"Haih, orang kaya punya banyak koneksi. Bagaimana kalau aku meretas ponselnya," usul Abila dengan tegas.Karina berkedip kaget. "Kamu bisa melakukan itu juga?""Tentu saja." Abila menyibakkan rambut dari dahinya dengan anggun dan lanjut berkata, "Jangan remehkan kakak seniormu ini.""Hehe. Kalau kamu melakukan ini, kamu nggak akan berurusan dengan polisi, 'kan?""Eh .... Masalah sepele seperti ini nggak perlu beri tahu polisi," ujar Abila dengan wajah datar.Karina ikut mengangguk dengan serius.Jangan menambah masalah pada polisi.Kemudian, tanpa sepengetahuan Yani, ponselnya tiba-tiba mati tanpa alasan.Dia tidak dapat menghidupkan ponselnya apa pun yang terjadi. Hal ini membuatnya sangat marah hingga ingin menghancurkan ponselnya. Namun, setelah beberapa saat, ponselnya berfungsi kembali.Yani tidak terlalu memikirkan masalah ini. Dia tidak tahu bahwa semua data di ponselnya telah dicuri.Ruang komputer.Karina mengagumi keterampilan meretas Abila yang luar biasa ketika mencari info
"Tunggu!" Karina segera menghentikan Abila.Tangan Abila berhenti dan dia bertanya, "Ada apa? Kamu menemukan sesuatu?"Karina mengangguk, menunjuk ke nama "Simon Kesar" di layar komputer, lalu berkata kepada Abila, "Yani baru-baru ini menelepon Simon.""Simon?"Abila tidak begitu mengerti maksud Karina.Dia tidak tahu bahwa Simon dan Yani telah berkonspirasi untuk menjebak Karina, jadi ketika Karina mengatakan ini, dia tidak terpikirkan apa hubungannya."Simon juga sangat membenciku. Bukan nggak mungkin mereka berdua bersekongkol." Karina memikirkan kemungkinan dua orang itu bekerja sama.Secara logika, Simon telah mendapat pelajaran sampai membuatnya menyedihkan dari orangnya Rafael, jadi tidak mungkin berani melakukan balas dendam pada Karina.Namun, selalu ada pengecualian."Bukankah Simon berasal dari keluarga kaya? Dia ada hubungan dengan gangster?"Karina menggelengkan kepalanya dan berkata, "Aku hanya mengatakan ada kemungkinan itu.""Karina, kamu harus pikirkan baik-baik. Kalau
Karina menatap Zayn dengan tidak senang.Namun, dia merasa tidak tenang di dalam hatinyaKarina tidak memiliki kesan yang baik terhadap Zayn. Mereka berdua pernah berseteru satu sama lain. Sekarang Zayn tiba-tiba muncul, jadi Karina selalu merasa kalau pria ini ada maksud buruk."Gadis kecil, singkirkan pandangan curigamu, kamu kira aku ini orang seperti apa?"'Orang seperti apa?''Tentu saja playboy.'Saat Karina hendak berbicara, Abila tiba-tiba berteriak dengan penuh semangat, "Kamu adalah Zayn Anuma! Astaga, nggak kusangka bisa bertemu kamu di sini!"Karina dikejutkan oleh Abila dan segera menutup mulut Abila, "Ssst, jangan membuat keributan."Abila tidak bisa menyembunyikan kegembiraan batinnya dan mengangguk berulang kali. Dia menatap Zayn dengan tatapan membara. Dia sangat ingin berjabat tangan dengan Zayn, tetapi merasa malu."Halo, namaku Abila Yutera. Aku selalu mendengar kehebatanmu. Suatu kehormatan bisa bertemu denganmu."Mendengar itu, Karina tampak bingung.'Selalu mende
"Apa yang kalian bicarakan? Ngomong-ngomong, Karina, kalian saling mengenal?" Mata Abila berbinar-binar ketika dia melihat ke arah Zayn.Karina tidak tahu harus menjawab apa.Zayn malah berkata, "Kami adalah teman yang sangat baik."Karina seketika terkejut dan menatap ke arah Zayn.Namun, Zayn tersenyum dan berjalan ke arah Abila. Dia menghapus semua data di komputer yang digunakan Abila sambil berkata, "Semua ini nggak ada gunanya. Ikut aku.""Oke, oke."Abila sangat bersemangat untuk melakukan kontak dekat dengan idolanya. Sementara Karina memiliki naluri untuk menjaga jarak dengan Zayn. Namun, apa daya dirinya ketika Abila terus mengedipkan mata padanya. Karina pun terpaksa ikut pergi bersama mereka....."Wah! Jadi ini kediamannya Keluarga Anuma?" Mata Abila membelalak ketika dia melihat kediaman Keluarga Anuma yang memiliki dekorasi sangat indah.Dibandingkan dengan Abila, yang tampak sangat heboh, Karina tampak jauh lebih tenang.Dibandingkan dengan kediaman Keluarga Stalin, yan
