"Nilaimu terlalu bagus untuk masuk Unidar. Apa kau tidak berminat untuk mendaftar di Unpatti? Atau di salah satu kampus yang bisa menunjang prestasimu! Sayang sekali jika nilai sebagus ini hanya menghabiskan waktu di kampus swasta! Tapi diluar dari itu, saya pribadi dengan senang hati akan menerimamu tanpa harus mengikuti tes, jarang sekali kami mendapat calon mahasiswa dengan nilai sebagus ini.”
Rupanya Bapak itu sedang mengamati nilai ujianku. Apa dia sedang memujiku? Sejujurnya aku tidak terkejut ataupun harus terbuai dengan pujiannya, aku sibuk mengisi formulir.
Ini bukan kali pertama aku mendengar kalimat yang sama. Para Guru dan teman – temanku juga pernah menyarankan agar aku kuliah di luar kota atau setidaknya mengambil behasiswa yang sudah di sediakan dari beberapa Yayasan atau Universitas ternama.
Setelah aku dinyatakan lulus SMA. Ada beberapa kerabat yang menawariku untuk melanjutkan pendidikan di Universitas yang mereka inginkan, dan salah satu dari kerabat itu adalah Pamanku sendiri.
Dia ingin mengangkatku menajdi anak angkatnya, melanjutkan pendidikan di Universitas yang sudah ditentukan oleh Beliau sendiri.
Ada juga teman dari Ayahku__meminta agar melanjutkan pendidikan di Bidang Doktor dan semua biaya akan di tanggung oleh mereka.
Aku menolak mentah – mentah semua tawaran itu. Aku sama sekali tidak tertarik, alasannya cukup sederhana! Aku bukanlah tipe orang yang suka diatur – atur__oleh siapapun termasuk orang Tuaku sendiri.
Lagi pula, tidak sepenuhnya aku membenarkan pendapat mereka. Aku merasa tidak pintar! Aku juga tidak pernah mengikuti lomba antar Sekolah__nol prestasi.
Yang aku ingat saat masih duduk di bangku SMA hanyalah seorang murid yang suka membuat masalah. Akibatnya orang Tuaku sering mendapat surat panggilan, prestasiku hanya satu dan itu masuk dalam rekor buruk catatan sejarah SMA Negeri 1 Ambon.
Akulah siswa pertama dari semua angkatan kelas 10 yang mendapatkan rekor di tahun 2008. Rekor yang tidak akan pernah di lupakan oleh siapapun yang berada di hari itu. Ya, aku adalah siswa pertama yang mendapat surat panggilan, itulah prestasiku. Sang pembuat masalah.
Awalnya semua berjalan normal, aku sering masuk sekolah lebih awal. Pukul 06.30 pagi aku sudah berangkat dari rumah.
Aku cukup semangat menjalani hari – hari itu sebagai murid dari salah satu sekolah yang sangat populer! Alasan yang membuatku cukup semangat__karena tidak semua murid bisa melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 1 Ambon.
Hanya murid - murid yang berprestasi atau paling tidak harus memiliki kepintaran agar bisa di terima. Itupun tidak mudah__harus sedikit punya keberuntung.
Karena setiap murid diwajibkan mengikuti serangkaian tes dan hasilnya akan diumumkan melalui via sms yang tentunya pihak sekolah sudah bekerja sama dengan Operator Telekomunikasi. Kami tidak perlu repot – repot harus bolak balik untuk mengetahui hasil tes.
Sekolah yang sangat menujunjung tinggi kedisiplinan, peraturan yang sangat ketat, memiliki murid - murid yang pintar dan mempunyai bakat di bidangnya masing - masing. Tidak heran rasanya jika sekolah ini sering mengikuti lomba antar sekolah sampai ke tingkat Internasional.
Ya, awalnya memang berjalan normal! Aku sempat diminta mengikuti Bimbel bahasa Inggris untuk persiapan ke London dan Bimbel Geografi untuk persiapan ke surabaya, tapi aku menyia – nyiakan semua kesempatan itu.
Dan benar kata orang, penyesalan selalu datang dari belakang, dan kesempatan yang kusia-siakan itu yang membuatku merasa sangat menyesal. Sejatinya, aku tidak pernah menyesali setiap keputusan yang ku ambil, hanya saja untuk yang satu ini aku membuat pengecualian.
Aku benar – benar sangat menyesal mengacuhkan kesempatan emas itu, andai saja saat itu aku mampu mengalahkan rasa malasku, mungkin aku bisa bercerita sedikit tentang kota London.
Surabaya tidak terlalu ku sesali, itu masih berada d wilayah yang bisa ku jangkau tanpa harus mengurus paspor ataupun visa. Kapanpun aku bisa kesana jika kantong ku cukup tebal.
Satu – satunya alasan aku menolak semua itu adalah karena waktu. Ya, waktulah yang membuatku merasa malas untuk mengikuti Bimbel! Aku malas bila harus kembali lagi setelah jam pulang__07:15 pagi pelajaran dimulai hingga pukul 2 siang__menunggu tanda bunyi bel pulang.
