Share

#6. Sandiwara

"Namun, kenapa pakaian putriku begitu lusuh? Bukannya kamu menyukai baju mewah? Ataukah lemarimu kekurangan pakaian?"

Serena tidak terkejut mendengar pertanyaan Guina, seakan sudah memprediksinya. Wajah cantiknya tetap terlihat santai dan anggun. Ia tidak akan takut lagi, atau merasa gugup.

"Tidak, Ibu. Pakaian pribadi saya sudah lebih dari cukup," sahut Serena dengan lembut. "Terima kasih atas perhatian Ibu."

Perkataan Guina terdengar perhatian bagi orang luar. Hanya Serena yang tahu bahwa, Ibunya secara halus sedang protes mengenai pakaiannya yang sederhana sebagai Moonstone.

Itu seolah membuat Moonstone tampak kekurangan untuk memfasilitasi anak-anak mereka.

"Lalu kenapa putriku tercinta tidak memakai gaun yang cantik?” Guina terdengar sedih. Namun, Serena tahu, itu hanya sandiwara yang ditunjukkan ibunya untuk para tamu, “Padahal Ibu sudah susah payah menyiapkan pesta ini untukmu. Malam ini adalah milikmu,” Guina berpura-pura sedih.

Serena mengulum senyuman tipisnya. Karena ibunya ingin bermain, maka dia bersedia mengikutinya dengan senang hati.

Lagi pula, dia memang berniat melakukan perubahan besar-besaran malam ini.

"Ibu, saya pikir itu tidak terlalu baik," kata Serena kemudian, wajah cantiknya tampak murung. "Saya baru saja terkena musibah berbahaya. Kali ini saya selamat berkat karunia Tuhan, jadi saya ingin tampil sederhana untuk malam ini. Bukankah Ibu bilang pesta ini untuk merayakan keselamatan saya?"

Serena bisa melihat ekspresi Guina berubah kaku selama sesaat. Gadis itu menangkap kemarahan yang tertahan di mata ibunya.

Namun, Serena sendiri tahu kalau Guina tidak akan berbuat macam-macam lantaran ada banyak mata tertuju ke arah mereka.

"Ibu? Kenapa Ibu diam? Apakah saya sudah melakukan sesuatu yang salah?"

Guina tersenyum tipis, agak dipaksakan. Perempuan paruh baya itu menahan amarah. Mengingat ada banyak mata tertuju ke arah mereka, Guina tersenyum paksa, "Tentu saja tidak. Putriku ternyata berwawasan luas, aku benar-benar terkejut."

Serena menunduk. "Ini kesalahan saya karena sering membuat Ibu khawatir. Selama ini, saya terus membuat kekacauan yang membuat Ibu pusing," ucapnya. Serena berhenti sejenak, perasaan bersalah terpampang di wajah cantiknya saat ia kembali menatap Guina. "Saya ingin meminta maaf kepada Ibu atas kelakuan saya selama ini. Begitu pula kepada para tamu terhormat kita yang dulunya pernah menjadi korban kejahatan saya."

" ... Saya dengan tulus meminta maaf secara resmi kepada semua orang. Di sini, saya meminta maaf sebagai seorang Serena, bukan sebagai Moonstone." Gadis itu menundukkan kepalanya sedikit, lalu kembali duduk tegak. "Reputasi Moonstone hancur karena Serena. Jadi, saya secara pribadi meminta maaf kepada semua orang dengan hati yang tulus."

Suasana lantas berubah hening. Orang-orang terdiam mendengar permintaan maaf mengejutkan seorang Serena.

Beberapa orang berpikir langit akan runtuh. Serena berhasil membuat perubahan besar di depan semua orang.

Para tamu saling berbisik, "Apa kau juga mendengarnya tadi? Gadis itu sungguh berkata meminta maaf?"

"Aku juga mendengarnya. Serena Moonstone baru saja menundukkan kepalanya di depan semua orang dan meminta maaf!”

