Mereka cukup terkejut__bagaimana mungkin itu disebut solusi! Mereka terlihat tidak setuju, aku sendiri juga tidak setuju.
Aku meralat pujianku untuknya. Tapi jika di pikir baik - baik, sepertinya tidak ada cara lain__mau tidak mau, solusi konyol itu harus diterima. Hanya itu jalan keluar satu – satunya. Dan karena ide si Abang Ojek itulah aku terpaksa pindah, entah aku harus berterima kasih padanya atau tidak.
Ternyata diam – diam mereka bersekongkol__aku tidak sempat menyadarinya__tanpa sepengetahuanku__solusi itu di bebankan padaku. Hanya aku yang memberinya uang setiap hari. Dan Itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku gusar! Aku tidak tahan lagi melihat sikap Lerry dan teman - temannya.
2 minggu setelah peristiwa gedung tua, aku tidak masuk sekolah__aku ingin pindah__aku benar – benar tidak tahan lagi.
Aku meminta Ibuku untuk mengurus kepindahanku. Perasaanku bercampur aduk, ingin sekali rasanya menghajar Lerry. Selama 2 minggu terakhir itu, aku selalu memberinya uang.
Sejujurnya aku merasa sedikit heran__kenapa aku harus memberinya uang? kenapa aku mudah saja menerima solusi itu.
Sebenarnya tidak masalah jika bukan hanya aku yang membantunya! Tapi setelah aku tahu bahwa hanya aku yang memberinya uang setiap hari, itu membuatku benar – benar marah.
Dan karena aku selalu memberi Lerry uang__tanpa di sadari__secara tidak langsung__aku benar - benar sudah membuat diriku menjadi seorang pencuri. Kabar itu sekali lagi beredar seperti bola api__dengan versi yang berbeda.
Kabarnya__aku sudah mengakui bahwa akulah yang telah mencuri ponselnya Lerry dan bersedia menggantinya dengan memberinya uang setiap hari__sampai cukup untuk membeli ponsel baru.
Aku terjebak dalam permainan mereka. Mengetahui itu__aku berhenti memberinya uang dan memutuskan pindah ke SMA Negeri 11 Ambon.
Aku tidak ingin lagi memikirkannya__persetan dengan semuanya. Mau lapor Stelon lagi? Silahkan, kali ini aku tidak akan diam saja.
Aku bisa mengumpulkan ratusan teman – temanku yang berada di Sekolah lain dan itu belum termasuk Abang – Abangku yang berada di pasar lama, salah satu tempat yang cukup di segani di kota Ambon.
Belum lagi di tempat lain. Dan jika sampai itu terjadi! Bukan tidak mungkin kekacauan di kota ini akan terulang lagi. Beruntung, Lerry tidak melakukannya.
Kepindahanku sempat di pertanyakan oleh Guru – Guru, bahkan kedua mentorku di kelas 10 dulu sempat datang ke rumah__meminta penjelasan kenapa aku ingin pindah!
Mereka tidak datang hanya untuk menanykan itu, tetapi karena 1 minggu terakhir ini aku juga tidak pergi ke Sekolah. Ibuku sangat terkejut mendengar kabar itu, 1 minggu terakhir aku tidak pergi ke Sekolah! lebih tepatnya aku bolos.
Yang Beliau tahu, aku selalu berangkat ke Sekolah seperti biasa. Tetapi karena masalah ku dengan Lerry, aku lebih memilih bolos setelah 2 minggu memberinya uang setiap hari.
Aku tidak pernah bercerita soal ponselnya Lerry yang hilang kepada Ibuku, aku pikir itu tidak penting, lagian bukan aku yang mencurinya.
Aku sedang berada di luar ketika kedua mentorku berkujung ke rumah. Mereka tidak lama, hanya beberapa menit saja.
Ibuku sempat memarahiku, meskipun aku sudah memberitahu Beliau agar segera mengurus kepindahanku, tapi membolos selama seminggu bukanlah sesuatu yang baik, itu hanya akan menambah beban pikirannya.
Terlebih lagi Beliau masih saja mempertanyakn kenapa aku ingin pindah! Dan jawabanku masih tetap sama! Aku hanya ingin pindah. Meskipun Beliau masih berusaha memintaku untuk bertahan, aku tidak mengindahkannya. Aku tetap bersikeras ingin pindah.