Berangkat dari rumah jam 6:30 pagi__berjalan kaki. Tidak ada angkutan umum dari tempat tinggal ku yang melintasi sekolah. Hanya di jam pulang aku bisa naik angkutan umum, itupun harus berjalan kaki lagi saat tiba di pemberhentian.
Aku benar – benar tidak bisa mengikuti kelas Bimbel__terlalu berat. Bagi setiap murid yang mengikuti kelas Bimbel di haruskan kembali setelah jam pulang di waktu normal. Aku tidak bisa melakukannya, aku kelelahan, rasa lelah itu membuatku menjadi malas.
Apa kalian tahu? Dari semua murid yang mengikuti Bimbel, hanya aku yang berasal dari kalangan bawah___alias miskin. Tak ada fasilitas, kemana – mana harus jalan kaki__uang jajan yang kadang tidak cukup dan masih banyak lagi.
Berbeda dengan peserta lainnya, yang punya segala apapun yang mereka inginkan. Dan itu bisa terlihat dari raut wajah mereka yang masih semangat untuk kembali mengikuti kelas Bimbel__tak ada tampang susah disana. Mereka tidak akan merasa kelelahan__ada kendaraan pribadi yang selalu siap memanjakan mereka! Mereka juga tidak akan pernah perduli dengan apa yang di pikirkan oleh orang – orang susah__secara garis besar. Sudah jelas bahwa didikan keluarga orang kaya sangat berbeda jauh dengan keluarga orang miskin, pola hidup mereka sudah diatur sedemikian rupa, semua fasilitas tersedia. Sedangkan orang miskin tidak sedemikian, jangankan mengatur pola hidup, untuk bertahan hidup saja rasanya sudah sangat sulit. Hal itulah yang kadang membuatku merasa tidak pantas berada di sekolah ini! Entah hanya sugesti atau karena status sosial. Awalnya aku tidak begitu mengerti, kenapa pemikiran konyol itu bisa muncul di kepala ku. Tapi setelah setahun, lebih tepatnya sa
"Kenapa ponselku tidak ada Ciang?” Lerry memutus lamunanku__mentapku tajam__teman – teman yang lain juga menatapku dengan tatapan yang sama. Tatapan mereka bisa di tebak dengan jelas, mereka semua sudah terlihat curiga padaku. Dalam hati mereka mungkin sedang bergumam 'Kau yang mencurinya kan?' Ya, wajar saja jika mereka berpikir seperti itu, karena biar bagaimanapun aku adalah orang terkahir yang memegang tasnya Lerry. Tapi apa harus secepat itu mereka mencurigaiku? Eentahalah. Aku sendiri juga pusing memikirkannya. “Kau adalah orang pertama yang membuka ini kan? Bagaimana mungkin ponsel ku bisa hilang?” Dia masih menatapku, raut wajahnya yang sedari tadi terlihat panik kini sudah terlihat menyelidik. “Apa kau sedang menuduku?” Aku mengerutkan kening sambil tersenyum masam. Rasanya terlalu aneh melihat salah satu teman dekatku mencurigaiku seperti ini. “Aku tidak menuduhmu! Tapi hanya kau orang pertama yang membuka ini kan? Dan juga,
Salah satu tempat istrahat favoritku adalah Mushollah, bahkan sejak kejadian itu! Aku sering bolos kelas dan hanya menghabiskan waktu untuk tidur. Meskipun sering di tegur oleh para Guru dan mengancam akan memberikan surat panggilan lagi kepada orang Tuaku__aku tidak perduli sama sekali, aku sudah kebal. “Ciang! Lerry, memanggilmu!" Merasa terganggu dengan suara yg khas itu__aku segera bangkit! Ternyata De’Fretes__jujur saja__aku ingin sekali menampar De'fretes. Setiap kali melihatnya__tanganku sangat gatal__jika saja aku belum terlanjur mengenalnya__pasti sudah ku lakukan__aku masih menghargai mereka karena bagaimanapun mereka adalah teman - temanku__terlepas dari situasi yang saat ini aku alami__mereka semua adalah temanku. Tanpa berbasa basi lagi, aku segera mengikutinya__aku tau kenapa Lerry memanggilku. Bahkan kali ini dia ingin agar aku mengaku dan segera mengganti ponselnya. Hubungan yang tadinya baik – baik saja kini berubah menjadi permusuhan.
