Share

#4. Sebuah Rencana

Ucapan sang ibu membuat sepasang mata Serena membeliak, pupilnya bergetar pelan. 

“Ma-maksud Ibu–”

“Ya. Aku sudah bicara dengan ayahmu, sepakat kalau lebih baik kau dinikahkan saja dengan Tuan Tua Gerk, daripada kau tidak ada gunanya di sini.”

Tanpa sadar, Serena gemetar. Dalam ingatannya, Tuan Tua Gerk adalah pria berbahaya, lebih menakutkan dari sang ayah. Taktik dan metodenya yang kejam yang membuatnya mendapatkan posisi penting dalam keluarga.

Ia tidak mau hidup terkurung dengan pria seperti Tuan Tua Gerk.

Selain itu, kejadian ini tidak ada di kehidupan pertama Serena. Bagaimana bisa?

“Ah, jangan khawatir, Putriku. Secepatnya akan aku atur pertemuan antara kau dan Tuan Gerk.” Guina tampak tengah menikmati keterkejutan dan ketakutan Serena, seperti psikopat. “Siapkan dirimu.”

Setelah mengatakan itu, Guina keluar meninggalkan kamar sembari tertawa keras. 

Sementara itu Serena meremas selimut merah mudanya erat. Gadis itu tertunduk. Matanya panas dan air mulai menggenang di sana.

Hampir … hampir saja ia merasa senang karena berpikir bahwa sang ibu akan mengakui dirinya.

Sekalipun Guina ternyata bukan ibu kandungnya, tapi di waktu ini mereka tidak tahu tentang kenyataan itu. Serena tetaplah anak dari wanita paruh baya tersebut.

Ah. Ternyata, sudut hati terdalamnya masih berharap dia bisa diakui.

Tanpa bisa ditahan, satu isakan lolos dari bibirnya.

Serena mendengar Roderick bergerak lebih dekat ke arahnya dan tiba-tiba, pria itu menepuk puncak kepalanya sekali.

“... Jaga sikapmu dan segeralah pulih. Aku akan mengurus Ibu.”

Serena tertegun. Ia menggigit bibir bagian bawahnya untuk menahan isakannya dan menarik napas, berusaha menenangkan diri sebelum kemudian mengangguk pelan.

Setelahnya, Roderick pergi meninggalkannya sendiri. Kamarnya kembali hening dan Serena jadi bisa berpikir.

“Mungkin kejadian kemarin membawa banyak perubahan, jadi muncul peristiwa ini,” pikir Serena saat mencari alasan kenapa tiba-tiba ia akan dinikahkan. “Berarti aku harus pandai-pandai memanfaatkan informasi dari masa depan untuk bertahan.”

Gadis itu menatap tangannya di pangkuan, kemudian mengepalkan tangan penuh tekad.

Paling tidak, karena memang pertemuan dengan Cecillia tidak akan bisa ia hindari di masa depan sebab itu berhubungan dengan asal usulnya, Serena harus bisa mengumpulkan kekuatan agar dirinya tidak menjadi bodoh dan lemah seperti di kehidupan pertama. Ia masih punya waktu.

Ia akan membuang para mata-mata dan pengkhianat, lalu merekrut orang-orang potensial yang akan berjaya di masa depan, lalu mengumpulkan harta agar bisa lepas dari keluarga ini atau siapa pun dan berdiri sendiri.

“Aku tidak akan mati,” tekad gadis itu. “Tidak seperti dulu.”

***

“Dokter, berapa lama aku harus pakai kursi roda?”

Beberapa jam sebelum pesta yang diadakan keluarga Serena dimulai, gadis itu tengah diperiksa oleh dokter.

Nada suaranya ramah, tapi hal itu justru membuat sang dokter gemetar dan hampir menjatuhkan suntikan di tangannya seakan-akan ia baru saja melakukan kesalahan fatal.

"No-nona akan membaik setelah satu bulan. Pembengkakan akan berlangsung dua sampai tiga minggu.” Sang dokter menjawab tanpa berani menatap Serena. “Tubuh Anda juga baik-baik saja dan sehat. Tampaknya racun yang masuk bukanlah racun berbahaya, hanya racun yang melemahkan saraf untuk sesaat." 

Ia menjeda sejenak, tampak ragu.

