Tiba-tiba hanya terdengar keheningan di ujung ponsel.Senyuman Karina seketika pun memudar dan hatinya menjadi panik. 'Apa dia benaran marah?'Saat Karina sedang memikirkan cara untuk menyelamatkan diri, terdengar suara dingin Rafael, "Karina, tamat sudah riwayatmu."Setelah mengatakan itu, Rafael langsung menutup telepon."Tut tut tut ...."'Gawat!'Karina buru-buru menelepon kembali, mencoba melakukan upaya terakhir, tetapi terdengar suara operator memberi tahu bahwa nomor ponsel Rafael telah dimatikan.Hanya terdengar nada sibuk.Karina menjadi semakin ketakutan. 'Masa bercandaku sudah kelewatan? Kenapa dia begitu sensitif? Aku hanya bercanda!'Dia segera meletakkan ponselnya, seakan-akan ponselnya itu batu panas. Sambil menepuk-nepuk dadanya, dia berkata pada diri sendiri, "Karina, nggak apa-apa. Rafael baru akan kembali setelah beberapa hari lagi. Pada saat itu, amarahnya pasti sudah hilang!"'Benar!''Rafael sangat sibuk, dia pasti nggak akan mengingat masalah ini lagi setelah be
"Karina, kamu masih berani menghindariku ya?" Rafael menggertakkan giginya dan mengucapkan setiap kata dengan penuh penekanan. Dia terlihat seperti ingin memakan Karina hidup-hidup.Karina merinding, lalu memaksakan diri untuk tersenyum dan bertanya, "Tuan Muda Rafael, kamu sudah kembali ya?"Jika bisa, dia ingin sekali menggali tanah dan bersembunyi di dalamnya.Rafael menatap Karina, seakan-akan sedang tersenyum sambil berkata dengan dingin, "Kalau aku nggak kembali, bukankah kamu akan melarikan diri dengan pria bajingan lain?"Karina tidak menyangka Rafael menganggap serius bercandaannya.Senyuman Karina menjadi semakin aneh. Dia segera mengganti topik pembicaraan, "Apakah kamu haus? Aku akan mengambilkanmu segelas air!"Sembari mengatakan itu, dia hendak menyelinap keluar. Dia berjalan melewati Rafael dan berencana lari ke bawah untuk bersembunyi, tetapi sebelum dia bisa keluar dari pintu, Rafael mengulurkan tangannya yang panjang dan langsung menarik Karina kembali."Karina, kenap
"Kalau kamu masih bicara lagi, aku akan membuatmu nggak bisa bangun dari ranjang besok."'Sungguh mesum!''Sungguh nggak tahu malu!'Karina menatap Rafael, dia tidak mengerti bagaimana pria ini bisa mengucapkan kata-kata tidak senonoh seperti itu dengan tenang.Meskipun berpikir demikian, Karina benar-benar tidak berani mengucapkan sepatah kata pun."Oh, kenapa kamu nggak bicara?" Rafael tertawa kecil menatap Karina yang mengatupkan bibirnya. 'Bukankah tadi dia sangat pandai bicara?'Karina berani marah, tetapi tidak berani bicara.Melihat Karina yang seperti itu, senyuman Rafael semakin dalam. Dia mengusap kepala Karina sebagai pembalasan dan berkata, "Aku lelah hari ini. Tidurlah."Setelah mengatakan itu, dia dengan paksa membaringkan Karina ke tempat tidur, memeluknya seperti bantal, lalu menutup mata untuk tidur.Melihat semua ini, Karina benar-benar bingung. 'Apa yang terjadi?''Dia langsung tidur?'Setelah semua keributan ini, Karina tidak merasa mengantuk sama sekali.Karina yan
Dini hari.Rafael hendak kembali ke luar negeri. Begitu dia bergerak, Karina pun terbangun. Karina bangkit duduk, menggosok matanya sambil bertanya, "Kamu sudah harus kembali ke sana?""Ya," jawab Rafael.Rafael berbalik dan merangkul leher Karina. Sebelum Karina bisa bereaksi, dia sudah menggigit bibir Karina dan gigi mereka saling bertemu. Ciuman mereka cukup lama dan dalam.Hanya sedikit lagi hasrat yang terkurung akan terlepas. Untungnya, Rafael masih mengingat pekerjaannya, jadi dia berhenti.Karina dicium hingga terasa sangat pusing. Ketika kedua bibir itu berpisah, napasnya jelas menjadi tidak teratur.Karina tersipu malu, menyentuh bibirnya yang sedikit bengkak. Dia memelototi Rafael sambil mengeluh, "Mulutku jadi bengkak, kalau dilihat orang lain gimana dong?""Bagus kalau orang lain melihatnya. Dengan begitu, nggak ada yang berani merebut wanitaku."Rafael mengangkat alisnya dan berkata dengan arogan.'Dia masih belum melupakan candaanku itu? Nggak sangka Tuan Muda Rafael ini
