Share

#5. Para Pembunuh

“Apakah tubuhmu memang seringan ini?”

“... Ya?” Serena mengernyit mendengar pertanyaan sang kakak. Namun, pada akhirnya, ia menyahut dengan sopan. “Mungkin kakak saja yang terlalu kuat.”

“Benarkah?” balas Roderick terdengar ragu, membuat Serena kembali menatap pria itu. “Lain kali, makanlah lebih banyak.”

Setelah diingat-ingat lagi, sebelum Cecillia, Roderick tidak pernah terlihat dekat dengan wanita lain. Apalagi bersentuhan. Mungkin karena itu sekarang pria bermata merah itu tampak tidak yakin.

Dan juga, bisa jadi Roderick tidak mengetahui kalau sekarang pria itu tengah memeluknya erat.

“Karena kakakku yang meminta, akan kulakukan,” ucap Serena. Gadis itu meringis. “Tapi, bisakah kakak melonggarkan pelukan kakak? Rasanya agak sesak.”

Tubuh Roderick kaku selama sepersekian detik, sebelum kemudian melonggarkan pelukannya.

“Maaf,” gumam pria besar itu. Suaranya dingin, tapi Serena bisa menangkap rasa bersalah Roderick.

Dan karenanya, Serena tertawa pelan, otomatis membuat Roderick mendelik padanya.

“Apa yang kau tertawakan?” desis Roderick dengan suara rendah penuh intimidasi.

Serena tahu Roderick tidak serius marah. Meski wajah dinginnya memang menakutkan. Asumsi serta pandangan Serena padanya telah berubah.

“Aku baru tahu kalau kakak laki-lakiku ternyata lucu,” goda gadis itu. “Pasti ini pertama kalinya kau menggendong perempuan, 'kan?”

“Tertawalah sepuasmu, lalu aku akan membuangmu dari atas sini.”

“Hei!” Lengan ramping Serena refleks merangkul erat leher Roderick, cukup satu kali dia jatuh. “Kakak!” pekiknya kesal.

Ketika Serena ketakutan akan dilempar betulan, Roderick justru terkekeh ringan.

Sesaat, Serena tertegun oleh tawa lembut tersebut. Sudut bibirnya tanpa sadar ikut tertarik ke atas, “Kakak, perbanyaklah tertawa, lesung pipimu sangat manis.”

Roderick seperti menerima sengatan listrik dari sentuhan jemari telunjuk Serena di sisi bibirnya.

Biasanya, dia akan merasa risih jika seseorang menyentuhnya seperti itu, tapi kali ini tidak. Entahlah, rasanya—manis?

Padahal, ketika sekumpulan para wanita berusaha melakukan kontak fisik dengannya, pasti Roderick kesal.

Konyol. Roderick kembali ke wajah datarnya.

“Jaga sikapmu. Banyak orang menonton kita dari bawah.” Pria itu kemudian memperingatkan dengan nada dinginnya yang biasa.

Baru pada saat itu, Serena tersadar bahwa mereka menjadi pusat perhatian saat ini. Mata bundarnya lantas memandangi para tamu di aula.

Seketika pupilnya bergetar kala mendapati dua orang pemuda yang tidak asing dalam ingatannya, sedang berdiri di kejauhan.

Mereka adalah Zachery Waverly dan Lionel Silverlake.

Kedua pria tersebut turut menyiksanya di masa lalu bersama Roderick. Cara mereka lebih menyakitkan dan lebih sadis dibandingkan Roderick.

Tanpa sadar, tubuh Serena bergetar. Gadis itu ketakutan, trauma membayangi psikologisnya.

Roderick merasakan keanehan dari perubahan gestur tubuh Serena, bertanya, “Apa kau baik-baik saja?”

Kesadaran Serena tertarik kembali, ia ingin menjawab. Tetapi jawabannya terpaksa tertelan kembali ketika seruan penjaga pintu bergema.

