Karina sangat yakin pria ini pasti punya trauma di masa kecilnya.Karina tiba-tiba tertawa dan berkata, "Zayn, kamu sudah disakiti berapa banyak wanita sampai pada kesimpulan ini? Ah, benar juga, mustahil bagi playboy sepertimu untuk menghormati wanita. Jadi kenapa kamu masih berharap wanita untuk memperlakukanmu dengan baik? Kamu ... Hmm ...."Zayn tiba-tiba maju ke depan, menutup bibir Karina, menutup semua kata-kata yang keluar dari mulut Karina.Kedua mata Karina melebar. Dia mendorong Zayn menjauh dengan keras. Gerakannya lebih cepat daripada proses otaknya. Dia mengangkat tangannya untuk memukul Zayn, tetapi Zayn dengan mudah menahan pergelangan tangannya. Pada saat bersamaan, Zayn menjilat tepi bibir sendiri dengan ujung lidahnya. Dengan ekspresi seperti ini dan wajah tampannya, dia bisa membuat para wanita menjerit.Sayang sekali, Karina saat ini ingin memakan Zayn hidup-hidup.Dia sangat marah, "Kamu bajingan!""Hanya dicium sebentar, kenapa begitu marah?" ujar Zayn sambil ter
"Eh? Kenapa?" tanya Abila dengan kecewa.Dia masih ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan idolanya.Karina menatap Abila yang terlihat kecewa dan tidak tahu bagaimana menjelaskannya, tetapi dia tidak ingin Zayn mengantar mereka kembali.Saat kedua pihak berada di jalan buntu, Zayn tersenyum getir dan berkata, "Kelihatannya aku benar-benar membuat Karina marah. Begini saja, aku akan minta sopir untuk mengantar kalian kembali ke kampus. Sudah malam, nggak baik membiarkan kalian berdua pulang sendirian."Abila seketika menjadi seperti seorang gadis yang hatinya sedang berbunga-bunga. Dia menarik-narik lengan baju Karina sambil mengedipkan mata.Karina menjadi dilema. Dia tidak masalah pulang sendirian, tetapi dia mengkhawatirkan Abila pulang sendirian karena hari sudah gelap dan jarak untuk kembali ke kampus cukup jauh.Pada akhirnya, dia mengangguk dengan enggan.Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, Abila bertanya, "Karina, kamu sangat akrab dengan Zayn?"Karina saat ini terlihat
"Karina, kali ini aku mohon padamu, oke?" Abila mulai mengguncang-guncang bahu Karina, seolah-olah dia tidak akan berhenti sampai Karina setuju.Karina diguncang sampai merasa pusing. Dia kemudian memohon belas kasihan, "Tapi aku nggak tahu nomor kontak Zayn.""Apa?" Abila berhenti dan menatap Karina dengan terkejut.Mata Karina masih terasa berkunang-kunang. Butuh beberapa saat untuk pulih. Dia merentangkan tangannya dan berkata tanpa daya, "Sungguh, aku nggak ada nomor kontaknya .""Nggak mungkin? Lalu kenapa dia membantumu seperti ini!" seru Abila yang membelalak tak percaya."Pacarku memintanya untuk membantu," balas Karina lalu tertawa canggung.Mendengar ini, Abila semakin terkejut dan bertanya, "Karina, siapa pacarmu?"Zayn adalah putra tertua dari Keluarga Anuma. Orang yang bisa menjadi temannya pasti memiliki status lebih kurang sama dengannya, bukan?Karina hanya tersenyum kecil dan tidak menjawab.Dia merasa semakin sedikit orang yang mengetahui tentang Rafael semakin baik.
