Sudah sebulan aku berada disini, tepatnya di kabupaten Sentani, kota Jayapura. Bertemu orang – orang baru, teman baru__terasa seperti dunia baru bagiku. Aku harus beradaptasi dengan lingkungan disini__apapun keadaannya. Sejujurnya aku belum terlalu nyaman dengan tempat ini. Aku juga belum tau apa yang menjadi penyebabnya__bisa juga mungkin karena sebelumnya aku tidak pernah keluar kota. Kalaupun pernah, tidak lebih dari sekedar liburan. Sambil memikirkan itu aku belum terlalu yakin apa aku bisa bertahan__ Sebelum aku berangkat, Kakak ku sudah berjanji akan membantuku agar bisa bekerja di Bandara, dan itu cukup membuatku senang__entalah. Sudah sebulan berlalu sejak aku tiba disini, belum ada kejelasan yang pasti. Terakhir, satu minggu yang lalu aku sempat bertanya soal bantuan yang dia tawarkan, dan dia hanya menjawab dengan basa basi seakan itu tidak terlalu penting__hanya soal waktu aku akan segera menyadari semua gambaran di lingkungan ini. *** Tiga hari setelah aku tiba di kota
"Iya, Kak! Aku rasa tidak ada kecocokan lagi di antara kami! Jadi sebaiknya kami akhiri saja sebelum hubungan ini terlalu jauh." Jawab Elsa. Sebenarnya, andai saja aku tidak meningat bahwa dia pernah menolongku__dalam artian bukan secara pribadi__ aku ingin sekali bertanya dengan nada acuh tak acuh 'LAH! TERUS, URUSANNYA SAMA AKU ITU APA?' Aku merasa ini hanya buang - buang waktu. "Oh, gitu...! Ya, terserah kalian berdua saja! Selama tidak saling menyinggung, aku rasa kedepannya pasti baik - baik saja. Lagi pula kau masih mudah, sebaiknya kau fokus belajar, hanya tersisa beberapa bulan lagi kalian akan ujian Nasional kan! Persiapkan saja dirimu supaya bisa lanjut ke perguruan tinggi!" Sial! Kenapa aku jadi menasehatinya?! Aku segera mengumpat diriku. Jika aku tidak salah menebaknya, saat ini Elsa dan Qilla berada di tahun ketiga__bangku SMA. Tapi, aku bisa melihat ada perbedaan yang cukup mencolok di antara mereka berdua. Cara berpikir Qilla agak lebih matang dari Elsa. Aku bisa me
Setelah selesai memesan beberapa menu, kami berempat segera duduk. Sambil menunggu Bapak Aco menyiapkan hidangan, aku segera mengambil ponsel dari saku celanaku__menghidupkannya kembali__Aku ingin memgirim beberapa lagu Kpop untuk si Juli. Ting,,, ting,,, ting,,,ting,,,ting,,,!! Belum semenit ponselku menyalah__aku di serbu dengan beberapa notifikasi pesan singkat. Aku segera membuka aplikasi SMS. 'Nomor ini!!' Aku bergumam dalam hati. Aku beralih mengecek panggilan masuk__benar! Nomornya terlihat sama dengan yang menelfonku beberapa jam yang lalu__ ya, Elsa. Aku beralih lagi__segera membaca beberapa pesan singkat yang dia kirim padaku. "Kak, Ciang! Kok di matiin?" "Kak, Ciang? Balas donk Kak!" "Kak, Ciang! Kakak marah ya sama aku? Aku minta maaf, Kak kalau ada kata - kataku yang menyinggung, Kakak!" 'Omong kosong apa lagi yang Elsa katakan! Tidak ada kata - katanya yang membuatku merasa tersinggung! Itu hanya percakapan singkat__bahkan bisa di bilang, harusnya aku yang meminta
Aku tidak habis pikir bagaimana mungkin dia begitu berani mengatakan itu__bagaimana jika Qilla tau soal ini? Lagi pula, seharusnya dia sadar bahwa aku sudah cukup lama menjalin hubungan bersama Qilla__meskipun aku tidak pernah cerita soal itu__terlalu naif rasanya jika Elsa tidak mengetahui hubunganku dengan Qilla! Elsa terlalu nekat! Aku tidak mengerti mengapa dia begitu berani! Mungkin sebagian besar para cowo di luar sana akan merasa bangga jika ada gadis yang berani menyampaikan isi hatinya! Namun, bagiku itu tidak senyaman yang di bayangkan__lagi pula sudah ada Qilla di hatiku. Pikiranku tidak bisa mencernah pengakuan Elsa! Bagaimana... Bagaimana mungkin? Ya, aku tau! Revolusi Emansipasi wanita memang sedang menjadi topik hangat di beberapa stasiun TV! Budaya baru yang sedang gencar - gencarnya itu tak henti - hentinya untuk terus mensosialisasikan gagasan mereka ke berbagai negara__mereka sedang berupaya untuk adanya kesetaraan sosial antara wanita dan pria__ya
Malam terkahir kami bertemu, semuanya terlihat baik - baik saja. Meskipun di malam itu dia terlihat sangat sedih! Aku rasa bukan itu masalahnya! Aku tidak merasakan ataupun melihat ada yang ganjal. Segalanya terlihat normal. Aku sempat berpikir untuk menghubungi Ibunya, Tapi urung! Setelah memikirkannya kembali, aku rasa itu tidak perlu. Menyadari aku sedang berada dimana!! Aku segera beranjak dari kasur__segera mandi. Andai saja aku punya teman yang bisa di ajak ngobrol dengan nyaman! Ingin sekali rasanya meluapkan isi hatiku__bercerita soal hubunganku dengan Qilla__bagaimanpun aku juga punya hati Fahri? Umar? Atau bahkan Juli? Aku rasa itu tidak perlu! Bukan karena aku tidak mempercayai mereka apalagi harus merasa tidak nyaman. Mereka adalah teman - teman ku disini__selain karena itu juga, melihat mereka yang terlalu asyik dengan dunianya masing - masing! Aku memang tidak berniat untuk melakukannya.  
