“Siapa yang akan mati?” Serena menjawab acuh tak acuh. Nada suaranya melirih letih, “Aku.”Zachery mengerutkan kening. Heran dan bingung. Pria itu menarik kursi roda Serena ke arahnya, mempersempit sisa jarak sekaligus membuat Serena terkejut dengan gerakan tiba-tiba tersebut.Namun, Serena hanya bisa menghela nafas kasar. Dipandangnya dengan lesu lesu wajah tampan Zachery, “Apa?” tanya gadis itu.“Apa maksudmu?” tanya Zachery. “Kenapa kau akan mati?”“Karenamu. Memang siapa lagi?”Zachery makin mengernyit, “Kenapa karena aku?” Hening. Serena tidak langsung menjawab saat sadar dirinya kelepasan.Namun, pada akhirnya, ia beralasan, “Karena setelah aku menjadi bibimu, kita akan bermusuhan. Dan kita akan saling membunuh, karena berbeda kubu.”“Begitu?” Ekspresi Zachery tampak seperti ia tengah bermain-main. “Kau bersedia menjadi bibiku?”“Kau ingin menjadi bibiku?” Zachery bertanya setengah bercanda. Berhenti bermain-main, dan berkata serius, “Kau telah membantuku, jadi aku akan memba
Tiba-tiba kakak angkat Serena itu mencengkeram erat kemeja putih Zac dan menariknya agar menyingkir, sementara lengan tangannya yang kokoh kemudian melingkar di pinggang Serena, menarik gadis itu tanpa kesulitan.“Jauhkan tangan kotormu dari adikku,” desis Roderick. Iris merahnya tampak mengancam.Baru saat itu, Zachery mengangkat kedua tangannya, menyerah. Bibir tebalnya menipis, menjadi senyuman ramah. “Kenapa harus marah-marah, Rick? Bukankah aku pasangan yang cocok untuk adikmu?” “Dalam mimpimu!” sembur Roderick penuh permusuhan. Pria itu memeluk Serena dengan protektif. “Keluar sekarang!” “Baiklah, baiklah.” Zachery mengaku kalah. Ia beranjak pergi meninggalkan kamar, bersama Varrel. Keduanya berakhir menunggu di sofa ruang tamu. Sementara itu, di dalam kamar, Serena diturunkan ke atas ranjang. Gadis itu masih diam, tidak berani bicara. Ia membiarkan Roderick menetralkan emosinya terlebih dahulu. Baru setelah raut wajah sang kakak terlihat lebih bagus, Serena berucap, “Kaka
“Ternyata ada tamu terhomat sore ini.”Serena terhenti dari keinginan menjawab tawaran Zachery. Ia menoleh ke belakang, menemukan Guina bersama Jeremy datang menghampiri. ‘Waktunya dimulai.’ Sebelum Guina berhasil berjalan lebih dekat, Serena segera saja menarik lengan Zac. Lalu berkata sumringah, “Mahkota bunganya sangat cantik, terima kasih kakak Zac!” Zachery menyipitkan matanya. Berpikir, perubahan Serena harus diacungi jempol. Karena perempuan itu sudah berakting, dia pun tidak akan sungkan lagi. Dengan menarik kursi roda Serena lebih dekat. Keduanya hanya berjarak tipis, hampir memberikan ilusi dua orang berciuman. Dikejauhan, Guina sontak berhenti berjalan. Seluruh saraf ototnya terasa kaku. Begitu pula dengan Jeremy. Pasangan paruh baya tersebut terkejut.Meski kepala pelayan sudah memberikan informasi, tetapi melihatnya secara langsung tetaplah berbeda. Senyuman Guina mulai retak, apalagi saat menerima pandangan tak terbaca dari Zachery. “Suamiku, masalah sekarang sudah k
“Putriku, kondisimu baik-baik saja?” Guina bertanya perhatian usai membuka pintu kamar. Ditangannya terdapat nampan makanan, “Ibu membawakanmu camilan ringan.” Iris menahan diri dari keterkejutan, sedangkan Eve berjalan mundur menjauh. Membiarkan Guina lebih leluasa. Keduanya pergi dari ruangan setelah diberi aba-aba. “Ibu? Seharusnya anda beristirahat.” Serena bangun dari posisi tidur. Ia tidak menyangka, seorang Guina membawa nampan makanan. Dan itu untuknya. Sore tadi, Zac mengejutkan seluruh mansion begitu beritanya tersebar. Kepala pelayan paling terkejut. Sebab Serena saat keluar, biasanya izin hanya untuk bermain-main. Terpaksa, Serena berbohong. Berkata bahwa setiap dia izin pamit ke kantor Roderick. Sebetulnya dia bukannya ingin menemani kakaknya, melainkan bertemu Zac yang diam-diam datang juga ke sana untuk menghabiskan waktu tanpa menyebabkan rumor. Roderick pun turut memberikan kesaksian palsu bersama Varrel. Lalu Jeremy terlibat percakapan pribadi bersama Z