Ternyata yang menjadi masalah utama adalah bukan kepindahanku! tapi uang. Bagaimanpun kondisi itu hampir saja membuatku putus sekolah. Di tambah lagi, aku punya masalah dengan diriku__aku punya ego yang terlalu tinggi. Dengan sedikit keterpaksaan! Ibuku segera mengurus kepindahan ku ke SMA Negeri 11 Ambon. Demi mengurus semua itu, beliau sampai harus menjual emas pemberian dari kakak ku. Bagi orang kaya__1 atau 2 juta adalah sesuatu yang mudah di dapatkan. Tapi bagi keluarga miskin__itu sangat sulit! Keluargaku benar – benar miskin__coba bayangkan! Hanya untuk mengrus kepindahan ku__itu membutuhkan biaya hampir 2 juta, dan Beliau tidak punyak uang sebanyak itu. Penghasilannya setiap hari hanya cukup untuk makan__tak ada simpanan__tak ada rencana ini dan itu__yang ada hanyalah terus mencoba bertahan hidup. Terpaksa beliau harus menjual emas. Aku merasa sedikit bersalah, tapi aku tidak punya pilihan__aku harus pindah. Seiring berjalannya waktu, semuanya
2. Maafkan Aku Qilla “Apa Kau sudah yakin akan pergi kesana?” tanya Ahmad. “Entahlah, aku belum pastikan apa aku akan pergi atau tidak! Tapi melihat kondisiku yang sekarang, aku tidak bisa terus - terusan berdiam diri di kota ini. Kau sendiri tahukan! Sebulan terakhir ini kerjaanku hanya makan dan tidur. Aku merasa tidak enak denganmu, terutama Ayah dan Ibumu. Keluarga kalian sudah terlalu baik padaku. Aku harap suatu hari nanti aku bisa membalas kebaikan kalian.” Sejak aku memutuskan berhenti kuliah, aku pindah ke rumahnya Ahmad. Tempat yang sangat nyaman untuk menenangkan diri. Letaknya di kebun cengkeh, Jl. Perempatan Batu Merah. Keluarga Ahmad sangat baik padaku. Ahmad adalah salah satu teman yang sudah cukup lama ku kenal. Awal mula perkenalan kami terasa sedikit kaku. Saat itu aku sedang asyik latihan basket bersama teman - temanku. Kebetulan salah satu temanku datang bersama Ahmad__dengan alasan Ahmad ingin ikut latihan bersama kami jika di izinkan. Kami pun setuju, di saat
Beberapah hari kemudian tepatnya di malam hari, aku memutuskan menghubungi Kakak ku. “Hallo!" Sudah lama aku tidak mendengar suara itu, suara yang entah kenapa membuatku merasa bangga menjadi adik kandungnya. Kisah perjalanan hidup yang membuatku kagum sekaligus merasa prihatin padanya, bukan karena aku kasihan, hanya saja semua terlalu rumit bagiku untuk memahami semua yang terjadi, terlalu menyedihkan. Aku masih terlalu mudah untuk memahami pikiran orang dewasa. "Halo Kak, apa kabar?” Andai bisa jujur, setiap berbicara dengannya aku merasa seperti orang yang tidak tahu apa – apa di muka bumi ini, dia selalu unggul dalam segala hal, serba tahu, dan mmmm entahlah. Kadang dia seperti cerminan dari Ayahku. “Baik, kau sendiri gimana? Apa kau baik – baik saja disitu setelah meninggalkan kuliahmu, kalau boleh jujur aku sangat kece__”dia menarik napas dalam - dalam, aku diam saja, aku tahu dia akan mengatakan itu. Aku sudah mendengar semuanya
“Aku ingin datang kesitu.” “H-ha, apa? Apa aku tidak salah dengar? Kau ingin datang kesini? Yang benar saja Ciang! Bagaimana mungkin seorang Ciang yang sangat mencintai kota kelahirannya ingin datang kesini!” Dia terkejut, lebih tepatnya merasa heran atau mmm entahlah. “Aku serius Kak, aku ingin kesitu, aku ingin mencari pekerjaan. Dan lagian aku rasa tidak ada yang bisa kulakukan di kota ini.” Aku mencoba meyakinkannya. Setidaknya__untuk sementara__ “Kau yakin? Aku khawatir kau tidak akan merasa nyaman disini!" “Aku sudah yakin dan aku akan berusaha bertahan selama yang aku bisa” Aku menjawab tanpa keraguan__ sejujurnya dari di lubuk hati, aku tidak siap, tapi aku merasa tidak punya pilihan, aku harus berangkat. “Mmmmmm baiklah kalau begitu, kapan kau kesini?” “Secepatnya Kak” Aku segera mematikan telfon setelah semua obrolanku dengan Kakak ku selesai. Obrolan kami di malam itu berjalan dengan baik. Dia setuju, dia mem
