Penolakan besar tampak jelas dari wajah tampan Roderick. Pria itu mengerutkan kening cukup dalam. Adiknya itu memang baru saja membuktikan padanya bahwa ia bisa mengurus para pengkhianat sendiri tanpa membuat keributan. Seakan mengatakan pada Roderick bahwa Serena sudah berubah, sekaligus memiliki tekad untuk tumbuh. Akan tetapi, permintaannya barusan terlalu absurd. “Apa kau sedang menggali lubang kematianmu sendiri, hm?” tanya pria itu. “Kau tidak tahu seberapa buruk tabiat Zachery?” Serena sudah menduga reaksi sang kakak. Roderick pasti akan menolak pengajuannya tersebut. Namun, dia tetap harus bertunangan dengan Zachery. Bagaimana pun caranya, dia harus menghindari pernikahan dengan Tuan Tua Gerk! “Kak, aku sudah melakukan kesepakatan khusus dengannya,” ujar Serena, berusaha membujuk dengan lembut. “Kakak mengatakan kalau akan mengurus Ibu dan Ayah, tapi aku sendiri sadar kalau itu akan menyulitkan Kakak.” Gadis itu kemudian menambahkan, “Jangan khawatir. Kami memiliki a
“Katakan padaku, apa maksud Zachery mengirimkan surat menjijikkan ini?” Serena tampak bingung. Ia bahkan belum pulih dari keterkejutannya akibat kemunculan kakaknya yang “sibuk” seminggu belakangan ini. “Kak–” “Bukankah aku sudah mengatakan padamu dengan jelas terakhir kali?” Suara Roderick yang serak dan dalam memotong ucapan Serena. Alis tebalnya mengerut, tampak marah. “Jangan Zac. Kenapa kau tidak menurut?” Serena menghela napas. “Kak, hanya Zac yang mampu,” ucapnya kemudian. “Lagi pula, aku dan dia bukannya terlibat hubungan romantis sungguhan. Ini hanya kesepakatan saja.” Serena mendongak, menatap Roderick sekali lagi. Pria ini ... tidak bisa dibujuk sama sekali. Meski kakaknya terlihat sangat rasional, sifat keras kepalanya benar-benar sulit dihadapi. Roderick meyakini dengan kuat apa yang ia percayai. Belum lagi tempramennya yang sensitif seperti seekor kucing. Serena tidak ingat kalau Roderick ternyata seprotektif ini. Perubahannya menarik, tapi juga sedikit menyulitk
Suara Roderick terdengar panik, sekalipun gerak tubuhnya tampak kikuk. Pria itu jelas-jelas tampak peduli. “Berhenti menangis. Maafkan aku.” Perlahan, Roderick mengusap air mata di pipi Serena. Namun, hal itu justru membuat tangisan Serena makin kencang. Di kehidupan pertamanya, Serena meninggal sendirian. Kosong, sepi, dan menyakitkan, setelah melewati pelecehan, perbudakan, hingga menjadi kelinci percobaan. Bahkan oleh Roderick sendiri. Memang benar, bahwa semuanya karena salahnya. Ia yang berdosa. Tapi, bukankah dia juga manusia biasa? Serena di kehidupan sebelumnya melakukan semua itu karena ia menginginkan kasih sayang–di saat yang sama, terjebak permainan Cecillia, yang sempurna dan memiliki perhatian semua orang. Seandainya saja, dia tumbuh di keluarga aslinya, Seraphine, yang penuh kasih sayang. Mungkinkah dia bisa tumbuh menjadi gadis biasa yang dicintai keluarganya? “Serena, aku,” Roderick menatap iba pada Serena yang masih menangis. Adik perempuannya ini memiliki tu
“Bagaimana bisa begitu? Istrimu akan cemburu.” “Aku tidak ingin menikah,” sahut Roderick tanpa pikir panjang. Pria tersebut mengulurkan tangannya, membelai rambut halus Serena. “Di luaran sana, para pria juga tidak akan tahan menghadapi sikapmu yang keras kepala, kekanakan, dan sembrono.” “... Hanya aku yang bisa memahamimu. Kita bisa hidup bersama setelah aku menjadi kepala keluarga.” Serena kebingungan, apa maksudnya? Roderick tidak benar-benar ingin mengikatnya di sisinya hingga mati, 'kan? *** “Nona? Anda baik-baik saja?” Iris bertanya khawatir dari belakang kursi roda. Serena terbangun dari linglung. “Oh? Aku tidak apa-apa. Ayah dan Ibu apakah sudah berangkat?” “Seharusnya sudah, Nona. Baru saja saya melihat rombongan pelayan pergi ke arah pintu utama mansion.” “Lalu kakakku?” “Beliau masih bekerja di kantor. Karena tuan dan nyonya pergi, pekerjaan akan dilimpahkan pada tuan muda. Jadi beliau berangkat pagi buta, kemungkinan baru pulang saat malam tiba.” Serena an
