“Adegan khusus apa?” “Hanya adegan berpelukan biasa?” Serena membeo polos. Bingung mengapa respon Roderick terlalu berlebihan. “Kakak memikirkan sesuatu yang lain?” Roderick terbatuk. Sekarang pria itu tampak lebih santai. Meski begitu, masih ada kekesalan pada suaranya, “Apakah wajib?” “Tentu saja wajib!” pekik Serena setengah melotot. “Hanya dengan cara ini, ibu pasti akan marah besar jika tahu bahwa aku berpelukan dengan Zac.” “Lalu ayah, dia pasti akan berpikir untuk mempertimbangkan. Antara Zac atau Tuan Gerk.” Serena berkata percaya diri. “Bagaimana pun juga, Zac tetaplah pewaris sah sesuai aturan. Minusnya, Zac terkenal bermain-main. Sehingga masa depannya belum jelas. Tapi, bagaimana jika Zac lebih serius sebagai pewaris? Di tambah hubunganku dan Zac terlihat mesra. Ayah akan berpikir bahwa Zac bisa lebih mudah dikendalikan melalui aku.” Roderick berpikir rencana Serena memang masuk akal. Potensi keberhasilan juga lebih tinggi. Meski tidak bisa merubah sepenuhnya keputus
Semenjak ikut Roderick ke kantor, Serena di hari-hari berikutnya pun terus-menerus berkunjung. Entah untuk tidur di sofa ruang kerja kakaknya, atau berbicara dengan Varrel. Ah, mungkin lebih tepat jika disebut berkelahi. Selama satu minggu, Serena sering beradu mulut bersama Varrel. Namun, secara ajaib keduanya tampak lebih akur. Varrel pun sedikit lebih santai terhadap Serena untuk sekarang. “Hei, sekretaris! Belikan sesuatu yang manis untukku!” Seru perempuan bergaun biru dari saluran telefon. “Harus sekarang!” Varrel membanting telefon, kemudian pergi ke luar untuk membeli dessert manis. Jumlahnya cukup banyak karena nona muda kecilnya adalah gudang makanan dengan lambung karet. Lalu Serena sibuk duduk di kursi kerja Roderick. Bersantai dan menikmati hidup damainya, “Inilah gambaran hidup surgawi seorang gadis apabila menikahi bos besar.” Gadis itu menunggu di sana sebentar, lalu berpindah ke kursi roda lagi. Bermonolog, “Ketika pertunangan berhasil dibatalkan, kehidupanku be
“Aku baru tahu kalian sangat dekat?” Serena terdiam takut, meskipun dia merasa tidak bersalah sama sekali. Namun dia terlanjur menundukkan kepala, bahkan Varrel juga ikut menundukkan kepala. Mereka berdua sekarang tampak seolah tertangkap basah sedang berselingkuh. “Lidah kalian tertelan?” Roderick menandas kejam. Pupil merahnya belum terlihat santai. Apalagi saat memandang Varrel. Mengapa tiba-tiba dia merasa bahwa sekretarisnya adalah pria busuk?Serena terbatuk kecil, pura-pura tersedak dan memukul dadanya. “Kakak, tenggorokanku tersedak sisa macaron!” Roderick berhenti bersikap jahat, lantas berjalan cepat dengan langkah stabil. Kakinya yang panjang membuat pria itu berhasil mendekat dalam waktu singkat. “Berhenti memukul dadamu,” peringatnya, lalu menarik pergelangan tipis Serena. Roderick melirik tajam ke arah Varrel, berseru jengkel, “Kenapa kau masih diam di sana? Ambilkan air putih!”Varrel bergegas mengambilkan air putih, kemudian pamit undur diri. Merasa senang karena
“Berhenti omong kosong. Kau adalah adikku, selamanya akan begitu.” Jawaban tegas Roderick berhasil menambahkan lebih banyak ketenangan bagi Serena. Yah, setidaknya, pria itu sungguhan akan menepati janjinya.Lantas demikian, secara tidak langsung pembunuhnya bisa berkurang satu. “Aku tahu kakakku adalah yang terbaik!” balas Serena disertai senyuman bahagia. Setelahnya, gadis itu mengajak Roderick berbincang lebih banyak.Berkat kemampuannya dalam berbicara, Roderick sekarang telah santai. Tidak lagi memiliki kemarahan atau permusuhan aneh. Dan Serena lega mengetahui hal itu. Terkadang, dia merasa sulit memahami Roderick. Cara terbaik untuk saat ini, hanyalah dengan mengasah diri untuk lebih pandai merayu kakaknya.Keduanya berbincang tidak kurang dari satu jam. Lalu berpisah, sebab Roderick perlu pergi lagi bertemu kolega lain. Sedangkan Serena ingin pulang ke mansion dan mempersiapkan diri untuk besok sore.***Keesokan harinya. Keramaian dari ruangan luar berhasil masuk hingga k
