Share

Bab 05

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 12:21:00

05

Grup Tim 3 PC 

Yoga Pratama : @Kang Farisyasa, posisi di mana? 

Farisyasa Kagendra : Di ruang tunggu bandara. 

Idris Darusman ; Mau ke mana, @Farisyasa? 

Farisyasa : Singapura, @Bang Idris. 

Hendri Danantya : Bohong. Kang Farisyasa mau ke Yunani. 

Farzan Bramanty : Dia ngapel Dewi Athena?

Nandito Sumitro : Bukan. Kang Farisyasa mau mandiin patung Dewa Zeus.

Bertrand Luiz : Salah. Dia mau ngapel aku. 

Jevera Patibrata : Muncul aja orang Spanyol, chat langsung kacau. 

Olavius Aristide : Aku lagi meeting, nahan ketawa sampai kentut. 

Darius Prabaswara : Ya, ampun, Mas @Olavius. Aku ngakak! 

Farisyasa : Baek-baek ada ampasnya, @Olavius. 

Yoga : Buruan cebok! 

Idris : Aku ngikik, dipandangi Pak Sultan.

Hendri : Yang lagi rapat, dimohon serius, ya. 

Farzan : Mana bisa serius kalau chat grup ini on. 

Nandito : Grup utama lagi heboh. 

Bertrand : Ada apaan? Aku belum cek ke sana. 

Jevera : Katanya, PC mau dipecah dua. 

Olavius : Beneran? 

Darius : Aku baru dengar. 

Farisyasa : Masih wacana, Gaes. 

Yoga : Ya, masih dirembukkan Pak Tio dan tim satu PG. 

Idris : Sebetulnya nggak apa-apa, sih, kalau dipecah. Kasihan juga Zafran pontang-panting ngatur jatah proyek anggota PC. 

Hendri : Aku setuju sama Bang Idris. 

Farzan : Yups, betul. Zafran jadi kurang fokus ke perusahaan keluarganya. Padahal harusnya itu yang utama. 

Nandito : Mau dipecah atau nggak, kita tetap solid. Pasti itu. 

Bertrand : Tapi aku nggak mau pisah sama kalian. Nanti aku nangis. 

Jevera : Mulai! 

Olavius : Bule tukang drama! 

Darius : Bertrand adiknya Bang Yanuar. 

Farisyasa : Yoih. Usilnya pun sama. 

Yoga : Coba aja Bertrand berani merengek. Tak hajar! 

Bertrand : Jangan gitu, @Bang Yoga. Bukankah Abang masih mencintaiku? 

Yoga : Emoh! 

***

Farisyasa terkekeh, hingga menjadi pusat perhatian orang-orang di sekitar. Seseorang menyentuh lengannya dari kanan dan Farisyasa spontan menoleh. 

"Kunaon cekikikan?" tanya Wirya Arudji Kartawinata, direktur utama PBK sekaligus anggota tim satu PC. 

"Biasa. Bertrand kumat jahilnya," jawab Farisyasa. 

"Tim Spanyol nggak ada yang genah memang," sela Zeinharis Abqary, komisaris HWZ, sekaligus anggota tim 2 PC. "Di kelompokku juga gitu. Hugo berantem mulu sama Riko," selorohnya. 

"Di tim empat, Delmar berdebat terus sama Henley," papar Samudera Harjasa yang berada di kursi samping kanan Wirya. Samudera merupakan CEO Harjasa Grup, sekaligus anggota tim 4 PC. 

"Regu lima, pengacaunya Mas Yon dan Ghael," keluh Mark Dhananjaya, direktur utama Dhananjaya Grup. Dia merupakan anggota tim 5 PC. 

"Kelompokku adem," timpal Rylee Maglorius Ghawani, direktur utama Ghawani Grup dan anggota tim 6 PC. "Cuma Arshaan dan Sagara aja yang rada kocak. Lainnya cool," sambungnya. 