Masih tenggelam dalam lamunanku! Aku dan beberapa pedagang yang lain sedang dalam perjalanan pulang. Melihat kondisiku yang baik - baik saja! Fahri dan Umar bahkan tidak tau jika suasana hatiku saat ini sedang kacau! Juli tidak bisa ikut bersama kami karena alasan tertentu! Aku tidak tau persis apa alasannya. Dalam perjalanan pulang! Tak lupa juga kami mampir di Nimbokrang untuk mengisi perut di salah satu Rumah Makan Prasmanan! Kendraan yang kami sewa adalah Truk! Kami duduk dan berbaring di atas tumpukan barang yang sudah di bungkus dengan karung goni! Menjalang sore__kami pun tiba__lebih tepatnya jam 3 sore__tanpa menunggu di suruh, kami segera menurunkan barang - barang__merapikannya kembali di kios! Setelah itu, aku segera pulang untuk istrahat__sebelum pulang, aku menyempatkan diri untuk mampir di tempat tinggalnya Kakak ku__menyetor hasil penjualan dari Jhuk kepada Kakak Ipar ku__tidak lupa juga mengirim beberapa ratus ribuh untuk
Pukul 7 malam! Fahri berusaha membangunkan ku. Perlahan - lahan aku membuka mataku__aku mengerjap - ngerjap. Kemudian Fahri berkata dengan lembut. "Bangun, Ciang! Kau pasti lapar kan? Ayo, kita keluar cari makan" Aku segera bangkit__membersihkan wajah ku. Lupakan soal mandi, untuk bergerak saja, rasanya terlalu sulit__bukan karena aku sedang sakit__aku baik - baik saja. Kalau saja Fahri tidak membangunkan ku! Mungkin aku akan tetap terlelap hingga esok pagi. Aku dan Fahri segera berjalan__menuju ke tempat yang biasa kami datangi__Umar tidak ikut! Bukan karena kami tidak mengajaknya. Dia sedang sibuk dengan dunianya sendiri. "Ciang! Kita pesan nasi goreng atau lalapan mujair?" Tanya Fahri. "Dari kau saja mau pesan yang mana." Aku jawab sekenanya. Kami sudah hampir tiba. Terlihat begitu banyak orang yang antri. Tempat ini memang selalu terlihat ramai. Ini bukan pertama kalinya aku kesini, jadi aku tid
“Okey! Aku rasa, aku tidak perlu membahas itu. Yang menjadi pertanyaan ku sekarang adalah apa rencanamu? Lebih tepatnya, apa yang ingin kau lakukan sekarang?” tanya Fahri!“Entahlah! Aku hanya merasa tidak siap!”“Tidak siap apa?” katanya“Tidak siap jika,,,! Ah, sudahlah,,, sebaiknya sekarang kita pulang. Aku merasa sudah baikan. Terima kasih sudah mau mendengar ceritaku, Fahri!”“sama – sama, Ciang.”Ya, meskipun yang aku katakan itu tidak sepenuhnya benar. Aku rasa setelah percakapan kami selesai, suasana hatiku sedikit membaik. Dan aku yakin, Fahri masih ingin bertanya lebih banyak lagi. Itu terlihat jelas dari raut wajahnya. Tapi aku tidak ingin obrolan kami melebar kemana – mana. Dalam artian yang lebih dalam.Bagaimanapun, saat ini aku merasa sangat khawatir dengan keadaan Qilla. Dalam sebuah hubungan. Tiga bulan tanpa k