“Siapa yang akan mati?” Serena menjawab acuh tak acuh. Nada suaranya melirih letih, “Aku.”Zachery mengerutkan kening. Heran dan bingung. Pria itu menarik kursi roda Serena ke arahnya, mempersempit sisa jarak sekaligus membuat Serena terkejut dengan gerakan tiba-tiba tersebut.Namun, Serena hanya bisa menghela nafas kasar. Dipandangnya dengan lesu lesu wajah tampan Zachery, “Apa?” tanya gadis itu.“Apa maksudmu?” tanya Zachery. “Kenapa kau akan mati?”“Karenamu. Memang siapa lagi?”Zachery makin mengernyit, “Kenapa karena aku?” Hening. Serena tidak langsung menjawab saat sadar dirinya kelepasan.Namun, pada akhirnya, ia beralasan, “Karena setelah aku menjadi bibimu, kita akan bermusuhan. Dan kita akan saling membunuh, karena berbeda kubu.”“Begitu?” Ekspresi Zachery tampak seperti ia tengah bermain-main. “Kau bersedia menjadi bibiku?”“Kau ingin menjadi bibiku?” Zachery bertanya setengah bercanda. Berhenti bermain-main, dan berkata serius, “Kau telah membantuku, jadi aku akan memba
Tiba-tiba kakak angkat Serena itu mencengkeram erat kemeja putih Zac dan menariknya agar menyingkir, sementara lengan tangannya yang kokoh kemudian melingkar di pinggang Serena, menarik gadis itu tanpa kesulitan.“Jauhkan tangan kotormu dari adikku,” desis Roderick. Iris merahnya tampak mengancam.Baru saat itu, Zachery mengangkat kedua tangannya, menyerah. Bibir tebalnya menipis, menjadi senyuman ramah. “Kenapa harus marah-marah, Rick? Bukankah aku pasangan yang cocok untuk adikmu?” “Dalam mimpimu!” sembur Roderick penuh permusuhan. Pria itu memeluk Serena dengan protektif. “Keluar sekarang!” “Baiklah, baiklah.” Zachery mengaku kalah. Ia beranjak pergi meninggalkan kamar, bersama Varrel. Keduanya berakhir menunggu di sofa ruang tamu. Sementara itu, di dalam kamar, Serena diturunkan ke atas ranjang. Gadis itu masih diam, tidak berani bicara. Ia membiarkan Roderick menetralkan emosinya terlebih dahulu. Baru setelah raut wajah sang kakak terlihat lebih bagus, Serena berucap, “Kaka
“Ternyata ada tamu terhomat sore ini.”Serena terhenti dari keinginan menjawab tawaran Zachery. Ia menoleh ke belakang, menemukan Guina bersama Jeremy datang menghampiri. ‘Waktunya dimulai.’ Sebelum Guina berhasil berjalan lebih dekat, Serena segera saja menarik lengan Zac. Lalu berkata sumringah, “Mahkota bunganya sangat cantik, terima kasih kakak Zac!” Zachery menyipitkan matanya. Berpikir, perubahan Serena harus diacungi jempol. Karena perempuan itu sudah berakting, dia pun tidak akan sungkan lagi. Dengan menarik kursi roda Serena lebih dekat. Keduanya hanya berjarak tipis, hampir memberikan ilusi dua orang berciuman. Dikejauhan, Guina sontak berhenti berjalan. Seluruh saraf ototnya terasa kaku. Begitu pula dengan Jeremy. Pasangan paruh baya tersebut terkejut.Meski kepala pelayan sudah memberikan informasi, tetapi melihatnya secara langsung tetaplah berbeda. Senyuman Guina mulai retak, apalagi saat menerima pandangan tak terbaca dari Zachery. “Suamiku, masalah sekarang sudah k
“Putriku, kondisimu baik-baik saja?” Guina bertanya perhatian usai membuka pintu kamar. Ditangannya terdapat nampan makanan, “Ibu membawakanmu camilan ringan.” Iris menahan diri dari keterkejutan, sedangkan Eve berjalan mundur menjauh. Membiarkan Guina lebih leluasa. Keduanya pergi dari ruangan setelah diberi aba-aba. “Ibu? Seharusnya anda beristirahat.” Serena bangun dari posisi tidur. Ia tidak menyangka, seorang Guina membawa nampan makanan. Dan itu untuknya. Sore tadi, Zac mengejutkan seluruh mansion begitu beritanya tersebar. Kepala pelayan paling terkejut. Sebab Serena saat keluar, biasanya izin hanya untuk bermain-main. Terpaksa, Serena berbohong. Berkata bahwa setiap dia izin pamit ke kantor Roderick. Sebetulnya dia bukannya ingin menemani kakaknya, melainkan bertemu Zac yang diam-diam datang juga ke sana untuk menghabiskan waktu tanpa menyebabkan rumor. Roderick pun turut memberikan kesaksian palsu bersama Varrel. Lalu Jeremy terlibat percakapan pribadi bersama Z