Share

Bab 10

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-11 12:01:39

10

Acara wisata yang diikuti puluhan orang, berlangsung meriah. Para pengawal muda PBK mengusulkan diadakannya acara kuis. Semua bos PG dan PC yang berada di bus 1, menyambut hal itu dengan antusias.

Jauhari dan Yusuf menjadi pemandu acara. Sedangkan Aditya dan Chairil menjadi juri. Keempatnya yang merupakan pengawal lapis tiga, berdiskusi untuk menentukan pertanyaan, sementara puluhan orang lainnya berbaris saling berhadapan.

Tim PG yang dipimpin Baskara, berpose dengan melipat kedua tangan di depan dada, sambil mengangkat dagu tinggi-tinggi. Sedangkan tim PC yang dipimpin Zafran, bergaya bak binaraga, yang justru menimbulkan gelakak penonton.

"Kayak biasa, ketua regu adu suit, buat menentukan tim mana yang menjawab pertanyaan pertama," cakap Jauhari.

"Silakan, Daddy Baskara dan Bro Zafran untuk maju," pinta Yusuf.

Adu suit berlangsung alot, karena kedua ketua sama-sama bersikeras untuk memenangkan pertandingan. Ketika Zafran berhasil mengungguli Baskara, tim PC bersorak.

"Oke,
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Sya
wah wah wah selingkuhan nya ternyata berselingkuh juga,baru tau rasa kau ron
goodnovel comment avatar
~•° Aishiteru °•~
jiaaaaahhhhhh... si mantan kebakaran jenggot, last tau lila akan datang pasangan yang lebih baik. dan sekarang dia dapat kejutan yang tak terkira kira dari orang tuanya dan septi tank
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 11

    11"Kamu ngapain angkat telepon dari dia?" tanya Calista sambil memelototi pria berkaus merah yang tengah duduk di sofa hitam. "Aku sengaja. Biar dia tahu, kalau kamu sudah nggak cinta lagi sama dia," jawab Jimmy dengan sangat tenang. "Itu urusanku. Kamu jangan ikut campur!" "Aku harus ikut campur, karena aku calon suamimu!" Calista berdecih. "Masih lama. Aku juga harus menyelesaikan hubunganku dengan dia." "Jangan ditunda. Dia harus tahu, anak di dalam kandunganmu adalah anakku." Calista mendelik pada laki-laki yang merupakan mantan pacarnya dulu, sebelum dia menjalin kasih dengan Baron. Calista berbalik dan jalan ke kamarnya. Perempuan berambut panjang merebahkan diri di kasur. Dia menatap nyalang pada langit-langit sembari memikirkan Baron. Perempuan berparas ayu merasa yakin, jika Baron akan mengamuk bila mengetahui hal yang sebenarnya. Namun, Calista tidak memiliki pilihan lain. Dia harus meninggalkan Baron, agar bisa menikahi Jimmy. Calista mengatur rencana dengan rinci

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 12

    12Hari berganti. Siang itu, Farisyasa tengah berada di salah satu restoran di pusat Kota Bandung, saat sekelompok orang memasuki ruangan luas itu.Farisyasa tertegun sesaat, sebelum melambaikan tangan kanannya. Dia berdiri dan menyunggingkan untuk menyambut kehadiran perempuan, yang belakangan kian dekat dengannya. "Lagi lunch, Mas?" tanya Lilakanti sambil menyalami Farisyasa. Kemudian dia bergeser untuk bersalaman dengan beberapa rekan pria tersebut. "Ya. Kamu, baru mau makan siang?" Farisyasa balas bertanya sembari berjabatan tangan dengan kedua teman Lilakanti. "Iya. Anita ngajak makan di sini." Lilakanti melirik sahabatnya yang tengah mengamati Farisyasa. "Ta, jangan mangap gitu," selorohnya sambil menyenggol lengan kanan Anita. "Ehm, ya. Aku ...." Anita memandangi pria bermata sipit yang terlihat kebingungan diperhatikan seperti itu. "Cakepan aslinya, daripada di foto," pujinya. "Makasih," balas Farisyasa seraya tersenyum. "Silakan dilanjutkan makannya. Kami mau ke sana,"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-11
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 13