Cukup bagus untuk di jadikan tempat nongkrong__aku menurut saja saat melihat orang itu memanggil ku. Awalnya aku tidak mengenal sosok itu, tapi melihat Lerry dan teman – teman yang lain juga berada di sampingnya, bisa kupastikan sosok itulah yang bernama Stelon T. Dan tentu saja aku sudah bisa menebak apa yang akan di bicarakan si Stelon ini__Sang Ketua Geng dari STM kudamati. Dia memintaku masuk kedalam salah satu ruangan__ruangan itu cukul tertutup__terlihat seperti ruangan security. Entah siapa pemilik gedung ini! Sayang sekali jika gedung seluas ini tidak diperhatikan! Lerry dan Teman – teman yang lain menunggu kami di luar__tepatnya di depan pintu__hanya aku dan Stelon yang berada di dalam ruang itu__melihat posisi ku__akhirnya aku sadar__aku sedang di kepung. Tanpa basa basi lagi! Dia langsung masuk ke inti pembicaraan, apalagi yang harus di bicarakan jika bukan soal ponselnya Lerry yang hilang! Dia terlihat begitu yakin menuduhku__memintaku unt
“Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi diantara kalian! Tapi cara kalian yang ingin membuatnya mengaku sudah keterlaluan. Sekalipun tuduhan kalian itu benar, tapi tindakan kalian tidak bisa di benarkan. Tidak seharusnya kalian berbuat sampai sejauh ini. Apa kalian tidak takut jika dia melaporkan kalian ke Polisi! Ini tidak ada bedahnya dengan melakukan tindak kejahatan, hukumannya cukup berat. Apa kalian ingin menghabiskan masa mudah kalian di penjara? Bangunan tua ini berhadapan langsung dengan pangkalan ojek kami. Jelas aku melihat kalian saat memasuki gedung ini. Tadinya aku pikir kalian akan berkumpul untuk merokok seperti kebanyakan anak – anak nakal lainnya! Karena penasaran, aku memutuskan untuk datang melihat kalian dan ternyata aku salah. Oh, iya, jangan panggil aku Om! panggil saja Abang, bisa juga Bang Ojek!” Si Abang Ojek mencoba tersenyum ramah. Entah apa yang ada dipikiran Lerry saat ini, aku tidak tahu! Yang jelas, Stelon terlihat tidak senang dengan kali
Mereka cukup terkejut__bagaimana mungkin itu disebut solusi! Mereka terlihat tidak setuju, aku sendiri juga tidak setuju. Aku meralat pujianku untuknya. Tapi jika di pikir baik - baik, sepertinya tidak ada cara lain__mau tidak mau, solusi konyol itu harus diterima. Hanya itu jalan keluar satu – satunya. Dan karena ide si Abang Ojek itulah aku terpaksa pindah, entah aku harus berterima kasih padanya atau tidak. Ternyata diam – diam mereka bersekongkol__aku tidak sempat menyadarinya__tanpa sepengetahuanku__solusi itu di bebankan padaku. Hanya aku yang memberinya uang setiap hari. Dan Itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku gusar! Aku tidak tahan lagi melihat sikap Lerry dan teman - temannya. 2 minggu setelah peristiwa gedung tua, aku tidak masuk sekolah__aku ingin pindah__aku benar – benar tidak tahan lagi. Aku meminta Ibuku untuk mengurus kepindahanku. Perasaanku bercampur aduk, ingin sekali rasanya menghajar Lerry. Selama 2 minggu terakhir itu, aku
Ternyata yang menjadi masalah utama adalah bukan kepindahanku! tapi uang. Bagaimanpun kondisi itu hampir saja membuatku putus sekolah. Di tambah lagi, aku punya masalah dengan diriku__aku punya ego yang terlalu tinggi. Dengan sedikit keterpaksaan! Ibuku segera mengurus kepindahan ku ke SMA Negeri 11 Ambon. Demi mengurus semua itu, beliau sampai harus menjual emas pemberian dari kakak ku. Bagi orang kaya__1 atau 2 juta adalah sesuatu yang mudah di dapatkan. Tapi bagi keluarga miskin__itu sangat sulit! Keluargaku benar – benar miskin__coba bayangkan! Hanya untuk mengrus kepindahan ku__itu membutuhkan biaya hampir 2 juta, dan Beliau tidak punyak uang sebanyak itu. Penghasilannya setiap hari hanya cukup untuk makan__tak ada simpanan__tak ada rencana ini dan itu__yang ada hanyalah terus mencoba bertahan hidup. Terpaksa beliau harus menjual emas. Aku merasa sedikit bersalah, tapi aku tidak punya pilihan__aku harus pindah. Seiring berjalannya waktu, semuanya
2. Maafkan Aku Qilla “Apa Kau sudah yakin akan pergi kesana?” tanya Ahmad. “Entahlah, aku belum pastikan apa aku akan pergi atau tidak! Tapi melihat kondisiku yang sekarang, aku tidak bisa terus - terusan berdiam diri di kota ini. Kau sendiri tahukan! Sebulan terakhir ini kerjaanku hanya makan dan tidur. Aku merasa tidak enak denganmu, terutama Ayah dan Ibumu. Keluarga kalian sudah terlalu baik padaku. Aku harap suatu hari nanti aku bisa membalas kebaikan kalian.” Sejak aku memutuskan berhenti kuliah, aku pindah ke rumahnya Ahmad. Tempat yang sangat nyaman untuk menenangkan diri. Letaknya di kebun cengkeh, Jl. Perempatan Batu Merah. Keluarga Ahmad sangat baik padaku. Ahmad adalah salah satu teman yang sudah cukup lama ku kenal. Awal mula perkenalan kami terasa sedikit kaku. Saat itu aku sedang asyik latihan basket bersama teman - temanku. Kebetulan salah satu temanku datang bersama Ahmad__dengan alasan Ahmad ingin ikut latihan bersama kami jika di izinkan. Kami pun setuju, di saat