«Nona mencari saya? Ada sesuatu yang bisa saya bantu?» Tulisan tangan baru saja Eve tunjukkan kepada Serena. Mengingat Eve masih bisu, dia menggunakan tulisan untuk berkomunikasi. Serena membacanya sebentar, lalu berkata ramah, “Benar sekali.” Ia berhenti, kemudian mendorong secangkir teh. “Duduklah dulu, minum teh ini. Katakan padaku apakah enak atau tidak? Aku meraciknya sendiri.” Eve melirik was-was terhadap Serena. Sebelum akhirnya bersedia duduk bersama majikannya. Lantas meminum teh, setelahnya menulis pujian untuk rasanya. Serena mengamati gerakan halus Eve. Untuk ukuran seorang budak, gerakannya halus dan rapi. Tidak seperti orang biasa. Beberapa hal bisa dipalsukan. Namun, bawaan alami gerak tubuh cukup sulit direkayasa. Sehingga Serena bisa menebak status Eve secara kasar. ‘Kemungkinan besar, dia pernah menjadi nona muda dari wilayah timur.’ Pikir Serena. Gadis itu tidak terburu-buru menangkap Eve. Melainkan dengan sengaja melambat. Cara ini bisa membuat lawan t
Eve menunjukkan buku tulisnya. «Saya bisa. Namun saya perlu mencatat bahannya dulu. Malam nanti sudah selesai.»Serena tertawa riang, pergi memeluk Eve dengan senang. “Oke! Aku akan menunggunya.” Terkesiap karena dipeluk secara mendadak, Eve hampir jatuh ke samping. Gadis 16 tahunan itu terlihat sedang dilanda krisis rumit. Ekspresi wajahnya tampak tidak nyaman dan bingung. Serena tidak terlalu memperhatikan perubahan lain dari Eve. Terlanjur berjalan pergi lebih awal. Meskipun dia berhasil. Eve belum bisa dipercaya sepenuhnya. Oleh sebab itu, dia perlu mencari ahli herbal lainnya. Untuk memeriksa hasil racikan Eve nanti. “Seharusnya dia tidak berani berbuat macam-macam setelah tahu pelayannya bersama Zac,” gumam Serena, kaki jenjangnya masih berjalan seraya melompat kecil memasuki mansion. “Huft, masalah lain sudah diselesaikan! Sekarang saatnya menyempurnakan rencana bisnisku!” “Serena!” Sang empu berhenti sesaat kemudian. Punggungnya refleks berdiri tegak. Dia berbalik, men
Serena mengetuk pintu kamar Roderick. Memanggil setengah berseru, “Kakak!” “Masuklah.” Perempuan itu lantas membuka pintu setelah diberi izin. Langsung melenggang masuk. Pupil cerahnya memindai kamar minimalis Roderick. Seluruh barang tertata rapi dan simetris. Ini pertama kalinya Serena masuk, dia dibuat takjub. “Ada apa kemari malam-malam?” Roderick menutup laptopnya, berhenti bekerja. Lalu menaruhnya ke atas meja. “Duduklah.” Serena mengangguk. Berjalan kecil ke sisi Roderick, kemudian duduk di sana. Dia mengulurkan selembar kertas berisi catatan bahan yang diperlukan oleh Eve. “Kakak, aku ingin meminta tolong untuk mencarikan bahan-bahan ini.” “Ini dari Eve?” tanya Roderick skeptis. Tidak menyangka pelayan bisu yang dibawa adiknya ternyata berbakat. “Aku akan meminta Varrel mengurusnya besok,” ujarnya sembari melepas kacamata. “Ada satu lagi. Apakah kita jadi berlibur bersama besok minggu?” Gadis itu cemberut, bersandar pada punggung sofa. “Ibu bahkan memarahiku karena melo
