"Apa yang kalian bicarakan? Ngomong-ngomong, Karina, kalian saling mengenal?" Mata Abila berbinar-binar ketika dia melihat ke arah Zayn.Karina tidak tahu harus menjawab apa.Zayn malah berkata, "Kami adalah teman yang sangat baik."Karina seketika terkejut dan menatap ke arah Zayn.Namun, Zayn tersenyum dan berjalan ke arah Abila. Dia menghapus semua data di komputer yang digunakan Abila sambil berkata, "Semua ini nggak ada gunanya. Ikut aku.""Oke, oke."Abila sangat bersemangat untuk melakukan kontak dekat dengan idolanya. Sementara Karina memiliki naluri untuk menjaga jarak dengan Zayn. Namun, apa daya dirinya ketika Abila terus mengedipkan mata padanya. Karina pun terpaksa ikut pergi bersama mereka....."Wah! Jadi ini kediamannya Keluarga Anuma?" Mata Abila membelalak ketika dia melihat kediaman Keluarga Anuma yang memiliki dekorasi sangat indah.Dibandingkan dengan Abila, yang tampak sangat heboh, Karina tampak jauh lebih tenang.Dibandingkan dengan kediaman Keluarga Stalin, yan
Tidak ada hal gratis di dunia ini. Karina merasa Zayn bukanlah pemuda yang memiliki antusias untuk membantu orang lain secara cuma-cuma.Matahari perlahan-lahan meluncur ke barat. Abila masih bersemangat. Zayn juga terus meladeninya dengan tenang. Sama sekali tidak terlihat rasa kesal di wajahnya. Dia dengan sabar menjawab semua pertanyaan Abila.Karina melirik jam, sudah hampir jam enam.Dia akhirnya sudah tidak bisa menahan diri dan berkata kepada Abila, "Kak Abila, ini sudah malam, kita harus ....""Tunggu sebentar, aku masih ada pertanyaan yang ingin kutanyakan pada idolaku," balas Abila yang menoleh ke Karina.Abila biasanya adalah wanita yang sangat rasional, tetapi dia berubah menjadi seorang fanatik ketika dia berhubungan dengan hal yang berkaitan dengan komputer. Sekarang dia bertemu dengan idola yang sudah lama digemarinya, jadi tidak heran dia begitu bersemangat.Melihat sikap itu, Karina hanya bisa menghela napas tanpa daya.Jika dia tidak mengkhawatirkan Abila, Karina sung
"Rafael yang memintamu mengumpulkan informasi ini?" Saat kamu merasa malu dengan topik tentu, segera ganti topik pembicaraan.Untungnya, Zayn tidak berniat untuk terus bertanya. Dia menurunkan kelopak matanya sedikit dan tersenyum, "Bisa dibilang begitu.""Kenapa kamu nggak memberitahuku sejak awal?"Karina masih berpikir bahwa pria ini ada udang di balik batu. Jika Zayn memberi tahu dia sejak awal, dia tidak akan terlalu waspada terhadap Zayn.Zayn mengangkat alisnya dan berkata, "Kamu nggak tanya, kenapa aku harus beri tahu kamu?""...."Karina seketika merasa sedikit malu.Meskipun perkataan Zayn ada benarnya, mengapa dia selalu merasa kalau orang ini sengaja membuatnya marah?"Heh, jangan melihatku seperti itu, aku akan mengira kamu jatuh cinta padaku," ujar Zayn lalu tertawa kecil.'Seberapa narsisnya orang ini hingga mempunyai khayalan seperti itu?' Karina memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, "Jangan khawatir, hal seperti itu nggak akan pernah terjadi.""Belum pasti. Seti
Karina sangat yakin pria ini pasti punya trauma di masa kecilnya.Karina tiba-tiba tertawa dan berkata, "Zayn, kamu sudah disakiti berapa banyak wanita sampai pada kesimpulan ini? Ah, benar juga, mustahil bagi playboy sepertimu untuk menghormati wanita. Jadi kenapa kamu masih berharap wanita untuk memperlakukanmu dengan baik? Kamu ... Hmm ...."Zayn tiba-tiba maju ke depan, menutup bibir Karina, menutup semua kata-kata yang keluar dari mulut Karina.Kedua mata Karina melebar. Dia mendorong Zayn menjauh dengan keras. Gerakannya lebih cepat daripada proses otaknya. Dia mengangkat tangannya untuk memukul Zayn, tetapi Zayn dengan mudah menahan pergelangan tangannya. Pada saat bersamaan, Zayn menjilat tepi bibir sendiri dengan ujung lidahnya. Dengan ekspresi seperti ini dan wajah tampannya, dia bisa membuat para wanita menjerit.Sayang sekali, Karina saat ini ingin memakan Zayn hidup-hidup.Dia sangat marah, "Kamu bajingan!""Hanya dicium sebentar, kenapa begitu marah?" ujar Zayn sambil ter