"Reguku, tim paling rusuh. Drew, Ekyavan, Ghaziya, Zijl dan Arudra, gila semua," ungkap Arya Himawan, komisaris Dartomo Grup, sekaligus anggota tim 7 PC. 

"Mas-ku memang paling humoris di keluarga. Casugraha, termanis. Aku, paling cool dan kalem," seloroh Bhadra Janardana, direktur operasional Janardana Grup dan anggota tim 8 PC. Bhadra adalah Adik Arudra. 

"Cool belah mana? Sarua gilanya," ledek Wirya. 

"Bhadra ngaku kalem, setan ketawa," kelakar Zein. 

"Anak-anak keluarga Janardana ricuh semua. Kecuali Delissa," ungkap Farisyasa. 

"Ahh! Aku baru inget." Samudera memandangi rekannya sejak masih kuliah, dulu. "W, Chairil beneran lagi pacaran sama Delissa?" tanyanya. 

"Harusnya kamu nanya ke Bhadra, bukan aku," kilah Wirya yang akrab dipanggil W saja. 

"Bhad, benerankah?" Samudera mengalihkan perhatian pada pria termuda di kelompok tersebut.

Bhadra meringis. "Aku nggak tahu, Mas." 

"Masa pacar saudara sendiri aja nggak tahu?" 

"Delissa rada tertutup. Dia cuma berani curhat ke Teh Zivara." 

"Dia memang harus tutup mulut. Karena keempat saudara laki-lakinya ember semua," cibir Mark, yang langsung didorong bahunya oleh Bhadra. 

***

Hari berganti hari. Lilakanti mulai sering ditanyai Azrina, tentang Farisyasa yang tidak kunjung datang. Meskipun sudah dijelaskan Lilakanti jika sang om tengah dinas ke luar negeri, tetapi Azrina tetap mengulang pertanyaan itu setiap hari. 

Sore itu, Lilakanti baru tiba di rumah, kala Azrina berlari ke teras dan kembali menanyakan Farisyasa. Sang mama berpura-pura sibuk membuka helm, kemudian Lilakanti memasang kunci ganda di dekat ban depan. 

Perempuan berjaket cokelat sengaja mengulur waktu, sambil berpikir untuk menjawab pertanyaan putrinya. Namun, belum sempat Lilakanti menyahut, seunit mobil MPV hitam berhenti di depan pagar dan Azrina spontan berseru kegirangan. 

Lilakanti tidak sempat mencegah ketika putrinya bergegas menuju pagar yang memang belum sempat ditutup. Lilakanti merapikan rambutnya yang berantakan sembari berdoa agar tampilan wajahnya tidak berminyak. 

Sudut bibir Lilakanti mengukir senyuman ketika Farisyasa jalan mendekat sambil berpegangan tangan dengan Azrina. Andi menyusul di belakang sembari membawa tas belanja biru. 

"Assalamualaikum," sapa Farisyasa. 

"Waalaikumsalam," jawab Lilakanti. 

"Kamu baru pulang?" 

"Ya. Masuk, Mas. Kita ngobrol di dalam." 

"Ehm, tapi setelah itu, kamu temani aku ke rumah Ayah." 

Lilakanti mengangkat alisnya. "Aku mandi dulu, ya. Habis itu baru berangkat." 

"Ya." Farisyasa menunduk. "Na, ikut, yuk!" ajaknya. 

"Mau," sahut Azrina. 

"Sudah mandi?" 

"Sudah." 

"Sekarang, ganti baju. Om tunggu." 

Selama tiga puluh menit berikutnya, Lilakanti bergegas menyiapkan diri dan putrinya. Tak lupa dia membawa mukena agar bisa menunaikan ibadah di kediaman Nazeem. 

Kendatipun jantungnya berdebar-debar, Lilakanti tidak bisa menolak untuk datang. Selain karena sudah merupakan tugasnya sebagai pacar sewaan, Lilakanti juga tidak mau mengecewakan Rumaisha yang sudah dua kali menghubunginya.  