Dua hari sesudahnya, mansion Moonstone kedatangan tamu penting tak terduga. Yakni Tuan Gerk, paman dari Zachery Waverly. Serena tidak menyangka pria tersebut akan datang dengan sendirinya. Pasti karena rencana pernikahan tiba-tiba dibatalkan.Iris berkata cemas dari tepi ranjang, “Nona, saya takut sesuatu terjadi kepada anda. Tuan Gerk ... beliau terlihat menakutkan!”“Benarkah? Seperti apa dia? Sudah tua?” Serangnya dengan pertanyaan bertubi-tubi. Di kehidupan pertama, dia belum pernah melihat Tuan Gerk di dunia sosial. “Pria itu tidak pernah menunjukkan wajahnya.” Di tepi ranjang lain, Eve mencolek bahu Serena. Membuat gadis bersurai tinta itu terpaksa menoleh, “Apa?”«Beliau mirip dengan tuan muda Zac. Belum terlalu tua, beliau sangat tampan.»Iris diam-diam ikut mencuri pandang tulisan Eve. Berkata menimpali, “Benar ... rumor menyebutnya pria tua gendut dan jelek. Tapi beliau berbeda, usianya mungkin empat puluh tahunan.” Serena terkejut mendengar informasi mengejutkan tersebut.
Serena menarik nafas penat, “Pikirkanlah lagi. Seandainya hanya pertemanan biasa, mengapa Tuan Gerk tidak memiliki perempuannya sendiri saat usianya sudah cukup di masa lalu?” Zachery terdiam. Kehilangan kata-kata untuk menjawab. Melihat bahwa celah baru saja terbuka. Serena semakin mempersempit kesempatan pria itu untuk menyangkal. “Ibumu sangat cantik, pria manapun tidak akan bisa menolak senyumannya. Aku berpikir, kemungkinan besar pamanmu terpikat. Saling mengembangkan perasaan satu sama lain dan berjanji akan menikah. Tepat setelah ibumu dibebaskan begitu melahirkan. Tetapi, naas, ayahmu ingkar janji. Dan masih menahan ibumu.”“ ... Lalu, ibumu berakhir membencimu karena kamu sangat mirip seperti ayahmu, sekaligus penyebab ibumu semakin tidak bisa melarikan diri. Karena itulah, pamanmu yang merawatmu sebab berpikir ada darah ibumu ditubuhmu. Ini akan masuk akal apabila dikaitkan dengan perubahan tiba-tiba sifat pamanmu setelah ibumu meninggal. Alasannya pasti karena pamanmu mer
“Bisakah aku melihat potret ibumu?” Sepasang alis tebal Zachery terangkat ke atas. Terlihat bingung karena permintaan tiba-tiba yang tak terduga sama sekali. Meskipun begitu, Zachery tidak keberatan kemudian merogoh saku celananya. Meraih benda pipih hitam lalu menunjukkan satu foto seorang perempuan muda sedang tersenyum. “Ini Ibukku. Ada apa?” “Aku ingin melihatnya saja. Ada sesuatu yang menggangguku dan ini berkaitan dengan mendiang ibumu.” Sosok perempuan dibalik layar ponsel tersebut sangat cantik. Memiliki kesan lembut dan baik hati. Senyumannya sangat polos, seperti cahaya putih yang bersih di antara dunia yang kotor. ‘Ah ... sekarang aku tahu mengapa Tuan Waverly terpikat. Ibunya terlalu cantik dan bersih.’ Walau fotonya diambil melalui kamera sederhana, sedikit buram. Tetapi kecantikannya tidak tertutupi sama sekali. Melalui foto itu, Serena berhasil menemukan sebuah jawaban. Tentang alasan kenapa Zachery di kehidupan pertama, sangat mudah terpikat oleh Cecillia. Al
Dua hari sesudahnya, mansion Moonstone kedatangan tamu penting tak terduga. Yakni Tuan Gerk, paman dari Zachery Waverly. Serena tidak menyangka pria tersebut akan datang dengan sendirinya. Pasti karena rencana pernikahan tiba-tiba dibatalkan.Iris berkata cemas dari tepi ranjang, “Nona, saya takut sesuatu terjadi kepada anda. Tuan Gerk ... beliau terlihat menakutkan!”“Benarkah? Seperti apa dia? Sudah tua?” Serangnya dengan pertanyaan bertubi-tubi. Di kehidupan pertama, dia belum pernah melihat Tuan Gerk di dunia sosial. “Pria itu tidak pernah menunjukkan wajahnya.” Di tepi ranjang lain, Eve mencolek bahu Serena. Membuat gadis bersurai tinta itu terpaksa menoleh, “Apa?”«Beliau mirip dengan tuan muda Zac. Belum terlalu tua, beliau sangat tampan.»Iris diam-diam ikut mencuri pandang tulisan Eve. Berkata menimpali, “Benar ... rumor menyebutnya pria tua gendut dan jelek. Tapi beliau berbeda, usianya mungkin empat puluh tahunan.” Serena terkejut mendengar informasi mengejutkan tersebut.