    13Ruang rapat di kantor Janardana Grup tampak ramai. Namun, semua orang tetap diam sambil memfokuskan pandangan pada presiden direktur perusahaan tersebut, yang tengah menerangkan kemajuan di proyek SG atau Sundanese Grup. Kedua puluh enam pria lainnya serentak bertepuk tangan, kala Arudra menuntaskan laporan. Pria berkemeja hijau muda merunduk sedikit, kemudian menegakkan badan seraya mengulum senyuman. "Mantaplah, Arudra, nih," puji Harry Adhitama, anggota tim 2 PG yang merupakan mentor Arudra. "Ini berkat arahan Mas," balas Arudra, sembari duduk di kursinya. "Aku hanya kasih input sedikit, selebihnya, kamu memang sudah jago," ungkap Harry. "Aku jadi salting," seloroh Arudra. "Bhadra dan Casugraha, kalian harus bisa menyamai kemampuan Arudra." Alvaro Gustav Baltissen, komisaris PBK dan beberapa perusahaan lainnya, memandangi kedua pria muda di kursi ujung kiri. "Kak Bhadra sudah separuh, Bang. Aku baru 10%," cakap Casugraha, putra bungsu keluarga Janardana. "Dia merendah,"

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 14

    14Farisyasa tiba di kediaman orang tuanya, beberapa saat sebelum pukul 7 malam. Dia mendatangi sang ayah dan Ibu untuk menyalami mereka dengan takzim. Kemudian Farisyasa berpindah untuk bersalaman dengan pasangan tua di kursi seberang. Pria berkemeja hijau tua memaksakan senyuman ketika menyalami perempuan berambut panjang, yang menatapnya penuh minat. Farisyasa menghempaskan badan di antara kedua adiknya. Dharvan melirik sang akang yang balas memandanginya sesaat, sebelum mengalihkan pandangan ke depan. Percakapan keempat orang tua tersebut berlanjut dengan berbagai bahasan. Farisyasa menyibukkan diri dengan membaca pesan-pesan di ponselnya. Sudut bibir Farisyasa melengkungkan senyuman, seusai membaca percakapan rekan-rekannya di grup SG. Farisyasa terkekeh, kala pembicaraan itu berubah menjadi acara saling meledek teman-temannya. "Kang, dipandangin para orang tua," bisik Dharvan sembari menepuk pelan lengan kanan akangnya. Farisyasa berusaha menghentikan gelakak sambil berpur

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-12
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 16

    15"Kenapa?" tanya Lilakanti setelah bisa menguasai diri. "Sandra dan orang tuanya datang. Lalu pembahasan tentang perjodohan membuatku kesal. Hingga aku akhirnya kembali menegaskan penolakan, dengan alasan sudah memiliki calon istri," jelas Farisyasa. "Aku dan Sandra bertengkar. Kemudian dia pergi bersama orang tuanya. Ayah marahin aku. Bahkan beliau juga mengungkit aibku di masa lalu." Farisyasa tidak menyebutkan hinaan ayahnya agar Lilakanti tidak tersinggung. "Aku belum cerita, kan?" tanya Farisyasa yang dibalas Lilakanti dengan anggukan. "Saat pernikahan pertama dulu, tingkahku sama brengseknya dengan mantan suamimu," ungkapnya yang mengejutkan perempuan tersebut. "Walaupun beda situasinya. Yaitu, aku sudah punya pacar, saat dipaksa menikahi Naura oleh nenekku," cakap Farisyasa. "Aku masih berhubungan dengan Malinka, pacarku. Padahal aku sudah menikah dengan Naura," sambungnya. "Selama hampir setahun menikah, aku sudah menzalimi Naura. Aku memang nggak pernah KDRT, tapi aku

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 16

    16Semalaman itu Lilakanti kesulitan untuk tertidur. Dia berulang kali mengubah posisi badan, sebelum akhirnya menyerah dan bangkit duduk. Perempuan berdaster ungu, memandangi Azrina yang tidur di sebelah kanan sambil memeluk boneka ulat daunnya. Lilakanti mendengkus pelan, kemudian beringsut ke tepi kasur dan berdiri. Sekian menit berikutnya, perempuan berambut panjang telah bersimpuh di sajadah. Lilakanti memohon diberikan ketenangan batin. Terutama karena esok hari dirinya mungkin akan berjumpa dengan Baron. Selain itu, Lilakanti juga berdoa untuk kelancaran perjalanan besok pagi. Sekaligus untuk perjalanan pergi ke Pulau Seribu dan pulang ke Bandung di hari Minggu. Seusai menuntaskan salat tahajjud, Lilakanti mengemasi peralatan salat. Dia tiba-tiba merasa lapar dan segera keluar dari kamar. Tidak berselang lama, Lilakanti telah duduk di kursi depan televisi. Dia meneguk susu cokelat hangat, lalu menikmati kue pie yang tadi dibawakan Kakak iparnya, yang baru pulang dinas dari