Seusai berpamitan pada kedua orang tuanya, Lilakanti mengikuti langkah Farisyasa dan Azrina yang telah lebih dulu menuju mobil. Sedangkan Andi sudah berada di kendaraan sejak beberapa menit lalu. 

Sepanjang perjalanan, Azrina terus mengoceh tentang teman-temannya di PAUD. Gadis kecil berbando merah begitu bersemangat menceritakan kegiatannya sehari-hari. 

Lilakanti merasa takjub menyaksikan kesabaran Farisyasa meladeni putrinya. Lilakanti makin kagum pada pria tersebut, yang ikut melafazkan doa-doa pendek bersama Azrina. 

Tanpa sadar, Lilakanti membandingkan Farisyasa dan Baron, yang memiliki sifat yang bertolak belakang. Lilakanti membatin bila Farisyasa akan jadi Ayah yang baik pada anak-anaknya kelak. 

Kala tatapan keduanya bertemu, Lilakanti spontan tersenyum. Dia terkejut ketika Farisyasa mencondongkan badan, lalu membisikkan sesuatu di dekat telinga kanannya. 

"Kapan, Mas?" tanya Lilakanti. 

"Berangkatnya Jumat pagi, karena aku mau rapat di kantor PC dulu. Kamu tunggu di hotel. Malam baru ke tempat resepsi," terang Farisyasa sembari menarik diri. 

"Nginap nggak?" 

"Ya. Besoknya kita bisa jalan-jalan keliling Jakarta. Atau mau ke Bogor juga boleh." Farisyasa memegangi pundak Azrina. "Kita jalan ke Taman Safari, mau?" tanyanya. 

"Mau," jawab Azrina seraya tersenyum. 

"Enggak apa-apakah kalau Rina ikut?" desak Lilakanti. 

"Ya, di sana juga banyak teman-teman seumuran. Wirya dan yang lainnya pasti ngajak keluarga." 

Lilakanti meringis. "Aku kagok ketemu dia." 

"Kalau Wirya mulai interogasi, kamu cari alasan buat menjauh. Dia nggak akan berani mendesakku." 

Bab terkait

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 06

    06Di luar dugaan Lilakanti, ternyata dirinya dan Azrina disambut Nazeem serta Rumaisha dengan ramah. Begitu pula dengan Elmeira, yang langsung mengajak Azrina bermain ayunan di halaman belakang. Lilakanti yang sedang berada di ruang tengah, sekali-sekali akan memandangi putrinya yang terlihat senang di ayunan. Lilakanti turut tersenyum jika mendengar tawa Azrina yang sedang dicandai Elmeira. "Jadi, saat kamu bercerai dulu, Azrina baru berumur 3 tahun?" tanya Nazeem sembari memerhatikan perempuan bergaun hijau muda di kursi seberang. "Belum sampai 3 tahun, Pak. Sekitar 2 tahun 8 bulan," terang Lilakanti. "Apa dia tidak merindukan papanya?" "Saya rasa nggak. Karena saat kami masih bersama pun, papanya sibuk di luar rumah dan jarang punya waktu buat Azrina." Nazeem tertegun sesaat. Dia melirik putra sulungnya yang tengah menunduk. "Maksudmu, mantan suami termasuk orang yang tidak perhatian?" "Saya sebenarnya tidak mau membuka cerita lama, Pak. Tapi memang itu kenyataannya." Naze