Di sebuah kamar hotel VIP, suasana di dalamnya dipenuhi ambiguitas kenikmatan dan beberapa pakaian berserakan di lantai.Sinar matahari yang masuk dari jendela, samar-samar menyinari selimut yang menutupi pria dan wanita yang sedang tidur di kasur yang besar.Suara ketukan pintu yang tergesa-gesa membuat kening Karina Valerio berkerut. Dia membalikkan badannya dengan perasaan tidak nyaman.Kepalanya terasa sangat sakit, tubuhnya terasa nyeri seperti habis tertindih sesuatu. Ketika dia mengangkat tangannya untuk mengusap kepalanya, dia menyadari ada sesuatu yang hangat menempel di belakangnya.Karina Valerio pun terbangun dengan kaget, tubuhnya menjadi kaku seperti patung. Dia perlahan menundukkan kepalanya, mendapati ada sebuah tangan besar terlentang di depan dadanya.Sekujur tubuhnya seketika merinding. Ketika rasa panik menyerang dirinya, dia pun berteriak dengan keras.Suara teriakan itu langsung membuat pria di sampingnya terbangun. Begitu si pria melihat Karina, sorot matanya sek
Semua orang menghela napas lega, seolah-olah mereka mendapatkan pengampunan. Mereka terbirit-birit keluar dari kamar, seolah-olah mereka akan ditelan oleh binatang buas jika mereka terlambat selangkah.Karina juga buru-buru mengambil pakaiannya yang terlempar ke mana-mana. Dia masih bingung dengan situasi ini, tetapi nalurinya mengatakan bahwa dia harus segera meninggalkan tempat berbahaya ini. Dia masih memegang erat selimut yang menutupi dirinya dengan satu tangan.Rafael tidak bergerak, hanya menatap Karina yang sedang panik itu. Terlihat jelas ada beberapa bekas merah di bagian punggung Karina yang tidak tertutup selimut. Melihat itu, Rafael merasa sedikit kesal. Dia pun memanggil Karina dengan dingin, "Hei!"Karina seketika membeku di tempat dan mulai gemetar. Dia tidak berani berbalik untuk melihat Rafael.Dia ketakutan dan merasa tidak berdaya. Dia ingat dengan jelas bahwa kemarin dia sedang merayakan ulang tahun Simon bersama teman-teman sekampus. Namun, mengapa pagi ini begitu
'Penjahat?''Pelanggan bordil?''Atau pria mesum?'Karina terlalu takut untuk melanjutkan pemikirannya. Dia menyalakan pancuran dan membiarkan air mengalir membasahi tubuhnya.Di bawah air pancuran, warna bekas ciuman di tubuhnya semakin merah, seperti bunga mawar merah yang baru mekar. Seakan-akan menunjukkan betapa gila dan intensnya semalam. Melihat semua bekas ciuman itu, sekujur tubuh Karina semakin gemetar.Dia merasa dunianya menjadi gelap dan orang yang selama ini dia kagumi semakin menjauh darinya.Perlahan-lahan dia menurunkan tubuhnya, meringkuk seperti anak kecil yang tidak berdaya. Hanya ada satu hal yang muncul di benak Karina sekarang.Hidupnya sudah tamat.Di sisi lain, Rafael sudah berpakaian lengkap, hanya rambutnya masih sedikit berantakan. Meskipun begitu, dia tidak terlihat seperti orang yang baru saja bangun. Dia duduk di sofa dengan menyilangkan kakinya yang jenjang itu di atas meja kopi sambil memainkan sebuah liontin berantai perak. Liontin itu berbentuk hati d
Wajah Rafael sedikit berpaling ke satu sisi. Pipi kirinya memerah dan terasa sakit. Dia tertegun sejenak karena sedikit bingung dengan situasi saat ini. 'Wanita ini menamparku?'Detik berikutnya, sorot matanya dipenuhi amarah. Siapa pun yang menatapnya akan langsung merinding.Rafael menoleh, hendak membuat wanita yang tidak tahu diri ini membayar harga yang setimpal, tetapi malah mendapati kedua mata Karina merah dan berkaca-kaca. Karina masih seperti ingin menampar Rafael, tetapi sekujur tubuhnya gemetar hebat. Dia gemetar seperti itu entah karena merasa takut atau marah. Kemudian, Karina berkata dengan suara yang menahan tangis, "Bajingan, jangan menilai diriku dengan pikiran dangkalmu itu! Sungguh menjijikkan!"Setelah mengatakan itu, dia menundukkan kepalanya dan mengambil liontinnya yang ada di meja kopi. Tanpa menunggu Rafael mengatakan sepatah kata pun, dia keluar dari pintu tanpa menoleh ke belakang.Jonny dan yang lainnya berdiri di luar kamar. Jonny bahkan menempelkan teling