Share

Bab 60

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-08 11:59:28
60

Jalinan masa terus berjalan. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu semua umat Islam di seluruh dunia. Farisyasa dan Lilakanti serta yang lainnya berangkat menuju gedung KBRI di pusat kota, dengan menggunakan tiga mobil SUV.

Sesampainya di tempat tujuan, mereka turun dan bergabung dengan banyak orang, yang juga hendak menunaikan salat Ied.

Azrina mengulaskan senyuman saat bertemu dengan beberapa bocah asal Indonesia, yang ikut bersama orang tua masing-masing.

Puluhan menit terlewati, salat Iedul Fitri telah usai. Semua orang beranjak memasuki ruangan luas dan antre di beberapa meja prasmanan.

Lilakanti mengambilkan makanan buat anaknya terlebih dahulu, kemudian dia mengambil opor, rendang dan sambal goreng kentang cukup banyak untuknya sendiri. Dia hanya menuangkan sedikit lontong ke piring. Kemudian Lilakanti meraih beberapa tusuk sate dan meletakkannya ke atas lontong.

"Ma, yakin habis segitu banyak?" tanya Farisyasa, sesaat setelah Lilakanti menduduki kursi di sebelah kanannya.

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Sya
ahirnya sampai di penghujung babak, sampai jumpa di cerita selanjutnya mas Faris teh Lila
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
bye bye kanh Faris dan teh Lila
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 01 - Calon Suami

    01Ketukan palu hakim pengadilan agama Bandung yang menandakan bahwa sidang perceraian telah usai, membuat hati Lilakanti Risniar hancur berkeping-keping.Perempuan berambut sebahu itu sekuat tenaga menahan tangisan yang hampir keluar. Dia menggigit bibir bawah sambil mempererat pegangan ke tangan Anita, sahabat karibnya. Lilakanti berdiri dengan kaki yang sedikit goyah. Dia tetap berpegangan pada Anita yang menuntunnya menuju meja hakim dan menyalami pria berkumis tipis yang memandanginya dengan sorot mata prihatin. Kemudian Lilakanti dan Anita menyambangi tim kuasa hukum untuk berbincang sesaat. Sementara pria yang berada tidak jauh dari tempat Lilakanti dan Anita berdiri, menyalami hakim dengan wajah semringah. Sekilas pria tersebut melirik Lilakanti, kemudian membalikkan tubuh dan jalan bersama pengacaranya ke luar ruang sidang. Lilakanti menatap punggung Baron dengan hati yang sangat hancur. Pengabdiannya selama lima tahun lebih pernikahan ternyata tidak berarti apa-apa buat B

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 02 - Kekasih Bayaran

    02Lilakanti sangat menikmati perubahan ekspresi wajah Baron. Pria itu kentara sekali tengah terkejut mendengar penuturan lelaki berjanggut di samping kiri Lilakanti. "Ehm, Kagendra Grup, betul?" tanya Baron setelah bisa menguasai diri. "Ya," jawab Farisyasa. "Apanya Pak Nazeem?" "Saya anak tertua beliau." "Ehm, ya." "Kamu kerja di mana?""DS Grup." "Salam buat Om Ghandi." "Ya, nanti saya sampaikan." Farisyasa menoleh ke kanan. "Sayang, kita ditunggu Koko Dante di ruang VIP," ungkapnya yang dibalas anggukan Lilakanti. Farisyasa kembali mengarahkan pandangan ke depan. "Sorry, saya ada pertemuan dengan keluarga Adhitama. Permisi," cakapnya seraya tersenyum. Baron tidak menyahut dan hanya mengangguk. Dia mengamati pria yang menggandeng lengan kiri Lilakanti sembari bergerak menjauh. "Mas, dia siapa?" tanya Calista sembari memerhatikan pasangan yang tengah melenggang dengan santai. "Tadi dia bilang anak tertua Pak Nazeem. Berarti CEO Kagendra Grup," jelas Baron."Kok, pembant