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-13
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 17

    17Jutaan bintang bertebaran di langit. Mereka berlomba-lomba memancarkan keelokannya, sembari menemani rembulan bertugas. Angin berembus kencang di sekitar restoran kawasan Jakarta Utara. Namun, hal itu tidak dihiraukan orang-orang yang memilih menempati meja di luar, daripada di dalam ruangan. Demikian pula dengan Farisyasa, Lilakanti, Azrina dan Andi. Mereka bersantap sambil berbincang santai mengenai beragam hal di sekeliling. Azrina yang baru kali itu diajak ke restoran dekat pantai, terkagum-kagum menyaksikan sekitar yang belum pernah dilihatnya. Gadis kecil berjaket merah muda bermotif Hello Kitty, tampak antusias mendengarkan penuturan Farisyasa mengenai tempat wisata, yang akan mereka kunjungi esok pagi. "Tidur awal, Na. Karena jam 7, speedboatnya sudah berangkat," ujar Farisyasa. "Ya, Om," balas Azrina. Farisyasa mengalihkan pandangan pada perempuan bermata besar yang tengah menyeruput jus jeruk. "Rina dibawain baju renang, nggak?" tanyanya. "Ada. Lengkap dengan sunb

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 18

    18Baron menggertakkan gigi sesaat setelah melihat beberapa foto dan video, yang diunggah Lilakanti tadi sore. Hati Baron memanas, terutama karena melihat senyuman lebar mantan istrinya yang sedang duduk bersisian dengan pria bermata sipit. Baron bertambah dongkol, karena Azrina yang dipangku Farisyasa, terlihat memeluk leher pria tersebut sambil ikut tertawa. Baron tidak menyukai kedekatan anaknya dan Lilakanti dengan Farisyasa. Kekesalannya kian memuncak, kala di unggahan video terakhir, Farisyasa menggendong Azrina di punggung dan keduanya tertawa lebar. Pria berkulit kuning langsat menendangi meja. Baron meletakkan ponselnya ke sofa, lalu bangkit dan jalan mondar-mandir sepanjang unit apartemen sewaannya. Tiba-tiba bel pintu depan berbunyi. Baron mendekati benda besar bercat putih dan mengintip dari lubang kecil. Lalu dia membukakan pintu sambil memandangi perempuan berambut sebahu dengan tajam. "Mau apa kamu ke sini?" tanya Baron. "Aku mau ambil barang-barangku," jawab Cali

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-14

Bab terbaru

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 60

    60Jalinan masa terus berjalan. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu semua umat Islam di seluruh dunia. Farisyasa dan Lilakanti serta yang lainnya berangkat menuju gedung KBRI di pusat kota, dengan menggunakan tiga mobil SUV. Sesampainya di tempat tujuan, mereka turun dan bergabung dengan banyak orang, yang juga hendak menunaikan salat Ied. Azrina mengulaskan senyuman saat bertemu dengan beberapa bocah asal Indonesia, yang ikut bersama orang tua masing-masing. Puluhan menit terlewati, salat Iedul Fitri telah usai. Semua orang beranjak memasuki ruangan luas dan antre di beberapa meja prasmanan. Lilakanti mengambilkan makanan buat anaknya terlebih dahulu, kemudian dia mengambil opor, rendang dan sambal goreng kentang cukup banyak untuknya sendiri. Dia hanya menuangkan sedikit lontong ke piring. Kemudian Lilakanti meraih beberapa tusuk sate dan meletakkannya ke atas lontong. "Ma, yakin habis segitu banyak?" tanya Farisyasa, sesaat setelah Lilakanti menduduki kursi di sebelah kanannya.

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 59

    59Hari berganti menjadi minggu. Farisyasa telah pulih dan beraktivitas seperti biasa. Namun, dia terpaksa tidak berpuasa, sampai kondisi perutnya benar-benar sembuh. Lilakanti tetap menjadi Ibu rumah tangga sepenuhnya. Dia tidak mau Azrina sendirian jika ditinggal bekerja. Gadis kecil tersebut juga masih cuti sekolah, supaya bisa menjalankan ibadah puasa dengan lancar. Pagi itu, Farisyasa baru selesai mandi ketika Lilakanti menerobos ke toilet. Pria bermata sipit, terkejut melihat istrinya yang tengah mengeluarkan isi perut ke kloset. Dengan sigap, Farisyasa memegangi Lilakanti dengan tangan kiri. Sementara tangan kanannya memyambar selang shower kecil dan menyirami kloset hingga bersih. Setelahnya, Farisyasa menuntun Lilakanti ke kamar. Dia membantu menyelimuti perempuan tersebut yang mengeluh kedinginan. Farisyasa meraba dahi Lilakanti dan kaget karena kening istrinya panas. Pria yang hanya mengenakan handuk, mengambil termoteter dari laci untuk mengukur suhu tubuh Lilakanti.