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 07

    07Suasana rapat di kantor HnB yang semula tenang, seketika berubah ricuh akibat perdebatan Arudra dan Arman. Keduanya saling memelototi sembari bergaya aneh-aneh yang menimbulkan gelakak hadirin. Bayu Setiawan, Ayah Arman, hanya bisa menggeleng menyaksikan tingkah putra ketiganya yang masih saling meledek dengan Arudra. Perkelahian pura-pura itu pun usai, setelah Hadrian Danadyaksha dan Linggha Atthaya Pangestu turun tangan mendamaikan kedua belah pihak yang sedang berseteru. "Sudah, cukup bercandanya," tukas Bayu. "Saya mau ketemu Hilman, kalian lanjutkan rapatnya," ungkapnya sambil berdiri dan merapikan jas biru tua yang dikenakannya. Farisyasa dan rekan-rekannya serentak berdiri untuk menyalami komisaris 2 HnB Grup. Kemudian mereka duduk kembali dan memandangi Arman yang masih berdiri di ujung kanan meja. "Fokusku sudah buyar, gara-gara si borokokok eta!" sungut Arman sambil mendelik pada putra sulung Rahmadi Janardana. "Didinya nu mulai ti heula," sanggah Arudra sembari mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 08

    08Pekikan Azrina menyambut kehadiran Farisyasa pagi itu. Pria berkemeja putih pas badan, turun dari mobil dan jalan menuju teras rumah, di mana Azrina telah menunggu. Hati Farisyasa menghangat kala Azrina menyalaminya dengan takzim. Pria berjanggut membiarkan dirinya ditarik gadis kecil yang rambutnya dikuncir dua, memasuki ruang tamu. Farisyasa menyalami Damhuri dan Salma. Mereka berbincang sesaat, sembari menunggu Lilakanti keluar. Ketika perempuan tersebut muncul, Farisyasa spontan mengulaskan senyuman yang dibalas hal serupa oleh Lilakanti. "Kita langsung berangkat. Teman-teman sudah nunggu di kantor PC," tukas Farisyasa. Lilakanti tidak menyahut. Dia langsung menyalami kedua orang tuanya dengan takzim. Farisyasa dan Azrina menyusul berpamitan pada pasangan tua tersebut. Kemudian ketiganya mengayunkan tungkai menuju mobil. Damhuri memerhatikan hingga mobil MPV hitam bergerak menjauh. Dia masih penasaran dengan hubungan sang putri dan Farisyasa, yang diakui Lilakanti sebagai

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 09

    09Pesta pernikahan Daffin, Adik bungsu Andra Kastara, anggota tim 3 PG, malam itu berlangsung meriah. Ballroom hotel bintang lima di kawasan Jakarta Selatan, terlihat ramai orang dengan berbagai tampilan. Andra dan Elena, istrinya, tampak sibuk berkeliling untuk menyapa semua tamu mereka. Terutama yang berasal dari PG, PC dan PBK. Selain para pengusaha muda, beberapa pebisnis senior juga turut hadir. Sultan Pramudya, Gustavo Baltissen, Frederick Adhitama, Frans Adhitama, Finley Adhitama, Katon Hayaka, Rafael Janitra, Peter Aryeswara, Ahmad Yafiq Latief, Bachtiar Ganendra, Nazran Pangestu, Hilman Gilbran dan Bayu Setiawan, terlihat senang bisa berkumpul di tempat VIP 1.Lilakanti mengamati kumpulan pengusaha senior tersebut dengan penuh kekaguman. Dia tidak menyangka bisa bertemu mereka yang selama itu hanya dilihatnya di layar kaca ataupun media sosial lainnya.Lilakanti deg-degan ketika diajak Mayuree untuk berkenalan dengan Ayah dan ibunya. Lilakanti menyalami Sultan dan Winarti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 01 - Calon Suami

    01Ketukan palu hakim pengadilan agama Bandung yang menandakan bahwa sidang perceraian telah usai, membuat hati Lilakanti Risniar hancur berkeping-keping.Perempuan berambut sebahu itu sekuat tenaga menahan tangisan yang hampir keluar. Dia menggigit bibir bawah sambil mempererat pegangan ke tangan Anita, sahabat karibnya. Lilakanti berdiri dengan kaki yang sedikit goyah. Dia tetap berpegangan pada Anita yang menuntunnya menuju meja hakim dan menyalami pria berkumis tipis yang memandanginya dengan sorot mata prihatin. Kemudian Lilakanti dan Anita menyambangi tim kuasa hukum untuk berbincang sesaat. Sementara pria yang berada tidak jauh dari tempat Lilakanti dan Anita berdiri, menyalami hakim dengan wajah semringah. Sekilas pria tersebut melirik Lilakanti, kemudian membalikkan tubuh dan jalan bersama pengacaranya ke luar ruang sidang. Lilakanti menatap punggung Baron dengan hati yang sangat hancur. Pengabdiannya selama lima tahun lebih pernikahan ternyata tidak berarti apa-apa buat B