Serena mengetuk pintu kamar Roderick. Memanggil setengah berseru, “Kakak!” “Masuklah.” Perempuan itu lantas membuka pintu setelah diberi izin. Langsung melenggang masuk. Pupil cerahnya memindai kamar minimalis Roderick. Seluruh barang tertata rapi dan simetris. Ini pertama kalinya Serena masuk, dia dibuat takjub. “Ada apa kemari malam-malam?” Roderick menutup laptopnya, berhenti bekerja. Lalu menaruhnya ke atas meja. “Duduklah.” Serena mengangguk. Berjalan kecil ke sisi Roderick, kemudian duduk di sana. Dia mengulurkan selembar kertas berisi catatan bahan yang diperlukan oleh Eve. “Kakak, aku ingin meminta tolong untuk mencarikan bahan-bahan ini.” “Ini dari Eve?” tanya Roderick skeptis. Tidak menyangka pelayan bisu yang dibawa adiknya ternyata berbakat. “Aku akan meminta Varrel mengurusnya besok,” ujarnya sembari melepas kacamata. “Ada satu lagi. Apakah kita jadi berlibur bersama besok minggu?” Gadis itu cemberut, bersandar pada punggung sofa. “Ibu bahkan memarahiku karena melo
Eve menunjukkan buku tulisnya. «Saya bisa. Namun saya perlu mencatat bahannya dulu. Malam nanti sudah selesai.»Serena tertawa riang, pergi memeluk Eve dengan senang. “Oke! Aku akan menunggunya.” Terkesiap karena dipeluk secara mendadak, Eve hampir jatuh ke samping. Gadis 16 tahunan itu terlihat sedang dilanda krisis rumit. Ekspresi wajahnya tampak tidak nyaman dan bingung. Serena tidak terlalu memperhatikan perubahan lain dari Eve. Terlanjur berjalan pergi lebih awal. Meskipun dia berhasil. Eve belum bisa dipercaya sepenuhnya. Oleh sebab itu, dia perlu mencari ahli herbal lainnya. Untuk memeriksa hasil racikan Eve nanti. “Seharusnya dia tidak berani berbuat macam-macam setelah tahu pelayannya bersama Zac,” gumam Serena, kaki jenjangnya masih berjalan seraya melompat kecil memasuki mansion. “Huft, masalah lain sudah diselesaikan! Sekarang saatnya menyempurnakan rencana bisnisku!” “Serena!” Sang empu berhenti sesaat kemudian. Punggungnya refleks berdiri tegak. Dia berbalik, men
«Nona mencari saya? Ada sesuatu yang bisa saya bantu?» Tulisan tangan baru saja Eve tunjukkan kepada Serena. Mengingat Eve masih bisu, dia menggunakan tulisan untuk berkomunikasi. Serena membacanya sebentar, lalu berkata ramah, “Benar sekali.” Ia berhenti, kemudian mendorong secangkir teh. “Duduklah dulu, minum teh ini. Katakan padaku apakah enak atau tidak? Aku meraciknya sendiri.” Eve melirik was-was terhadap Serena. Sebelum akhirnya bersedia duduk bersama majikannya. Lantas meminum teh, setelahnya menulis pujian untuk rasanya. Serena mengamati gerakan halus Eve. Untuk ukuran seorang budak, gerakannya halus dan rapi. Tidak seperti orang biasa. Beberapa hal bisa dipalsukan. Namun, bawaan alami gerak tubuh cukup sulit direkayasa. Sehingga Serena bisa menebak status Eve secara kasar. ‘Kemungkinan besar, dia pernah menjadi nona muda dari wilayah timur.’ Pikir Serena. Gadis itu tidak terburu-buru menangkap Eve. Melainkan dengan sengaja melambat. Cara ini bisa membuat lawan t