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 03 - Interogasi

    03Malam itu, suasana di sebuah restoran di pusat Kota Bandung terlihat ramai. Semua orang merupakan undangan untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan Nazeem Kagendra dan Rumaisha yang ke-35 tahun. Hampir setiap tahun pasangan tua tersebut merayakan hari jadi pernikahan mereka. Keduanya melakukan itu untuk memberikan contoh yang baik buat semua anak dan cucu keluarga Kagendra. Mobil yang dikemudikan Andi berhenti di tempat parkir paling belakang. Pria berkemeja batik merah keluar dan membukakan pintu buat bosnya. Kemudian Andi memutari mobil untuk membuka pintu sisi kiri. Lilakanti keluar sembari mengucapkan terima kasih pada Andi. Perempuan bergaun biru tua mengilat yang warnanya sama dengan jas Farisyasa, memandangi bangunan besar di hadapannya dengan dada berdebar-debar. "Ayo," ajak Farisyasa. Lilakanti mengangguk, sebelum mengayunkan tungkai menuju anak tangga di dekat teras. Perempuan bermata besar, tertegun kala Farisyasa mengarahkan lengan kirinya agar digamit Lilakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 04

    04Hari berganti hari. Semenjak pertemuannya malam itu dengan Lilakanti, Farisyasa mulai sering memikirkan perempuan tersebut. Dia penasaran dengan kehidupan Lilakanti saat masih bersama Ayah Azrina. Terutama karena perempuan berambut panjang itu tetap diam saat ditanya Farisyasa, tentang penyebab matanya berkaca-kaca. Farisyasa bisa menebak mungkin dulunya kehidupan rumah tangga Lilakanti dan mantan suaminya, tidak berjalan dengan baik. Farisyasa teringat pernikahannya bersama Naura Charisma. Betapa Farisyasa menyesali sikapnya yang tak jauh berbeda dibandingkan Baron, yakni menyia-nyiakan istri. Terbayang kembali kenangan 4 tahun silam, di mana Farisyasa terpaksa menikahi Naura atas permintaan almarhumah neneknya, yang merupakan kerabat jauh Naura. Kendatipun tidak saling mencintai, tetapi Naura melayani Farisyasa dengan bersungguh-sungguh. Perempuan tersebut bahkan rela berhenti bekerja hanya demi menjadi Ibu rumah tangga sepenuhnya. Akan tetapi, saat itu Farisyasa tengah mab

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 05

    05Grup Tim 3 PC Yoga Pratama : @Kang Farisyasa, posisi di mana? Farisyasa Kagendra : Di ruang tunggu bandara. Idris Darusman ; Mau ke mana, @Farisyasa? Farisyasa : Singapura, @Bang Idris. Hendri Danantya : Bohong. Kang Farisyasa mau ke Yunani. Farzan Bramanty : Dia ngapel Dewi Athena?Nandito Sumitro : Bukan. Kang Farisyasa mau mandiin patung Dewa Zeus.Bertrand Luiz : Salah. Dia mau ngapel aku. Jevera Patibrata : Muncul aja orang Spanyol, chat langsung kacau. Olavius Aristide : Aku lagi meeting, nahan ketawa sampai kentut. Darius Prabaswara : Ya, ampun, Mas @Olavius. Aku ngakak! Farisyasa : Baek-baek ada ampasnya, @Olavius. Yoga : Buruan cebok! Idris : Aku ngikik, dipandangi Pak Sultan.Hendri : Yang lagi rapat, dimohon serius, ya. Farzan : Mana bisa serius kalau chat grup ini on. Nandito : Grup utama lagi heboh. Bertrand : Ada apaan? Aku belum cek ke sana. Jevera : Katanya, PC mau dipecah dua. Olavius : Beneran? Darius : Aku baru dengar. Farisyasa : Masih wacana,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 06

    06Di luar dugaan Lilakanti, ternyata dirinya dan Azrina disambut Nazeem serta Rumaisha dengan ramah. Begitu pula dengan Elmeira, yang langsung mengajak Azrina bermain ayunan di halaman belakang. Lilakanti yang sedang berada di ruang tengah, sekali-sekali akan memandangi putrinya yang terlihat senang di ayunan. Lilakanti turut tersenyum jika mendengar tawa Azrina yang sedang dicandai Elmeira. "Jadi, saat kamu bercerai dulu, Azrina baru berumur 3 tahun?" tanya Nazeem sembari memerhatikan perempuan bergaun hijau muda di kursi seberang. "Belum sampai 3 tahun, Pak. Sekitar 2 tahun 8 bulan," terang Lilakanti. "Apa dia tidak merindukan papanya?" "Saya rasa nggak. Karena saat kami masih bersama pun, papanya sibuk di luar rumah dan jarang punya waktu buat Azrina." Nazeem tertegun sesaat. Dia melirik putra sulungnya yang tengah menunduk. "Maksudmu, mantan suami termasuk orang yang tidak perhatian?" "Saya sebenarnya tidak mau membuka cerita lama, Pak. Tapi memang itu kenyataannya." Naze