"Hei, mengapa kalian mudah tertipu? Entah siasat buruk apalagi yang akan direncanakan otak busuknya nanti." Salah seorang tamu lain yang punya kebencian tinggi menimpali kesal. "Sekali busuk dan murahan, selamanya akan tetap seperti itu!"

Para tamu akhirnya terpecah menjadi dua kubu berlawanan.

Serena merasakan remasan di bahu, sontak mendongak. Ada senyuman manis menghiasi wajah cantiknya saat melihat siapa sosok yang tengah memegang bahunya.

"Ibu?" panggilnya ramah.

Guina menatapnya aneh.

Tampak berbeda dari Serena yang bersikap tenang. Guina harus mengakui bahwa kali ini, gadis itulah pemenangnya. Serena menerima keramahan semua orang yang memuji kebaikan hatinya dengan wajah palsu mereka. Lebih baik seperti ini, daripada tidak sama sekali.

Walau belum semuanya terpengaruhi oleh permintaan maafnya. Setidaknya dia mendapatkan beberapa. Serena bahkan mulai menerima teman setelah memilah-milah, sedangkan Guina sudah pergi ke pojok menemui Jeremy.

Guina menarik lengan suaminya tanpa aba-aba. Berjalan pergi, menjauhi para tamu. Guina segera bertanya cemas, "Kau melihat tingkah putrimu barusan, 'kan?"

"Ya. Lalu?"

"Haruskah kita memikirkan kembali tentang pernikahannya bersama Tuan Tua Gerk?"

Jeremy mendengus dingin, memutar gelas sampanye di tangannya sambil berpikir.

Sesaat kemudian pria paruh baya itu berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau dia sedikit cerdas, memang kenapa? Toh nantinya memang dia akan menikah juga. Daripada dengan orang lain, lebih baik dia menikah dengan Tuan Tua Gerk yang lebih membawa keuntungan.”

Di sisi lain, Serena sibuk berbincang dengan orang-orang.

Dia perlu menarik sejumlah sekutu lebih awal. Beruntungnya, Serena sekarang lebih pandai berbicara. Sehingga tidak sulit untuk mencari teman baru.. Semuanya baik-baik saja sampai seseorang datang membelah keramaian.

“Nona Serena.”

Pemuda itu tinggi dan lurus, dengan sepasang bahu lebar kokoh. Pria tersebut adalah Zachery Waverly, target pria kedua yang harus dia luluhkan.

Serena tidak tahu kenapa Zachery tiba-tiba mendekatinya. Karena seharusnya, mereka tidak memiliki ikatan apa pun dan Zac masih seorang pria penggila senjata.

Alasan apa yang membuat Zac mendekatinya?

Serena berpikir itu karena perubahan yang dia buat sebelumnya. Dia tersenyum cerah menyambut Zachery, sedangkan orang lain justru berusaha menjaga jarak. Mengingat setiap kali Zachery muncul, selalu diikuti masalah, orang-orang berpikir lebih baik menghindari konflik.

Di negara mereka, siapa yang tidak tahu kelainan hobi penerus Waverly itu?

Serena mempertahankan senyumannya yang ramah. Sesampainya Zachery di depannya, Serena hendak berkata sopan, "Tuan Muda, anda—" kalimatnya terpotong di tengah jalan.

Zachery berbisik lembut, tapi nada suaranya dingin dan kejam. Surai cokelatnya yang berkilauan, jatuh hingga hampir menyentuh sudut mata Serena. Menimbulkan sensasi geli yang aneh.

"Mengapa kamu tidak mati setelah diracuni? Bahkan masih jatuh dari anak tangga. Manusia biasa seharusnya mati, tapi kau tidak," wajahnya semakin dekat. "Siapa kau?"

Jantung Serena berdebar tak karuan sejak mereka berdekatan. Dan sekarang, jantungnya mencelos setelah mendengar perkataan Zachery. Itu dia ...?

Orang yang meracuninya adalah Zac? Padahal Serena menduga bahwa Lionel adalah dalangnya! Tapi kenapa harus Zac?! Mereka bahkan belum pernah berinteraksi di kehidupan ini!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status