"Eh? Kenapa?" tanya Abila dengan kecewa.Dia masih ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan idolanya.Karina menatap Abila yang terlihat kecewa dan tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tetapi dia tidak ingin Zayn mengantar mereka kembali.Saat kedua pihak berada di jalan buntu, Zayn tersenyum getir dan berkata, "Kelihatannya aku benar-benar membuat Karina marah. Begini saja, aku akan minta sopir untuk mengantar kalian kembali ke kampus. Sudah malam, nggak baik membiarkan kalian berdua pulang sendirian."Abila seketika menjadi seperti seorang gadis yang hatinya sedang berbunga-bunga. Dia menarik-narik lengan baju Karina sambil mengedipkan mata.Karina menjadi dilema. Dia tidak masalah pulang sendirian, tetapi dia mengkhawatirkan Abila pulang sendirian karena hari sudah gelap dan jarak untuk kembali ke kampus cukup jauh.Pada akhirnya, dia mengangguk dengan enggan.Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, Abila bertanya, "Karina, kamu sangat akrab dengan Zayn?"Karina saat ini terlihat
"Karina, kali ini aku mohon padamu, oke?" Abila mulai mengguncang-guncang bahu Karina, seolah-olah dia tidak akan berhenti sampai Karina setuju.Karina diguncang sampai merasa pusing. Dia kemudian memohon belas kasihan, "Tapi aku nggak tahu nomor kontak Zayn.""Apa?" Abila berhenti dan menatap Karina dengan terkejut.Mata Karina masih terasa berkunang-kunang. Butuh beberapa saat untuk pulih. Dia merentangkan tangannya dan berkata tanpa daya, "Sungguh, aku nggak ada nomor kontaknya .""Nggak mungkin? Lalu kenapa dia membantumu seperti ini!" seru Abila yang membelalak tak percaya."Pacarku memintanya untuk membantu," balas Karina lalu tertawa canggung.Mendengar ini, Abila semakin terkejut dan bertanya, "Karina, siapa pacarmu?"Zayn adalah putra tertua dari Keluarga Anuma. Orang yang bisa menjadi temannya pasti memiliki status lebih kurang sama dengannya, bukan?Karina hanya tersenyum kecil dan tidak menjawab.Dia merasa semakin sedikit orang yang mengetahui tentang Rafael semakin baik.
Karina yakin bahkan jika dia mengulangi kata-kata Rafael kepada Abila secara utuh, Abila tetap tidak akan menyerah."Itu urusannya. Jangan terlibat di antara mereka. Jangan sampai pada akhirnya kakak seniormu jadi membencimu." Rafael menganalisis secara rasional.Karina cemberut dan berkata, "Kak Abila nggak akan seperti itu.""Aku bilang akan seperti itu pasti seperti itu," ujar Rafael dengan tegas.Karina tidak tahu bahwa alih-alih mengintrospeksi diri sendiri, orang sering kali lebih cenderung mengalihkan tanggung jawab kepada orang-orang di sekitarnya dan menganggap kegagalannya karena kesalahan orang lain.Melihat Karina tetap diam, Rafael menambahkan, "Sekalipun mereka benar-benar mencintai satu sama lain, Keluarga Anuma nggak akan setuju seorang gadis dari keluarga biasa menjadi menantu mereka. Hubungan kakak seniormu dengan Zayn ditakdirkan berakhir dengan tragedi."Karina tertawa setelah mendengar itu dan berkata, "Kalau begitu, bukankah kita juga sebuah tragedi?"Keluarga Sta
Karina membanting ponselnya ke ranjang empuk, seolah-olah ponsel itu adalah Rafael. Dia menggertakkan gigi dan berkata, "Kamu salah. Aku hanya khawatir kamu nggak akan bisa meladeni wanita-wanita itu, lalu mati karena kelelahan.""Oh, bisa-bisanya kamu bicara seperti itu. Karina, nggak kelihatan, ternyata kamu sangat mesum."Karina senjata makan tuan, dia tersipu sejenak dan berkata, "Kamu yang mesum. Aku ... aku hanya mengatakan yang sebenarnya!"Rafael membalas ucapan itu dengan tenang, "Bagaimana dengan diriku, bukankah baru semalam kamu merasakannya? Bukankah kamu juga menikmatinya? Kenapa? Apa kamu tiba-tiba menderita amnesia?"'Kenapa orang ini bisa mengucapkan kata-kata senonoh seperti itu dengan begitu santai?'Karina merasa dia terlalu malu untuk bertemu siapa pun.Dia berguling-guling di ranjang, terlalu malu untuk melakukan apa pun.'Ingin mati rasanya, harus bagaimana?'"Karina, jangan berpura-pura bodoh. Jujur saja, apa kamu menikmatinya semalam?"Rafael terus memaksa Kari