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 07

    07Suasana rapat di kantor HnB yang semula tenang, seketika berubah ricuh akibat perdebatan Arudra dan Arman. Keduanya saling memelototi sembari bergaya aneh-aneh yang menimbulkan gelakak hadirin. Bayu Setiawan, Ayah Arman, hanya bisa menggeleng menyaksikan tingkah putra ketiganya yang masih saling meledek dengan Arudra. Perkelahian pura-pura itu pun usai, setelah Hadrian Danadyaksha dan Linggha Atthaya Pangestu turun tangan mendamaikan kedua belah pihak yang sedang berseteru. "Sudah, cukup bercandanya," tukas Bayu. "Saya mau ketemu Hilman, kalian lanjutkan rapatnya," ungkapnya sambil berdiri dan merapikan jas biru tua yang dikenakannya. Farisyasa dan rekan-rekannya serentak berdiri untuk menyalami komisaris 2 HnB Grup. Kemudian mereka duduk kembali dan memandangi Arman yang masih berdiri di ujung kanan meja. "Fokusku sudah buyar, gara-gara si borokokok eta!" sungut Arman sambil mendelik pada putra sulung Rahmadi Janardana. "Didinya nu mulai ti heula," sanggah Arudra sembari mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 08

    08Pekikan Azrina menyambut kehadiran Farisyasa pagi itu. Pria berkemeja putih pas badan, turun dari mobil dan jalan menuju teras rumah, di mana Azrina telah menunggu. Hati Farisyasa menghangat kala Azrina menyalaminya dengan takzim. Pria berjanggut membiarkan dirinya ditarik gadis kecil yang rambutnya dikuncir dua, memasuki ruang tamu. Farisyasa menyalami Damhuri dan Salma. Mereka berbincang sesaat, sembari menunggu Lilakanti keluar. Ketika perempuan tersebut muncul, Farisyasa spontan mengulaskan senyuman yang dibalas hal serupa oleh Lilakanti. "Kita langsung berangkat. Teman-teman sudah nunggu di kantor PC," tukas Farisyasa. Lilakanti tidak menyahut. Dia langsung menyalami kedua orang tuanya dengan takzim. Farisyasa dan Azrina menyusul berpamitan pada pasangan tua tersebut. Kemudian ketiganya mengayunkan tungkai menuju mobil. Damhuri memerhatikan hingga mobil MPV hitam bergerak menjauh. Dia masih penasaran dengan hubungan sang putri dan Farisyasa, yang diakui Lilakanti sebagai

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10

Bab terbaru

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 60

    60Jalinan masa terus berjalan. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu semua umat Islam di seluruh dunia. Farisyasa dan Lilakanti serta yang lainnya berangkat menuju gedung KBRI di pusat kota, dengan menggunakan tiga mobil SUV. Sesampainya di tempat tujuan, mereka turun dan bergabung dengan banyak orang, yang juga hendak menunaikan salat Ied. Azrina mengulaskan senyuman saat bertemu dengan beberapa bocah asal Indonesia, yang ikut bersama orang tua masing-masing. Puluhan menit terlewati, salat Iedul Fitri telah usai. Semua orang beranjak memasuki ruangan luas dan antre di beberapa meja prasmanan. Lilakanti mengambilkan makanan buat anaknya terlebih dahulu, kemudian dia mengambil opor, rendang dan sambal goreng kentang cukup banyak untuknya sendiri. Dia hanya menuangkan sedikit lontong ke piring. Kemudian Lilakanti meraih beberapa tusuk sate dan meletakkannya ke atas lontong. "Ma, yakin habis segitu banyak?" tanya Farisyasa, sesaat setelah Lilakanti menduduki kursi di sebelah kanannya.

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 59

    59Hari berganti menjadi minggu. Farisyasa telah pulih dan beraktivitas seperti biasa. Namun, dia terpaksa tidak berpuasa, sampai kondisi perutnya benar-benar sembuh. Lilakanti tetap menjadi Ibu rumah tangga sepenuhnya. Dia tidak mau Azrina sendirian jika ditinggal bekerja. Gadis kecil tersebut juga masih cuti sekolah, supaya bisa menjalankan ibadah puasa dengan lancar. Pagi itu, Farisyasa baru selesai mandi ketika Lilakanti menerobos ke toilet. Pria bermata sipit, terkejut melihat istrinya yang tengah mengeluarkan isi perut ke kloset. Dengan sigap, Farisyasa memegangi Lilakanti dengan tangan kiri. Sementara tangan kanannya memyambar selang shower kecil dan menyirami kloset hingga bersih. Setelahnya, Farisyasa menuntun Lilakanti ke kamar. Dia membantu menyelimuti perempuan tersebut yang mengeluh kedinginan. Farisyasa meraba dahi Lilakanti dan kaget karena kening istrinya panas. Pria yang hanya mengenakan handuk, mengambil termoteter dari laci untuk mengukur suhu tubuh Lilakanti.