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 02 - Kekasih Bayaran

    02Lilakanti sangat menikmati perubahan ekspresi wajah Baron. Pria itu kentara sekali tengah terkejut mendengar penuturan lelaki berjanggut di samping kiri Lilakanti. "Ehm, Kagendra Grup, betul?" tanya Baron setelah bisa menguasai diri. "Ya," jawab Farisyasa. "Apanya Pak Nazeem?" "Saya anak tertua beliau." "Ehm, ya." "Kamu kerja di mana?""DS Grup." "Salam buat Om Ghandi." "Ya, nanti saya sampaikan." Farisyasa menoleh ke kanan. "Sayang, kita ditunggu Koko Dante di ruang VIP," ungkapnya yang dibalas anggukan Lilakanti. Farisyasa kembali mengarahkan pandangan ke depan. "Sorry, saya ada pertemuan dengan keluarga Adhitama. Permisi," cakapnya seraya tersenyum. Baron tidak menyahut dan hanya mengangguk. Dia mengamati pria yang menggandeng lengan kiri Lilakanti sembari bergerak menjauh. "Mas, dia siapa?" tanya Calista sembari memerhatikan pasangan yang tengah melenggang dengan santai. "Tadi dia bilang anak tertua Pak Nazeem. Berarti CEO Kagendra Grup," jelas Baron."Kok, pembant

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 03 - Interogasi

    03Malam itu, suasana di sebuah restoran di pusat Kota Bandung terlihat ramai. Semua orang merupakan undangan untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan Nazeem Kagendra dan Rumaisha yang ke-35 tahun. Hampir setiap tahun pasangan tua tersebut merayakan hari jadi pernikahan mereka. Keduanya melakukan itu untuk memberikan contoh yang baik buat semua anak dan cucu keluarga Kagendra. Mobil yang dikemudikan Andi berhenti di tempat parkir paling belakang. Pria berkemeja batik merah keluar dan membukakan pintu buat bosnya. Kemudian Andi memutari mobil untuk membuka pintu sisi kiri. Lilakanti keluar sembari mengucapkan terima kasih pada Andi. Perempuan bergaun biru tua mengilat yang warnanya sama dengan jas Farisyasa, memandangi bangunan besar di hadapannya dengan dada berdebar-debar. "Ayo," ajak Farisyasa. Lilakanti mengangguk, sebelum mengayunkan tungkai menuju anak tangga di dekat teras. Perempuan bermata besar, tertegun kala Farisyasa mengarahkan lengan kirinya agar digamit Lilakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 04

    04Hari berganti hari. Semenjak pertemuannya malam itu dengan Lilakanti, Farisyasa mulai sering memikirkan perempuan tersebut. Dia penasaran dengan kehidupan Lilakanti saat masih bersama Ayah Azrina. Terutama karena perempuan berambut panjang itu tetap diam saat ditanya Farisyasa, tentang penyebab matanya berkaca-kaca. Farisyasa bisa menebak mungkin dulunya kehidupan rumah tangga Lilakanti dan mantan suaminya, tidak berjalan dengan baik. Farisyasa teringat pernikahannya bersama Naura Charisma. Betapa Farisyasa menyesali sikapnya yang tak jauh berbeda dibandingkan Baron, yakni menyia-nyiakan istri. Terbayang kembali kenangan 4 tahun silam, di mana Farisyasa terpaksa menikahi Naura atas permintaan almarhumah neneknya, yang merupakan kerabat jauh Naura. Kendatipun tidak saling mencintai, tetapi Naura melayani Farisyasa dengan bersungguh-sungguh. Perempuan tersebut bahkan rela berhenti bekerja hanya demi menjadi Ibu rumah tangga sepenuhnya. Akan tetapi, saat itu Farisyasa tengah mab