“Boleh dilanjutkan, Dokter,” titah Serena. 

“Na-namun, ada baiknya Nona tidak memforsir diri di pesta kali ini.” 

Serena mengangguk. "Baik, terima kasih, Dokter." 

Setelahnya, sang dokter langsung buru-buru kabur sebelum Serena berubah pikiran. Jika dokter itu menasehatinya di kehidupan pertama, Serena pasti akan langsung tantrum.

Semua orang berpendapat bahwa Serena tergila-gila dengan pesta karena ini adalah kesempatannya mencari perhatian.

Menyadari  itu, Serena hanya bisa membuang napas panjang.

"Ah, ternyata sulit memperbaiki citra diri,” gumamnya.

Pesta ini memang diadakan untuk Serena–menurut infonya. Tapi sebenarnya ini adalah cara Guina mencari tahu musuh yang menyusup ke mansion Moonstone dan menyuap pelayan Serena.

Di masa lalu, mungkin Serena akan salah mengartikan dan mengemis cinta dan perhatian dari semuanya di pesta ini.

Namun, ia sudah bukan lagi Serena yang dulu.

Kalaupun sekarang dia ingin menarik perhatian orang lain, tujuannya bukan lagi cinta ataupun kasih sayang, melainkan untuk memanfaatkan setiap keberuntungan yang ada.

“Kau sudah siap?”

Serena menoleh ke arah suara dingin yang familier itu. Roderick tengah berjalan mengampirinya. 

“Kakak?” Serena terdengar heran. “Kenapa jauh-jauh ke sini?”

Tubuh tinggi pria itu tampak menawan dengan sepasang kaki lurus panjang. Tatapan Serena naik ke atas, pada bahu lebar yang dibalut sempurna oleh setelan jas formal.

Mau tak mau, Serena harus mengakui bahwa pria itu terlihat gagah dan pastinya akan menyita perhatian para wanita di aula bawah.

Roderick berhenti di depan Serena yang tengah duduk di kursi roda. 

“Aku akan membantumu turun,” ucap pria itu. 

Pesta memang dilangsungkan di aula di lantai 1, sementara kamar Serena ada di lantai 2. Tadinya, Serena berniat meminta salah seorang penjaga membantunya turun. Ia sama sekali tidak menyangka Roderick akan menghampirinya.

Apakah ini juga efek tindakan yang dilakukan Serena setelah ia bangkit dari kematian?

“Bukankah Kakak seharusnya mendampingi Ayah saat ini?” tanya Serena. Biasanya mereka mengobrol dengan para mitra bisnis keluarga.

“Pesta ini untukmu.” Roderick menyahut. “Aku akan sedikit membantumu agar tidak diremehkan.”

Serena tertawa kecil. "Baiklah.”

Sebenarnya, sebelum ini Roderick sudah beberapa kali mengobrol dengan Serena setelah gadis itu jatuh dari tangga. Tanpa Serena duga, percakapan mereka cukup menyenangkan, sekalipun Roderick kadang terlihat heran saat Serena mengungkap beberapa ilmu yang ia ketahui tentang racun.

Serena menjawab rasa penasaran Roderick mengenai alasan mengapa cangkir beracun Serena disimpan dan tidak dibuang.

Jawabannya adalah karena pembuangan sampah keluarga dibedakan berdasar unsur senyawa zat oleh petugas belakang, seandainya dibuang, petugas akan mengetahui. 

Apalagi racun jenis apapun tetap akan mengganggu unsur api, sehingga api yang membakarnya akan berubah menjadi biru keunguan. Sehingga, opsi terakhir adalah dengan menyimpan barang bukti, lalu membuangnya saat ada kesempatan keluar dari area mansion.

Setelah ditelaah lagi, sebenarnya Serena bisa memanfaatkan Roderick untuk bertahan di keluarga ini. Toh, pria itu memang kerap kali berusaha melindunginya. 

Serena yang sekarang tidak buta akan hal itu.

“Apa aku gunakan dia untuk membatalkan perjodohan juga?” batin Serena saat Roderick menggendongnya menuruni tangga. 

“Hei.” Tiba-tiba Roderick bersuara, menyadarkan Serena dari pikirannya. “Apakah tubuhmu memang seringan ini?" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status