Karina yakin bahkan jika dia mengulangi kata-kata Rafael kepada Abila secara utuh, Abila tetap tidak akan menyerah."Itu urusannya. Jangan terlibat di antara mereka. Jangan sampai pada akhirnya kakak seniormu jadi membencimu." Rafael menganalisis secara rasional.Karina cemberut dan berkata, "Kak Abila nggak akan seperti itu.""Aku bilang akan seperti itu pasti seperti itu," ujar Rafael dengan tegas.Karina tidak tahu bahwa alih-alih mengintrospeksi diri sendiri, orang sering kali lebih cenderung mengalihkan tanggung jawab kepada orang-orang di sekitarnya dan menganggap kegagalannya karena kesalahan orang lain.Melihat Karina tetap diam, Rafael menambahkan, "Sekalipun mereka benar-benar mencintai satu sama lain, Keluarga Anuma nggak akan setuju seorang gadis dari keluarga biasa menjadi menantu mereka. Hubungan kakak seniormu dengan Zayn ditakdirkan berakhir dengan tragedi."Karina tertawa setelah mendengar itu dan berkata, "Kalau begitu, bukankah kita juga sebuah tragedi?"Keluarga Sta
Karina membanting ponselnya ke ranjang empuk, seolah-olah ponsel itu adalah Rafael. Dia menggertakkan gigi dan berkata, "Kamu salah. Aku hanya khawatir kamu nggak akan bisa meladeni wanita-wanita itu, lalu mati karena kelelahan.""Oh, bisa-bisanya kamu bicara seperti itu. Karina, nggak kelihatan, ternyata kamu sangat mesum."Karina senjata makan tuan, dia tersipu sejenak dan berkata, "Kamu yang mesum. Aku ... aku hanya mengatakan yang sebenarnya!"Rafael membalas ucapan itu dengan tenang, "Bagaimana dengan diriku, bukankah baru semalam kamu merasakannya? Bukankah kamu juga menikmatinya? Kenapa? Apa kamu tiba-tiba menderita amnesia?"'Kenapa orang ini bisa mengucapkan kata-kata senonoh seperti itu dengan begitu santai?'Karina merasa dia terlalu malu untuk bertemu siapa pun.Dia berguling-guling di ranjang, terlalu malu untuk melakukan apa pun.'Ingin mati rasanya, harus bagaimana?'"Karina, jangan berpura-pura bodoh. Jujur saja, apa kamu menikmatinya semalam?"Rafael terus memaksa Kari
"Latar belakang keluarga Zayn nggak biasa," ujar Karina yang memilih kata-kata agar tidak menyakiti perasaan Abila."Lalu apa?" Nada suara Abila terdengar sedikit dingin."Sebenarnya kalian berdua nggak cocok. Kak Abila, bukankah idola itu untuk digemari? Ketika kamu benar-benar menjadi dekat dengannya, sifat aslinya akan semakin jelas. Aku khawatir kamu kecewa."Abila mengatupkan bibirnya, memandang Karina dengan sedikit marah dan berkata, "Karina, bukankah itu pilihanku sendiri meskipun nanti aku kecewa atau nggak? Kenapa kamu harus menghentikanku?""...."Karina menyadari bahwa dirinya sebenarnya tidak pandai dalam hal semacam ini."Aku bukan berusaha menghentikanmu, aku hanya takut kamu terluka."Mendengar ini, Abila tiba-tiba terlihat serius dan berkata, "Karina, di matamu, apa aku orang yang begitu rapuh?""Tentu saja nggak." Karina menggelengkan kepalanya. Sepengetahuannya, Abila selalu merupakan wanita yang sangat mandiri."Setiap orang berhak mengejar kebahagiaan. Sekalipun
Zayn langsung mengerti apa yang sedang terjadi.Dia terus memasang senyuman yang seakan dapat menghipnotis semua makhluk hidup di wajahnya. Senyuman itu membuat Abila semakin terlena. "Kamu tahu 'Gagak'? Masuklah ke dalam dan cari administrator bernama 'Entrada', lalu beri tahu namaku. Dia akan menambahkanmu ke grup anggota inti," ujar Zayn.Ini jauh lebih efektif dibandingkan memberikan nomor ponsel.Senyuman di wajah Abila semakin melebar. Dia mengangguk berulang kali dan berkata, "Aku tahu. Dewa Zayn, ke depannya mohon kerja samanya, ya!"Zayn tersenyum dan berkata, "Jangan panggil aku Dewa Zayn, panggil saja Zayn."".... Zayn," panggil Abila dengan pelan sambil tersipu malu."Kalau begitu aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti." Saat Zayn berbalik pergi, Abila menatap punggungnya yang menawan.Abila terlena cukup lama menatap orang yang sudah menjauh itu.Melihat ini, Karina menghela napas. Dia tidak begitu mengerti apa itu cinta pada pandangan pertama, tetapi dia sedikit khawatir meli
Yani terkejut dengan sikap Karina itu.Dia bertanya dengan tergagap, "Karina, apa yang ingin kamu lakukan?""Yani, sebenarnya aku sangat kecewa padamu," ujar Karina dengan serius sambil menatap lurus ke arah Yani.Kedua mata Yani melebar karena terkejut. "Apa maksudmu?" tanyanya."Saat tahun pertama kuliah, aku pikir kita bisa menjadi teman, tapi kamu merusaknya hanya karena rasa irimu."Karina mengenang tahun pertama mereka. Awalnya, mereka ditempatkan di kelas yang sama dan hubungan mereka tidak seburuk sekarang.Yani seakan-akan baru saja mendengar sebuah lelucon besar. Dia tersenyum dingin dan mencibir, "Karina, otakmu sudah rusak, ya? Kamu dan aku, berteman? Sungguh sebuah lelucon."Karina tidak peduli dengan apa yang Yani katakan dan lanjut berkata, "Kamu membenciku karena aku berada diperingkat pertama dan menjadi mahasiswa favorit Pak Neo. Jadi, kamu berkonspirasi dengan Simon untuk menjebakku, ingin menghancurkan reputasiku. Kamu tahu kenapa Simon membayar mahal atas perbuatan