“Putriku, kondisimu baik-baik saja?” Guina bertanya perhatian usai membuka pintu kamar. Ditangannya terdapat nampan makanan, “Ibu membawakanmu camilan ringan.” Iris menahan diri dari keterkejutan, sedangkan Eve berjalan mundur menjauh. Membiarkan Guina lebih leluasa. Keduanya pergi dari ruangan setelah diberi aba-aba. “Ibu? Seharusnya anda beristirahat.” Serena bangun dari posisi tidur. Ia tidak menyangka, seorang Guina membawa nampan makanan. Dan itu untuknya. Sore tadi, Zac mengejutkan seluruh mansion begitu beritanya tersebar. Kepala pelayan paling terkejut. Sebab Serena saat keluar, biasanya izin hanya untuk bermain-main. Terpaksa, Serena berbohong. Berkata bahwa setiap dia izin pamit ke kantor Roderick. Sebetulnya dia bukannya ingin menemani kakaknya, melainkan bertemu Zac yang diam-diam datang juga ke sana untuk menghabiskan waktu tanpa menyebabkan rumor. Roderick pun turut memberikan kesaksian palsu bersama Varrel. Lalu Jeremy terlibat percakapan pribadi bersama Z
“Ternyata ada tamu terhomat sore ini.”Serena terhenti dari keinginan menjawab tawaran Zachery. Ia menoleh ke belakang, menemukan Guina bersama Jeremy datang menghampiri. ‘Waktunya dimulai.’ Sebelum Guina berhasil berjalan lebih dekat, Serena segera saja menarik lengan Zac. Lalu berkata sumringah, “Mahkota bunganya sangat cantik, terima kasih kakak Zac!” Zachery menyipitkan matanya. Berpikir, perubahan Serena harus diacungi jempol. Karena perempuan itu sudah berakting, dia pun tidak akan sungkan lagi. Dengan menarik kursi roda Serena lebih dekat. Keduanya hanya berjarak tipis, hampir memberikan ilusi dua orang berciuman. Dikejauhan, Guina sontak berhenti berjalan. Seluruh saraf ototnya terasa kaku. Begitu pula dengan Jeremy. Pasangan paruh baya tersebut terkejut.Meski kepala pelayan sudah memberikan informasi, tetapi melihatnya secara langsung tetaplah berbeda. Senyuman Guina mulai retak, apalagi saat menerima pandangan tak terbaca dari Zachery. “Suamiku, masalah sekarang sudah k
Tiba-tiba kakak angkat Serena itu mencengkeram erat kemeja putih Zac dan menariknya agar menyingkir, sementara lengan tangannya yang kokoh kemudian melingkar di pinggang Serena, menarik gadis itu tanpa kesulitan.“Jauhkan tangan kotormu dari adikku,” desis Roderick. Iris merahnya tampak mengancam.Baru saat itu, Zachery mengangkat kedua tangannya, menyerah. Bibir tebalnya menipis, menjadi senyuman ramah. “Kenapa harus marah-marah, Rick? Bukankah aku pasangan yang cocok untuk adikmu?” “Dalam mimpimu!” sembur Roderick penuh permusuhan. Pria itu memeluk Serena dengan protektif. “Keluar sekarang!” “Baiklah, baiklah.” Zachery mengaku kalah. Ia beranjak pergi meninggalkan kamar, bersama Varrel. Keduanya berakhir menunggu di sofa ruang tamu. Sementara itu, di dalam kamar, Serena diturunkan ke atas ranjang. Gadis itu masih diam, tidak berani bicara. Ia membiarkan Roderick menetralkan emosinya terlebih dahulu. Baru setelah raut wajah sang kakak terlihat lebih bagus, Serena berucap, “Kaka