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 58

    58Jalinan waktu terus berputar. Tibalah saat membahagiakan bagi seluruh umat Islam di dunia. Bulan Ramadhan menjadi waktu yang paling pas untuk memperbanyak ibadah. Sekaligus melatih kesabaran diri. Bagi Farisyasa dan yang lainnya, berpuasa di tempat di mana Islam adalah agama minoritas, menjadi satu tantangan tersendiri. Sebab mereka harus ekstra keras memperluas kesabaran, bila kebetulan menyaksikan orang-orang yang tengah makan ataupun minum di siang hari. Bila bagi orang dewasa, berpuasa di negeri orang sudah berat. Hal itu menjadi ujian paling sulit yang harus dijalani Azrina. Meskipun di sekolahnya, sang kepala sekolah sudah meminta murid-murid lain untuk tidak bersantap di depan Azrina, tetapi masih ada saja yang melakukannya tanpa sengaja. Seperti hari itu, Azrina menggigit bibir bawah saat menyaksikan seorang temannya tengah meminum susu cokelat. Gadis kecil bersweter biru benar-benar haus, hingga akhirnya Azrina menangis. Sang guru yang bernama Michelle, segera membujuk

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 57 - The Handsome Boy

    57Hari kedua di Quebec, Langdon mengajak rekan-rekannya mengunjungi keluarganya. Perjalanan hampir 30 menit itu usai, saat mereka tiba di pekarangan luas depan rumah besar berarsitektur khas Eropa. Lilakanti terperangah. Dia bahkan memegangi dinding dan pintu model klasik yang sangat disukainya, sembari bergumam sendiri. Kala kedua orang tua Langdon keluar untuk menyalami para tamu, Lilakanti langsung menerangkan kekagumannya akan bangunan itu. Percakapan dilanjutkan di ruang tamu yang terkesan hangat. Sekali lagi Lilakanti terpesona, dan dia sibuk mengamati cerobong asap model lama dengan detail batu bata merah ekspos. "Pa, bisa, nggak? Rumah kita dibikin kayak gini?" tanya Lilakanti setelah kembali duduk di sebelah kiri suaminya. "Bandung sudah panas. Nggak perlu bakaran," jawab Farisyasa. "Iya, nggak usah yang itu. Tapi, dindingnya Mama mau kayak gini." Farisyasa mengangkat alisnya. "Kalau renovasi total, nggak jauh dari 1 miliar, Ma." "Enggak perlu semua. Kamar kita, ruang

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 56

    56Jumat pagi, seunit mobil SUV biru tua melaju di jalan raya menuju bandara Vancouver. Langdon, supervisor proyek yang berada di kursi samping kiri sopir, menerangkan berbagai hal tentang Quebec pada penumpang lainnya. Quebec adalah provinsi di timur laut Kanada, yang merupakan provinsi terbesar dari 10 provinsi di negara itu. Sebagian besar penduduknya tinggal di bagian selatan provinsi tersebut.Sebagai salah satu provinsi pendiri Kanada dan satu-satunya provinsi dengan mayoritas penduduk berbahasa Prancis, pemerintah provinsi Quebec memiliki kendali yang signifikan atas urusan-urusannya.Langdon yang orang tuanya bermukim di pinggir Kota Quebec, begitu antusias menerangkan kota kelahirannya. Sesampainya di bandara, semua orang turun. Andi, Ibrahim dan Maher bergegas menurunkan semua koper dan tas travel dari bagasi, kemudian mereka ikut menyalami sang sopir yang akan kembali ke tempat proyek. Langdon dan Farisyasa jalan berdampingan sambil menyeret koper masing-masing. Lilakant

