ingin ikut latihan bersama kami jika di izinkan. Kami pun setuju, di saat
Beberapah hari kemudian tepatnya di malam hari, aku memutuskan menghubungi Kakak ku. “Hallo!" Sudah lama aku tidak mendengar suara itu, suara yang entah kenapa membuatku merasa bangga menjadi adik kandungnya. Kisah perjalanan hidup yang membuatku kagum sekaligus merasa prihatin padanya, bukan karena aku kasihan, hanya saja semua terlalu rumit bagiku untuk memahami semua yang terjadi, terlalu menyedihkan. Aku masih terlalu mudah untuk memahami pikiran orang dewasa. "Halo Kak, apa kabar?” Andai bisa jujur, setiap berbicara dengannya aku merasa seperti orang yang tidak tahu apa – apa di muka bumi ini, dia selalu unggul dalam segala hal, serba tahu, dan mmmm entahlah. Kadang dia seperti cerminan dari Ayahku. “Baik, kau sendiri gimana? Apa kau baik – baik saja disitu setelah meninggalkan kuliahmu, kalau boleh jujur aku sangat kece__”dia menarik napas dalam - dalam, aku diam saja, aku tahu dia akan mengatakan itu. Aku sudah mendengar semuanya