“Keluarga Seraphine, memasuki ruangan!”

Sepasang mata boneka Serena terbelalak. Ketakutan yang tadi singgah di hatinya kini berganti pada gejolak kemarahan serta kebencian.

Ia menangkap sosok perempuan familier berambut pirang panjang yang terlihat bagaikan sekuntum mawar.

‘Cecillia!? Bukankah Seraphine terkenal netral dan tidak pernah terlibat dengan dunia kelas atas? Seharusnya begitu, sampai Cecillia debut 3 tahun lagi!’ pikir Serena dalam hati.

Mungkinkah ... karena dia kembali membawa perubahan? Kebangkitannya dari kematian mempengaruhi takdir sejumlah orang di sekitarnya! Pasti karena itu!

“Kau baik-baik saja? Tubuhmu bergetar," tanya Roderick untuk kedua kalinya. Mereka telah sampai di aula perjamuan dan sontak menjadi pusat perhatian.

“A-aku baik-baik saja, Kakak!” ucap Serena kemudian. Jelas bohong.

Namun, Roderick tidak menekan gadis itu lebih lanjut. Dengan hati-hati, Roderick menurunkan Serena ke kursi rodanya.

Gadis itu bisa merasakan tatapan semua orang tengah tertuju padanya.

Serena menyesuaikan emosi dan kondisi tubuhnya dengan baik. Kemudian memandang semua orang, tak lupa menggantung senyuman menawan.

“Selamat malam, semuanya. Terima kasih atas waktu yang kalian sisihkan untuk hadir di sini.”

Roderick ingin mengawal Serena lebih lama mengingat tokoh utama di pesta ini adalah adiknya, sedangkan dia merupakan kakak laki-lakinya.

Sayangnya dia harus pergi berbincang bersama rekan bisnis lain.

Pria itu menepuk ringan kepala Serena, “Aku akan kembali nanti.”

“Um.”

Malam ini, Serena mengenakan gaun merah biasa tanpa lengan. Ada hiasan renda hitam di sekitar dada dan pinggang. Riasannya yang terbiasa tebal, kali ini dipoles ringan sehingga fitur wajahnya yang lembut, halus, dan indah sangat ditonjolkan.

Intinya, kecantikan alaminya bersinar keras hingga menutupi gadis lainnya.

Para gadis di belakang saling bergosip. Salah satunya mengutuk emosi, “Sial, benarkah gadis itu Serena Moonstone? Ke mana wajah badutnya yang biasa?”

“Benar! Padahal aku ke sini untuk mentertawakan wajahnya yang biasa dirias tebal itu.”

“Pakaiannya juga terlihat elegan. Ke mana gayanya yang norak itu?!”

“Eh, tapi … dia ternyata cantik juga ya.”

Serena diam-diam menajamkan indra pendengaran. Bisikan demi bisikan yang lebih banyak berisi gunjingan dan kekecewaan membuat gadis itu tersenyum.

Kali ini, dia tidak akan terganggu dan impulsif karena mulut seperti itu.

Di kehidupan pertama, dia adalah Ratu Antagonis penguasa sosialita kelas atas. Dua gadis yang berbisik di dekatnya adalah orang licik. Ia mengenali banyak wajah berakal bulus, dia harus menghindari mereka.

“Putriku, kau tampil sangat cantik malam ini. Para tuan muda saling berselisih untuk berbicara denganmu, apakah pesta ini terasa lebih semarak bagimu?” Guina berjalan mendekat dari sudut. Perempuan itu berhenti di dekat kursi roda, tersenyum aneh.

“Ya, Ibu. Saya suka pestanya, terima kasih.”

“Aku turut senang,” ujar Guina, suaranya merendah yang masih tetap bisa didengar mengingat para tamu berkumpul di sekitar mereka. “Namun, kenapa pakaian putriku begitu lusuh? Bukannya kamu suka semua barang mewah? Ataukah lemarimu kekurangan pakaian?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status