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 55

    55Detik terjalin menjadi menit. Putaran waktu merotasi hari hingga berganti ke minggu dan bulan. Musim dingin telah berakhir di Vancouver. Bunga-bunga bermekaran dengan indah untuk menyambut musim semi nan cerah. Lilakanti sudah memiliki teman-teman baru, yakni para penghuni apartemen tempatnya tinggal. Demikian pula dengan Azrina. Bahkan gadis kecil tersebut ikut bersekolah di kindegarten, yang letaknya tidak jauh dari bangunan apartemen. Selain berteman dengan penghuni, Lilakanti juga makin akrab dengan Thalita Pangestu, anak Tanvir Pangestu, sekaligus keponakan Linggha. Thalita dan Devi, sahabatnya, tengah menempuh pendidikan sarjana di tahun terakhir. Selain kuliah, keduanya juga menyambi kerja untuk mengelola kafe milik Falea, istri Benigno, yang dulu sempat menetap di Vancouver selama dua tahun.Lilakanti juga bekerja di kafe itu sebagai staf keuangan sekaligus kasir freelance. Waktu kerjanya dimulai dari jam 9 pagi hingga 3 sore.Lilakanti juga kian dekat dengan Rosemund al

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 54 - Rumah Pertama

    54Penerbangan lebih dari 20 jam telah tuntas. Kelompok pimpinan Ibrahim keluar dari pintu kedatangan bandara Vancouver. Mereka disambut sopir bus sewaan, dan seorang staf dari Janitra Grup. Farisyasa menggendong Azrina yang masih mengantuk, memasuki bus kecil dan menempati kursi terdekat dengan pintu. Lilakanti menduduki kursi di samping kiri Azrina, sedangkan Farisyasa berpindah ke kursi depan. Setelah memastikan semua penumpang masuk dan barang-barang terangkut, Ibrahim menaiki bus dan menempati kursi di sebelah kiri Farisyasa. Sopir melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang. Sang staf membagikan kotak kue, yang segera dinikmati para penumpang. "Mama, aku mau pegang salju," pinta Azrina sambil menunjuk ke luar kaca. "Nanti, nyampe di apartemen baru bisa pegang," jawab Lilakanti sembari merapikan rambut putrinya yang kusut. "Rambutnya dikepang aja, ya? Biar nggak berantakan," lanjutnya sambil memulai mengepang. "Mau minum susu." "Habis, Kak. Teh dulu, mau?" "Hu um." Azrina

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 53

    53Sesuai janji, Baron tiba di hotel menjelang jam 9 pagi. Dia datang bersama Deandre, Erfinda dan Nohan, serta membawakan titipan buah tangan dari keluarganya di Bogor. Farisyasa menyambut semua tamunya dengan ramah. Dia menjamu mereka di restoran hotel, supaya lebih bebas berbincang. Kala Baron meminta waktu untuk bermain bersama Azrina, Lilakanti terpaksa mengiakan. Perempuan bermata besar terus mengamati mantan suaminya yang sedang menemani Azrina berenang bersama Erfinda. "Kamu temui Wirya di kantornya, Re. Tanya jelas-jelas tentang tawaran dari para komisaris CRYSTAL," tukas Farisyasa. "Aku, Kasyafani dan yang lainnya cuma nanam saham. Lainnya, HWZ-ZUB yang urus," lanjutnya. "HWZ-ZUB?" tanya Deandre. "Hendri, Wirya, Zein, Zulfi, Ubaid dan Bayu," terang Farisyasa yang menjadikan Deandre tersenyum. "Aku harus banyak menghafal singkatan nama para bos." "Yang penting-penting saja." Farisyasa terdiam sejenak, kemudian dia melanjutkan perkataan. "Aku nggak bisa pegang banyak pe

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 52

    52Ruang rapat di lantai tiga kantor PG, siang itu terlihat ramai orang. Hampir semua anggota PG, PC dan PCD datang. Demikian pula staf ketiga perkumpulan itu, dan para pengawal muda PBK. Tio yang berdiri di podium, menyampaikan pidato yang cukup panjang mengenai berbagai kemajuan bisnis semua anggota perkumpulan tersebut. Selanjutnya, Tio memanggil belasan orang, yang segera maju ke depan. Para lelaki bersetelan jas hitam itu berdiri dan berbaris dengan rapi. Tatapan mereka arahkan pada khalayak yang juga memandangi mereka dengan saksama. "Teman-teman kita ini, adalah kloter pertama yang akan berangkat ke Kanada. Mereka akan menjadi pegawai beberapa proyek yang akan dimulai pengerjaannya bulan depan. Setelah musim dingin berakhir," ujar Tio. "Ethan yang mengantarkan teman-teman PG dan PC, akan tinggal di sana sampai tiga bulan mendatang. Ethan punya tugas khusus, yakni menghubungkan rekan-rekan kita dengan rekanan bisnis asli Kanada. Sekaligus membantu mereka untuk mempelajari ba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status