Detak jantung Karina saat ini bagaikan suara drum.Dia takut Neo akan memberikan jawaban yang tidak sesuai harapannya.Neo yang tiba-tiba tidak bersuara, kelihatannya terkejut karena mendengar pertanyaan itu, membuat Karina semakin cemas.Jantung Karina berdetak semakin kencang.Setelah beberapa saat, terdengar suara tawa kecil Neo dan dia berkata, "Tentu saja karena kemampuanmu sendiri. Kamu yang berada di peringkat pertama dan sudah menerbitkan beberapa jurnal, tapi nggak ada kesempatan untuk berpartisipasi di pertemuan itu, baru aneh, 'kan?"Mendengar itu, Karina langsung menghela napas lega.Karina tiba-tiba merasa dirinya sudah terlalu narsis. Mengapa dia mengira Neo akan menyukai gadis biasa seperti dirinya ini sampai sengaja melakukan kecurangan deminya? Selain itu, kecantikan dan keseksian Amy bukanlah pajangan."Apa ada yang lain?" tanya Neo.Karina kali ini benar-benar merasa lega dan berkata, "Nggak ada lagi. Pak Neo, makasih sudah mengabariku."Pada saat ini, Karina bertemu
Sekarang, Karina hanya perlu menyakinkan pengelola warnet agar bisa mendapatkan informasi identitas pelanggan yang mendatangi warnet pada hari itu. Dengan begitu, dia bisa tahu siapa yang sengaja memfitnahnya dari belakang.Sore itu, Karina pergi ke sana dengan taksi.Sayang sekali, pengelola warnet tidak akan pernah memberi informasi pribadi semacam ini kepadanya.Sekeras apa pun usaha Karina menjelaskan, pengelola warnet menolak memberikannya.Pada akhirnya, Karina tidak punya pilihan selain pergi.Tidak lama setelah Karina pergi, pengelola itu menelepon seseorang, "Halo, Bos ya? Benar, barusan ada orang datang menyelidiki. Tenang saja, aku nggak beri tahu dia."Karina tidak tahu bahwa tempat ini sudah menjadi wilayah orang dipanggil bos oleh Simon. Siapa pun yang membuka toko di tempat harus mendengarkan kata-kata pria itu. Oleh karena itu, pada saat Karina menginjakkan kakinya ke tempat ini, setiap pergerakannya sudah diawasi dengan cermat.Karina menghela napas tanpa daya. Karena
"Kenapa nggak bicara lagi?"Rafael bertanya setelah tidak bisa mendengar jawaban Karina.Karina menjawabnya dengan cemberut, "Aku takut salah bicara dan membuatmu nggak senang.""Justru aku nggak senang kalau kamu nggak bicara. Ini reaksimu ketika aku meneleponmu? Karina, apa hatimu terbuat dari besi?"Karina menggaruk rambutnya dengan kesal. Mengapa sebelumnya dia tidak menyadari bahwa Rafael berpotensi menjadi suami yang cerewet?"Kamu ingin aku bicara apa? Aku bicara apa pun kamu nggak akan senang, hanya akan dimarahi olehmu.""Baiklah kalau kamu nggak ingin bicara, jawab saja beberapa pertanyaan dariku.""Apa?" tanya Karina dengan bingung."Dengarkan baik-baik. Pertanyaan pertama, kamu hari ini makan tepat waktu?"'Pertanyaan apaan ini?''Apa dia seorang ibu-ibu?'"Cepat jawab," desak Rafael dengan tidak senang."Eh ... seharusnya termasuk makan tepat waktu.""Beneran?""Beneran!" Karina berpikir pagi hari dia sudah minum segelas susu, jadi seharusnya sudah termasuk sarapan."Perta
Tiba-tiba hanya terdengar keheningan di ujung ponsel.Senyuman Karina seketika pun memudar dan hatinya menjadi panik. 'Apa dia benaran marah?'Saat Karina sedang memikirkan cara untuk menyelamatkan diri, terdengar suara dingin Rafael, "Karina, tamat sudah riwayatmu."Setelah mengatakan itu, Rafael langsung menutup telepon."Tut tut tut ...."'Gawat!'Karina buru-buru menelepon kembali, mencoba melakukan upaya terakhir, tetapi terdengar suara operator memberi tahu bahwa nomor ponsel Rafael telah dimatikan.Hanya terdengar nada sibuk.Karina menjadi semakin ketakutan. 'Masa bercandaku sudah kelewatan? Kenapa dia begitu sensitif? Aku hanya bercanda!'Dia segera meletakkan ponselnya, seakan-akan ponselnya itu batu panas. Sambil menepuk-nepuk dadanya, dia berkata pada diri sendiri, "Karina, nggak apa-apa. Rafael baru akan kembali setelah beberapa hari lagi. Pada saat itu, amarahnya pasti sudah hilang!"'Benar!''Rafael sangat sibuk, dia pasti nggak akan mengingat masalah ini lagi setelah be