“Hallo,,!!” Suaranya terdengar berat, mungkin karena masih setengah sadar. “Apa aku mengganggu tidurmu?” jelas aku mengganggu tidurnya, ini sudah larut, tapi untuk sebuah hubungan asmara, terlebih jalinan hubungan yang sudah berjalan dua tahun lebih, itu bisa ada sedikit pengecualian. “Tidak kok, tumben telfon jam segini, ada apa yank?” Suaranya masih terdengar berat di telingaku. Apa kalian bisa bayangkan sebesar apakah rasa cintanya padaku? Dalam keadaan setengah sadar, dia masih memanggilku dengan panggilan sayangnya. Aku benar – benar beruntung, lebih dari itu dia juga cantik. “Ada yang ingin ku sampaikan padamu, besok jam 8 malam kita bertemu di tempat biasa.” “Ia, yank” “Baiklah, mat bobo, love you!” "Love you to!" "Tut tut tut.." Tadinya aku ingin mengatakannya secara langsung via telfon, tapi urung, lebih baik jika langsung bertemu, aku rasa itu juga jauh le
“Oh iya, aku lupa!” Dia membuka tas, mengambil sesuatu. Itu adalah toples, ukurun mini. Tas yang dia pakai adalah tas yang biasa di gunakan cewe - cewe pada umumnya. “Ini, ada oleh – oleh dari Kakak ku, dia baru tiba dari belanda siang ini.” Aku membukanya, isinya adalah cokelat. Dia tahu aku sangat menyukai cokelat. Sudah umum bagi dua insan untuk lebih peka, apalagi untuk soal apa saja yang di suka dan yang tidak di sukai. “Makasih ya, salam untuk Kakak mu! Aku juga punya sesuatu untukmu, sekarang tutup matamu”dia menurut, aku segera berdiri dari tempat kami duduk, berlari - lari kecil menuju tempat parkiran, membuka jok motor dan mengambil hadiah yang akan kuberikan padanya. “Sekarang buka matamu” SURPRISE!!! Raut wajahnya terlihat senang saat tahu hadiah yang kuberikan adalah buku yang selama ini dia tunggu. Matanya sampai bekaca – kaca karena bahagia. Sebelum bertemu, aku menyempatkan diri untuk membelikan buku, sebagai hadiah sebelum aku berangkat. Gara – gara buku itu, mala
3. Sentani, Jayapura “...Bangun! Ciang, hari ini aku harus menang. Aku tidak akan membiarkan si Umar brengsek itu mendahului kita lagi kali ini.”Fahri berusaha membangunkanku dari tidur. “Ayo Ciang, bangun!” dia menarik selimut, menggoyang – goyang tubuhku, dengan rasa ngantuk yang masih berat, aku mengucak mataku, segera melirik jam. “Damn it,,! Kau sudah gila Fahri, ini jam berapa?” mataku terbelalak melihat jarum jam, bagaimana mungkin kami ke pasar jam segini. Jam 5 pagi, ini gila. Pembeli mana yang mau belanja. Aku ingin melanjutkan tidurku. “Kau harus menemaniku Ciang, ayolah!” dia berusaha kembali membangunkanku. Memaksa menopangku untuk berdiri. Ini gila. Aku ber_huft. Ini tidak masuk akal. Sebenarnya aku bisa melanjutkan tidurku, tapi urung. Fahri adalah teman terbaik sejak
Hari ini Umar kalah dalam pertarungan adu cepat buka kios dengan Fahri, otomatis dia harus membayar makanan kami berdua, sebenarnya aku dan Juli tidak ada kaitannya dengan rivalitas mereka. Tapi semenjak kedatanganku, Fahri memilihku sebagai partnernya dan Umar memilih Juli. “Assalamualaikum Seli,,! Baru pulang dari kampus ya?” wajah Umar memerah__ entah kenapa, mendengar Umar menyapa seseorang di kios sebelah, tiba–tiba saja Juli dan Fahri bersikap cool__naluri kelaki-lakian mereka ingin terlihat keren. Selama sebulan terakhir baru kali ini aku melihat perubahan itu, aku tidak sempat memikirkannya, aku asyik menyantap makan siangku. Lagi pula bukan urusanku untuk memikirkan itu. Aku segera menghabiskan jatah makananku, meninggalkan mereka, aku harus cepat–cepat, hari ini aku belum dapat pembeli, hanya satu dua orang calon pembeli yang mampir, sekedar bertanya, jualanku belum ada yang laku. “Eh, aku duluan ya!” aku segera berjalan meninggalkan kios makanan, sepertinya mereka bertig