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 09

    09Pesta pernikahan Daffin, Adik bungsu Andra Kastara, anggota tim 3 PG, malam itu berlangsung meriah. Ballroom hotel bintang lima di kawasan Jakarta Selatan, terlihat ramai orang dengan berbagai tampilan. Andra dan Elena, istrinya, tampak sibuk berkeliling untuk menyapa semua tamu mereka. Terutama yang berasal dari PG, PC dan PBK. Selain para pengusaha muda, beberapa pebisnis senior juga turut hadir. Sultan Pramudya, Gustavo Baltissen, Frederick Adhitama, Frans Adhitama, Finley Adhitama, Katon Hayaka, Rafael Janitra, Peter Aryeswara, Ahmad Yafiq Latief, Bachtiar Ganendra, Nazran Pangestu, Hilman Gilbran dan Bayu Setiawan, terlihat senang bisa berkumpul di tempat VIP 1.Lilakanti mengamati kumpulan pengusaha senior tersebut dengan penuh kekaguman. Dia tidak menyangka bisa bertemu mereka yang selama itu hanya dilihatnya di layar kaca ataupun media sosial lainnya.Lilakanti deg-degan ketika diajak Mayuree untuk berkenalan dengan Ayah dan ibunya. Lilakanti menyalami Sultan dan Winarti

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 08

    08Pekikan Azrina menyambut kehadiran Farisyasa pagi itu. Pria berkemeja putih pas badan, turun dari mobil dan jalan menuju teras rumah, di mana Azrina telah menunggu. Hati Farisyasa menghangat kala Azrina menyalaminya dengan takzim. Pria berjanggut membiarkan dirinya ditarik gadis kecil yang rambutnya dikuncir dua, memasuki ruang tamu. Farisyasa menyalami Damhuri dan Salma. Mereka berbincang sesaat, sembari menunggu Lilakanti keluar. Ketika perempuan tersebut muncul, Farisyasa spontan mengulaskan senyuman yang dibalas hal serupa oleh Lilakanti. "Kita langsung berangkat. Teman-teman sudah nunggu di kantor PC," tukas Farisyasa. Lilakanti tidak menyahut. Dia langsung menyalami kedua orang tuanya dengan takzim. Farisyasa dan Azrina menyusul berpamitan pada pasangan tua tersebut. Kemudian ketiganya mengayunkan tungkai menuju mobil. Damhuri memerhatikan hingga mobil MPV hitam bergerak menjauh. Dia masih penasaran dengan hubungan sang putri dan Farisyasa, yang diakui Lilakanti sebagai

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 07

    07Suasana rapat di kantor HnB yang semula tenang, seketika berubah ricuh akibat perdebatan Arudra dan Arman. Keduanya saling memelototi sembari bergaya aneh-aneh yang menimbulkan gelakak hadirin. Bayu Setiawan, Ayah Arman, hanya bisa menggeleng menyaksikan tingkah putra ketiganya yang masih saling meledek dengan Arudra. Perkelahian pura-pura itu pun usai, setelah Hadrian Danadyaksha dan Linggha Atthaya Pangestu turun tangan mendamaikan kedua belah pihak yang sedang berseteru. "Sudah, cukup bercandanya," tukas Bayu. "Saya mau ketemu Hilman, kalian lanjutkan rapatnya," ungkapnya sambil berdiri dan merapikan jas biru tua yang dikenakannya. Farisyasa dan rekan-rekannya serentak berdiri untuk menyalami komisaris 2 HnB Grup. Kemudian mereka duduk kembali dan memandangi Arman yang masih berdiri di ujung kanan meja. "Fokusku sudah buyar, gara-gara si borokokok eta!" sungut Arman sambil mendelik pada putra sulung Rahmadi Janardana. "Didinya nu mulai ti heula," sanggah Arudra sembari mer