"Karina, kamu masih berani menghindariku ya?" Rafael menggertakkan giginya dan mengucapkan setiap kata dengan penuh penekanan. Dia terlihat seperti ingin memakan Karina hidup-hidup.Karina merinding, lalu memaksakan diri untuk tersenyum dan bertanya, "Tuan Muda Rafael, kamu sudah kembali ya?"Jika bisa, dia ingin sekali menggali tanah dan bersembunyi di dalamnya.Rafael menatap Karina, seakan-akan sedang tersenyum sambil berkata dengan dingin, "Kalau aku nggak kembali, bukankah kamu akan melarikan diri dengan pria bajingan lain?"Karina tidak menyangka Rafael menganggap serius bercandaannya.Senyuman Karina menjadi semakin aneh. Dia segera mengganti topik pembicaraan, "Apakah kamu haus? Aku akan mengambilkanmu segelas air!"Sembari mengatakan itu, dia hendak menyelinap keluar. Dia berjalan melewati Rafael dan berencana lari ke bawah untuk bersembunyi, tetapi sebelum dia bisa keluar dari pintu, Rafael mengulurkan tangannya yang panjang dan langsung menarik Karina kembali."Karina, kenap
"Kalau kamu masih bicara lagi, aku akan membuatmu nggak bisa bangun dari ranjang besok."'Sungguh mesum!''Sungguh nggak tahu malu!'Karina menatap Rafael, dia tidak mengerti bagaimana pria ini bisa mengucapkan kata-kata tidak senonoh seperti itu dengan tenang.Meskipun berpikir demikian, Karina benar-benar tidak berani mengucapkan sepatah kata pun."Oh, kenapa kamu nggak bicara?" Rafael tertawa kecil menatap Karina yang mengatupkan bibirnya. 'Bukankah tadi dia sangat pandai bicara?'Karina berani marah, tetapi tidak berani bicara.Melihat Karina yang seperti itu, senyuman Rafael semakin dalam. Dia mengusap kepala Karina sebagai pembalasan dan berkata, "Aku lelah hari ini. Tidurlah."Setelah mengatakan itu, dia dengan paksa membaringkan Karina ke tempat tidur, memeluknya seperti bantal, lalu menutup mata untuk tidur.Melihat semua ini, Karina benar-benar bingung. 'Apa yang terjadi?''Dia langsung tidur?'Setelah semua keributan ini, Karina tidak merasa mengantuk sama sekali.Karina yan
Dini hari.Rafael hendak kembali ke luar negeri. Begitu dia bergerak, Karina pun terbangun. Karina bangkit duduk, menggosok matanya sambil bertanya, "Kamu sudah harus kembali ke sana?""Ya," jawab Rafael.Rafael berbalik dan merangkul leher Karina. Sebelum Karina bisa bereaksi, dia sudah menggigit bibir Karina dan gigi mereka saling bertemu. Ciuman mereka cukup lama dan dalam.Hanya sedikit lagi hasrat yang terkurung akan terlepas. Untungnya, Rafael masih mengingat pekerjaannya, jadi dia berhenti.Karina dicium hingga terasa sangat pusing. Ketika kedua bibir itu berpisah, napasnya jelas menjadi tidak teratur.Karina tersipu malu, menyentuh bibirnya yang sedikit bengkak. Dia memelototi Rafael sambil mengeluh, "Mulutku jadi bengkak, kalau dilihat orang lain gimana dong?""Bagus kalau orang lain melihatnya. Dengan begitu, nggak ada yang berani merebut wanitaku."Rafael mengangkat alisnya dan berkata dengan arogan.'Dia masih belum melupakan candaanku itu? Nggak sangka Tuan Muda Rafael ini
"Haih, orang kaya punya banyak koneksi. Bagaimana kalau aku meretas ponselnya," usul Abila dengan tegas.Karina berkedip kaget. "Kamu bisa melakukan itu juga?""Tentu saja." Abila menyibakkan rambut dari dahinya dengan anggun dan lanjut berkata, "Jangan remehkan kakak seniormu ini.""Hehe. Kalau kamu melakukan ini, kamu nggak akan berurusan dengan polisi, 'kan?""Eh .... Masalah sepele seperti ini nggak perlu beri tahu polisi," ujar Abila dengan wajah datar.Karina ikut mengangguk dengan serius.Jangan menambah masalah pada polisi.Kemudian, tanpa sepengetahuan Yani, ponselnya tiba-tiba mati tanpa alasan.Dia tidak dapat menghidupkan ponselnya apa pun yang terjadi. Hal ini membuatnya sangat marah hingga ingin menghancurkan ponselnya. Namun, setelah beberapa saat, ponselnya berfungsi kembali.Yani tidak terlalu memikirkan masalah ini. Dia tidak tahu bahwa semua data di ponselnya telah dicuri.Ruang komputer.Karina mengagumi keterampilan meretas Abila yang luar biasa ketika mencari info