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 58

    58Jalinan waktu terus berputar. Tibalah saat membahagiakan bagi seluruh umat Islam di dunia. Bulan Ramadhan menjadi waktu yang paling pas untuk memperbanyak ibadah. Sekaligus melatih kesabaran diri. Bagi Farisyasa dan yang lainnya, berpuasa di tempat di mana Islam adalah agama minoritas, menjadi satu tantangan tersendiri. Sebab mereka harus ekstra keras memperluas kesabaran, bila kebetulan menyaksikan orang-orang yang tengah makan ataupun minum di siang hari. Bila bagi orang dewasa, berpuasa di negeri orang sudah berat. Hal itu menjadi ujian paling sulit yang harus dijalani Azrina. Meskipun di sekolahnya, sang kepala sekolah sudah meminta murid-murid lain untuk tidak bersantap di depan Azrina, tetapi masih ada saja yang melakukannya tanpa sengaja. Seperti hari itu, Azrina menggigit bibir bawah saat menyaksikan seorang temannya tengah meminum susu cokelat. Gadis kecil bersweter biru benar-benar haus, hingga akhirnya Azrina menangis. Sang guru yang bernama Michelle, segera membujuk

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 57 - The Handsome Boy

    57Hari kedua di Quebec, Langdon mengajak rekan-rekannya mengunjungi keluarganya. Perjalanan hampir 30 menit itu usai, saat mereka tiba di pekarangan luas depan rumah besar berarsitektur khas Eropa. Lilakanti terperangah. Dia bahkan memegangi dinding dan pintu model klasik yang sangat disukainya, sembari bergumam sendiri. Kala kedua orang tua Langdon keluar untuk menyalami para tamu, Lilakanti langsung menerangkan kekagumannya akan bangunan itu. Percakapan dilanjutkan di ruang tamu yang terkesan hangat. Sekali lagi Lilakanti terpesona, dan dia sibuk mengamati cerobong asap model lama dengan detail batu bata merah ekspos. "Pa, bisa, nggak? Rumah kita dibikin kayak gini?" tanya Lilakanti setelah kembali duduk di sebelah kiri suaminya. "Bandung sudah panas. Nggak perlu bakaran," jawab Farisyasa. "Iya, nggak usah yang itu. Tapi, dindingnya Mama mau kayak gini." Farisyasa mengangkat alisnya. "Kalau renovasi total, nggak jauh dari 1 miliar, Ma." "Enggak perlu semua. Kamar kita, ruang

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 56

    56Jumat pagi, seunit mobil SUV biru tua melaju di jalan raya menuju bandara Vancouver. Langdon, supervisor proyek yang berada di kursi samping kiri sopir, menerangkan berbagai hal tentang Quebec pada penumpang lainnya. Quebec adalah provinsi di timur laut Kanada, yang merupakan provinsi terbesar dari 10 provinsi di negara itu. Sebagian besar penduduknya tinggal di bagian selatan provinsi tersebut.Sebagai salah satu provinsi pendiri Kanada dan satu-satunya provinsi dengan mayoritas penduduk berbahasa Prancis, pemerintah provinsi Quebec memiliki kendali yang signifikan atas urusan-urusannya.Langdon yang orang tuanya bermukim di pinggir Kota Quebec, begitu antusias menerangkan kota kelahirannya. Sesampainya di bandara, semua orang turun. Andi, Ibrahim dan Maher bergegas menurunkan semua koper dan tas travel dari bagasi, kemudian mereka ikut menyalami sang sopir yang akan kembali ke tempat proyek. Langdon dan Farisyasa jalan berdampingan sambil menyeret koper masing-masing. Lilakant