“Ingin membunuhku?” Serena bertanya dengan nada percaya diri. Kesombongan terpampang jelas pada paras cantiknya. Kendati demikian, hanya dia dan Tuhan yang tahu bahwa hatinya cemas saat ini.Zachery semakin terusik atas sikap biasa Serena. Mengapa perempuan itu tidak menangis? Dan mengapa Serena tidak terlihat ketakutan meski nyawanya terancam? Sebab, Serena telah melewati satu kematian serta banyak penderitaan. Dan gadis itu memahami satu hal, menangis atau merengek, tidak akan membuahkan apapun. Hanya dengan bertindak, tenang, dan cerdas. Dia bisa mendapatkan apa yang dia impikan. Lantas gadis Moonstone tersebut menyentuh ujung pistol Zachery. Perlahan membawanya turun. “Tuan muda, bukankah aku sudah bilang di pesta malam itu? Aku bersedia berdiri di sisimu, asalkan kau bersedia menjadi tunangan palsuku.” “Kau tahu? Mulut manusia adalah benda paling busuk di dunia.” Serena juga tahu. Karena di kehidupan pertamanya, dia pun tertipu oleh hasutan teman baiknya, Lili. Yang ternyat
Serena berjalan menelusuri lantai tertinggi. Melalui bantuan kartu hitam milik Roderick, dia mendapatkan tempat duduk pelanggan istimewa. Alhasil, gadis itu kini duduk nyaman di kursi mewah sendirian. Pemandu lelang, mulai berbicara memperkenalkan benda-benda aneh yang ternyata diminati banyak orang. Serena tersedak air liurnya. Terbelalak kaget saat sebuah lukisan jelek berisi orang telanjang, terjual dengan harga ratusan ribu euro.“Untuk apa dia membeli benda jelek seperti itu? Membuang-buang uang.” Protesnya. Uang sakunya selama sebulan, sama dengan harga lukisan jelek tersebut.Serena menikmati sesi lelang dengan sabar. Cukup lama untuk menuju babak terakhir. Dan akhirnya, sesuatu yang dia tunggu akhirnya muncul. Seorang budak perempuan. Benda yang dimaksud Serena ialah gadis tersebut. Berasal dari wilayah timur yang terkenal dengan herbal. Anak ini berkaitan dengan budak di penjara nomor 500. Tadi, dia berkata pada Zachery bahwa anak itu mungkin bisa menyembuhkan racun di t
“Nona!” Iris berlari mendekat setelah melihat sosok majikan dari kejauhan. Gadis itu cemas karena nonanya kembali terlambat. “Anda baik-baik saja, 'kan?”Serena mengangguk, “Aku baik-baik saja.” Lalu menarik gadis muda yang dia beri nama Eve. “Mulai sekarang, dia akan membantu Iris untuk mengurus hal pribadiku. Saat pulang, jangan bahas kunjungan kita ke sini. Aku akan berkata membawa Eve dari jalanan karena kasihan.” Iris menatap bergiliran antara Serena ke gadis muda berusia 16 tahunan bernama, Eve, ya? Iris pusing, baru berapa jam nona keluar, dan ternyata sudah membawa anggota baru? Serena sudah menduga Iris akan mengeluarkan omelan kereta api. Jadi segera menarik lengan Iris, “Mari masuk dulu ke dalam mobil. Pergi ke salon untuk mengurus Eve, setelahnya mampir ke mall membeli pakaian!”“Nona! Anda tidak bisa membawa orang baru atau Nyonya akan marah!” Iris bersikeras menolak masuk ke mobil. Masih berusaha menghentikan Serena dari membawa anggota baru. “Anda bisa memberinya uang
Dini hari, Serena bangun pagi-pagi sekali untuk bisa bertemu Roderick sebelum pria itu pergi ke kantor. Ia sudah berpakaian rapi dengan gaun merah sederhana. Surai hitam panjangnya dikepang menggunakan pita. “Kakak!” Serena melambaikan tangannya bersemangat. “Kakak ingin berangkat ke kantor sekarang?” Roderick berhenti berjalan dan menoleh pada Serena. Pria itu kemudian lantas berjalan mendekati Serena dan membelai kepala sang adik. Suaranya yang biasanya dingin bertanya, “Kenapa sudah bangun? Ini masih jam enam pagi.” Serena meringis “Aku ingin ikut kakak pergi ke kantor!”Sekretaris Roderick tampak kesal. Serena bisa menangkap raut wajahnya yang begitu enggan. Sepertinya, dia juga harus menaklukan sekretaris kakaknya itu. Karena di masa depan, sekretaris tersebut sangat setia pada Roderick. Serena perlu mendekatinya. Sebab, dia sekarang masih memerlukan paha emas sang kakak. Gadis itu tertunduk, terlihat sedih, “Aku tidak akan mengganggu.” Bisiknya pelan. “Rumah terlalu sepi.”