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 06

    06Di luar dugaan Lilakanti, ternyata dirinya dan Azrina disambut Nazeem serta Rumaisha dengan ramah. Begitu pula dengan Elmeira, yang langsung mengajak Azrina bermain ayunan di halaman belakang. Lilakanti yang sedang berada di ruang tengah, sekali-sekali akan memandangi putrinya yang terlihat senang di ayunan. Lilakanti turut tersenyum jika mendengar tawa Azrina yang sedang dicandai Elmeira. "Jadi, saat kamu bercerai dulu, Azrina baru berumur 3 tahun?" tanya Nazeem sembari memerhatikan perempuan bergaun hijau muda di kursi seberang. "Belum sampai 3 tahun, Pak. Sekitar 2 tahun 8 bulan," terang Lilakanti. "Apa dia tidak merindukan papanya?" "Saya rasa nggak. Karena saat kami masih bersama pun, papanya sibuk di luar rumah dan jarang punya waktu buat Azrina." Nazeem tertegun sesaat. Dia melirik putra sulungnya yang tengah menunduk. "Maksudmu, mantan suami termasuk orang yang tidak perhatian?" "Saya sebenarnya tidak mau membuka cerita lama, Pak. Tapi memang itu kenyataannya." Naze

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 05

    05Grup Tim 3 PC Yoga Pratama : @Kang Farisyasa, posisi di mana? Farisyasa Kagendra : Di ruang tunggu bandara. Idris Darusman ; Mau ke mana, @Farisyasa? Farisyasa : Singapura, @Bang Idris. Hendri Danantya : Bohong. Kang Farisyasa mau ke Yunani. Farzan Bramanty : Dia ngapel Dewi Athena?Nandito Sumitro : Bukan. Kang Farisyasa mau mandiin patung Dewa Zeus.Bertrand Luiz : Salah. Dia mau ngapel aku. Jevera Patibrata : Muncul aja orang Spanyol, chat langsung kacau. Olavius Aristide : Aku lagi meeting, nahan ketawa sampai kentut. Darius Prabaswara : Ya, ampun, Mas @Olavius. Aku ngakak! Farisyasa : Baek-baek ada ampasnya, @Olavius. Yoga : Buruan cebok! Idris : Aku ngikik, dipandangi Pak Sultan.Hendri : Yang lagi rapat, dimohon serius, ya. Farzan : Mana bisa serius kalau chat grup ini on. Nandito : Grup utama lagi heboh. Bertrand : Ada apaan? Aku belum cek ke sana. Jevera : Katanya, PC mau dipecah dua. Olavius : Beneran? Darius : Aku baru dengar. Farisyasa : Masih wacana,

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 04

    04Hari berganti hari. Semenjak pertemuannya malam itu dengan Lilakanti, Farisyasa mulai sering memikirkan perempuan tersebut. Dia penasaran dengan kehidupan Lilakanti saat masih bersama Ayah Azrina. Terutama karena perempuan berambut panjang itu tetap diam saat ditanya Farisyasa, tentang penyebab matanya berkaca-kaca. Farisyasa bisa menebak mungkin dulunya kehidupan rumah tangga Lilakanti dan mantan suaminya, tidak berjalan dengan baik. Farisyasa teringat pernikahannya bersama Naura Charisma. Betapa Farisyasa menyesali sikapnya yang tak jauh berbeda dibandingkan Baron, yakni menyia-nyiakan istri. Terbayang kembali kenangan 4 tahun silam, di mana Farisyasa terpaksa menikahi Naura atas permintaan almarhumah neneknya, yang merupakan kerabat jauh Naura. Kendatipun tidak saling mencintai, tetapi Naura melayani Farisyasa dengan bersungguh-sungguh. Perempuan tersebut bahkan rela berhenti bekerja hanya demi menjadi Ibu rumah tangga sepenuhnya. Akan tetapi, saat itu Farisyasa tengah mab