"Haih, orang kaya punya banyak koneksi. Bagaimana kalau aku meretas ponselnya," usul Abila dengan tegas.Karina berkedip kaget. "Kamu bisa melakukan itu juga?""Tentu saja." Abila menyibakkan rambut dari dahinya dengan anggun dan lanjut berkata, "Jangan remehkan kakak seniormu ini.""Hehe. Kalau kamu melakukan ini, kamu nggak akan berurusan dengan polisi, 'kan?""Eh .... Masalah sepele seperti ini nggak perlu beri tahu polisi," ujar Abila dengan wajah datar.Karina ikut mengangguk dengan serius.Jangan menambah masalah pada polisi.Kemudian, tanpa sepengetahuan Yani, ponselnya tiba-tiba mati tanpa alasan.Dia tidak dapat menghidupkan ponselnya apa pun yang terjadi. Hal ini membuatnya sangat marah hingga ingin menghancurkan ponselnya. Namun, setelah beberapa saat, ponselnya berfungsi kembali.Yani tidak terlalu memikirkan masalah ini. Dia tidak tahu bahwa semua data di ponselnya telah dicuri.Ruang komputer.Karina mengagumi keterampilan meretas Abila yang luar biasa ketika mencari info
"Tunggu!" Karina segera menghentikan Abila.Tangan Abila berhenti dan dia bertanya, "Ada apa? Kamu menemukan sesuatu?"Karina mengangguk, menunjuk ke nama "Simon Kesar" di layar komputer, lalu berkata kepada Abila, "Yani baru-baru ini menelepon Simon.""Simon?"Abila tidak begitu mengerti maksud Karina.Dia tidak tahu bahwa Simon dan Yani telah berkonspirasi untuk menjebak Karina, jadi ketika Karina mengatakan ini, dia tidak terpikirkan apa hubungannya."Simon juga sangat membenciku. Bukan nggak mungkin mereka berdua bersekongkol." Karina memikirkan kemungkinan dua orang itu bekerja sama.Secara logika, Simon telah mendapat pelajaran sampai membuatnya menyedihkan dari orangnya Rafael, jadi tidak mungkin berani melakukan balas dendam pada Karina.Namun, selalu ada pengecualian."Bukankah Simon berasal dari keluarga kaya? Dia ada hubungan dengan gangster?"Karina menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku hanya mengatakan ada kemungkinan itu.""Karina, kamu harus pikirkan baik-baik. Kalau
Karina menatap Zayn dengan tidak senang.Namun, dia merasa tidak tenang di dalam hatinyaKarina tidak memiliki kesan yang baik terhadap Zayn. Mereka berdua pernah berseteru satu sama lain. Sekarang Zayn tiba-tiba muncul, jadi Karina selalu merasa kalau pria ini ada maksud buruk."Gadis kecil, singkirkan pandangan curigamu, kamu kira aku ini orang seperti apa?"'Orang seperti apa?''Tentu saja playboy.'Saat Karina hendak berbicara, Abila tiba-tiba berteriak dengan penuh semangat, "Kamu adalah Zayn Anuma! Astaga, nggak kusangka bisa bertemu kamu di sini!"Karina dikejutkan oleh Abila dan segera menutup mulut Abila, "Ssst, jangan membuat keributan."Abila tidak bisa menyembunyikan kegembiraan batinnya dan mengangguk berulang kali. Dia menatap Zayn dengan tatapan membara. Dia sangat ingin berjabat tangan dengan Zayn, tetapi merasa malu."Halo, namaku Abila Yutera. Aku selalu mendengar kehebatanmu. Suatu kehormatan bisa bertemu denganmu."Mendengar itu, Karina tampak bingung.'Selalu mende
"Apa yang kalian bicarakan? Ngomong-ngomong, Karina, kalian saling mengenal?" Mata Abila berbinar-binar ketika dia melihat ke arah Zayn.Karina tidak tahu harus menjawab apa.Zayn malah berkata, "Kami adalah teman yang sangat baik."Karina seketika terkejut dan menatap ke arah Zayn.Namun, Zayn tersenyum dan berjalan ke arah Abila. Dia menghapus semua data di komputer yang digunakan Abila sambil berkata, "Semua ini nggak ada gunanya. Ikut aku.""Oke, oke."Abila sangat bersemangat untuk melakukan kontak dekat dengan idolanya. Sementara Karina memiliki naluri untuk menjaga jarak dengan Zayn. Namun, apa daya dirinya ketika Abila terus mengedipkan mata padanya. Karina pun terpaksa ikut pergi bersama mereka....."Wah! Jadi ini kediamannya Keluarga Anuma?" Mata Abila membelalak ketika dia melihat kediaman Keluarga Anuma yang memiliki dekorasi sangat indah.Dibandingkan dengan Abila, yang tampak sangat heboh, Karina tampak jauh lebih tenang.Dibandingkan dengan kediaman Keluarga Stalin, yan