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 55

    55Detik terjalin menjadi menit. Putaran waktu merotasi hari hingga berganti ke minggu dan bulan. Musim dingin telah berakhir di Vancouver. Bunga-bunga bermekaran dengan indah untuk menyambut musim semi nan cerah. Lilakanti sudah memiliki teman-teman baru, yakni para penghuni apartemen tempatnya tinggal. Demikian pula dengan Azrina. Bahkan gadis kecil tersebut ikut bersekolah di kindegarten, yang letaknya tidak jauh dari bangunan apartemen. Selain berteman dengan penghuni, Lilakanti juga makin akrab dengan Thalita Pangestu, anak Tanvir Pangestu, sekaligus keponakan Linggha. Thalita dan Devi, sahabatnya, tengah menempuh pendidikan sarjana di tahun terakhir. Selain kuliah, keduanya juga menyambi kerja untuk mengelola kafe milik Falea, istri Benigno, yang dulu sempat menetap di Vancouver selama dua tahun.Lilakanti juga bekerja di kafe itu sebagai staf keuangan sekaligus kasir freelance. Waktu kerjanya dimulai dari jam 9 pagi hingga 3 sore.Lilakanti juga kian dekat dengan Rosemund al

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 54 - Rumah Pertama

    54Penerbangan lebih dari 20 jam telah tuntas. Kelompok pimpinan Ibrahim keluar dari pintu kedatangan bandara Vancouver. Mereka disambut sopir bus sewaan, dan seorang staf dari Janitra Grup. Farisyasa menggendong Azrina yang masih mengantuk, memasuki bus kecil dan menempati kursi terdekat dengan pintu. Lilakanti menduduki kursi di samping kiri Azrina, sedangkan Farisyasa berpindah ke kursi depan. Setelah memastikan semua penumpang masuk dan barang-barang terangkut, Ibrahim menaiki bus dan menempati kursi di sebelah kiri Farisyasa. Sopir melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang. Sang staf membagikan kotak kue, yang segera dinikmati para penumpang. "Mama, aku mau pegang salju," pinta Azrina sambil menunjuk ke luar kaca. "Nanti, nyampe di apartemen baru bisa pegang," jawab Lilakanti sembari merapikan rambut putrinya yang kusut. "Rambutnya dikepang aja, ya? Biar nggak berantakan," lanjutnya sambil memulai mengepang. "Mau minum susu." "Habis, Kak. Teh dulu, mau?" "Hu um." Azrina

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 53

    53Sesuai janji, Baron tiba di hotel menjelang jam 9 pagi. Dia datang bersama Deandre, Erfinda dan Nohan, serta membawakan titipan buah tangan dari keluarganya di Bogor. Farisyasa menyambut semua tamunya dengan ramah. Dia menjamu mereka di restoran hotel, supaya lebih bebas berbincang. Kala Baron meminta waktu untuk bermain bersama Azrina, Lilakanti terpaksa mengiakan. Perempuan bermata besar terus mengamati mantan suaminya yang sedang menemani Azrina berenang bersama Erfinda. "Kamu temui Wirya di kantornya, Re. Tanya jelas-jelas tentang tawaran dari para komisaris CRYSTAL," tukas Farisyasa. "Aku, Kasyafani dan yang lainnya cuma nanam saham. Lainnya, HWZ-ZUB yang urus," lanjutnya. "HWZ-ZUB?" tanya Deandre. "Hendri, Wirya, Zein, Zulfi, Ubaid dan Bayu," terang Farisyasa yang menjadikan Deandre tersenyum. "Aku harus banyak menghafal singkatan nama para bos." "Yang penting-penting saja." Farisyasa terdiam sejenak, kemudian dia melanjutkan perkataan. "Aku nggak bisa pegang banyak pe

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 52

    52Ruang rapat di lantai tiga kantor PG, siang itu terlihat ramai orang. Hampir semua anggota PG, PC dan PCD datang. Demikian pula staf ketiga perkumpulan itu, dan para pengawal muda PBK. Tio yang berdiri di podium, menyampaikan pidato yang cukup panjang mengenai berbagai kemajuan bisnis semua anggota perkumpulan tersebut. Selanjutnya, Tio memanggil belasan orang, yang segera maju ke depan. Para lelaki bersetelan jas hitam itu berdiri dan berbaris dengan rapi. Tatapan mereka arahkan pada khalayak yang juga memandangi mereka dengan saksama. "Teman-teman kita ini, adalah kloter pertama yang akan berangkat ke Kanada. Mereka akan menjadi pegawai beberapa proyek yang akan dimulai pengerjaannya bulan depan. Setelah musim dingin berakhir," ujar Tio. "Ethan yang mengantarkan teman-teman PG dan PC, akan tinggal di sana sampai tiga bulan mendatang. Ethan punya tugas khusus, yakni menghubungkan rekan-rekan kita dengan rekanan bisnis asli Kanada. Sekaligus membantu mereka untuk mempelajari ba

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status