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 03 - Interogasi

    03Malam itu, suasana di sebuah restoran di pusat Kota Bandung terlihat ramai. Semua orang merupakan undangan untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan Nazeem Kagendra dan Rumaisha yang ke-35 tahun. Hampir setiap tahun pasangan tua tersebut merayakan hari jadi pernikahan mereka. Keduanya melakukan itu untuk memberikan contoh yang baik buat semua anak dan cucu keluarga Kagendra. Mobil yang dikemudikan Andi berhenti di tempat parkir paling belakang. Pria berkemeja batik merah keluar dan membukakan pintu buat bosnya. Kemudian Andi memutari mobil untuk membuka pintu sisi kiri. Lilakanti keluar sembari mengucapkan terima kasih pada Andi. Perempuan bergaun biru tua mengilat yang warnanya sama dengan jas Farisyasa, memandangi bangunan besar di hadapannya dengan dada berdebar-debar. "Ayo," ajak Farisyasa. Lilakanti mengangguk, sebelum mengayunkan tungkai menuju anak tangga di dekat teras. Perempuan bermata besar, tertegun kala Farisyasa mengarahkan lengan kirinya agar digamit Lilakan

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 02 - Kekasih Bayaran

    02Lilakanti sangat menikmati perubahan ekspresi wajah Baron. Pria itu kentara sekali tengah terkejut mendengar penuturan lelaki berjanggut di samping kiri Lilakanti. "Ehm, Kagendra Grup, betul?" tanya Baron setelah bisa menguasai diri. "Ya," jawab Farisyasa. "Apanya Pak Nazeem?" "Saya anak tertua beliau." "Ehm, ya." "Kamu kerja di mana?""DS Grup." "Salam buat Om Ghandi." "Ya, nanti saya sampaikan." Farisyasa menoleh ke kanan. "Sayang, kita ditunggu Koko Dante di ruang VIP," ungkapnya yang dibalas anggukan Lilakanti. Farisyasa kembali mengarahkan pandangan ke depan. "Sorry, saya ada pertemuan dengan keluarga Adhitama. Permisi," cakapnya seraya tersenyum. Baron tidak menyahut dan hanya mengangguk. Dia mengamati pria yang menggandeng lengan kiri Lilakanti sembari bergerak menjauh. "Mas, dia siapa?" tanya Calista sembari memerhatikan pasangan yang tengah melenggang dengan santai. "Tadi dia bilang anak tertua Pak Nazeem. Berarti CEO Kagendra Grup," jelas Baron."Kok, pembant

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 01 - Calon Suami

    01Ketukan palu hakim pengadilan agama Bandung yang menandakan bahwa sidang perceraian telah usai, membuat hati Lilakanti Risniar hancur berkeping-keping.Perempuan berambut sebahu itu sekuat tenaga menahan tangisan yang hampir keluar. Dia menggigit bibir bawah sambil mempererat pegangan ke tangan Anita, sahabat karibnya. Lilakanti berdiri dengan kaki yang sedikit goyah. Dia tetap berpegangan pada Anita yang menuntunnya menuju meja hakim dan menyalami pria berkumis tipis yang memandanginya dengan sorot mata prihatin. Kemudian Lilakanti dan Anita menyambangi tim kuasa hukum untuk berbincang sesaat. Sementara pria yang berada tidak jauh dari tempat Lilakanti dan Anita berdiri, menyalami hakim dengan wajah semringah. Sekilas pria tersebut melirik Lilakanti, kemudian membalikkan tubuh dan jalan bersama pengacaranya ke luar ruang sidang. Lilakanti menatap punggung Baron dengan hati yang sangat hancur. Pengabdiannya selama lima tahun lebih pernikahan ternyata tidak berarti apa-apa buat B

DMCA.com Protection Status