Share

Bab 14

Author: Olivia Yoyet
last update Last Updated: 2025-01-12 11:19:29

14

Farisyasa tiba di kediaman orang tuanya, beberapa saat sebelum pukul 7 malam. Dia mendatangi sang ayah dan Ibu untuk menyalami mereka dengan takzim. Kemudian Farisyasa berpindah untuk bersalaman dengan pasangan tua di kursi seberang.

Pria berkemeja hijau tua memaksakan senyuman ketika menyalami perempuan berambut panjang, yang menatapnya penuh minat.

Farisyasa menghempaskan badan di antara kedua adiknya. Dharvan melirik sang akang yang balas memandanginya sesaat, sebelum mengalihkan pandangan ke depan.

Percakapan keempat orang tua tersebut berlanjut dengan berbagai bahasan. Farisyasa menyibukkan diri dengan membaca pesan-pesan di ponselnya.

Sudut bibir Farisyasa melengkungkan senyuman, seusai membaca percakapan rekan-rekannya di grup SG. Farisyasa terkekeh, kala pembicaraan itu berubah menjadi acara saling meledek teman-temannya.

"Kang, dipandangin para orang tua," bisik Dharvan sembari menepuk pelan lengan kanan akangnya.

Farisyasa berusaha menghentikan gelakak sambil berpur
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Al-rayan Sandi Sya
sekarang tempat datang Faris kala marah lilakanti yah ,gas lah jadikan sekalian rumah pulang. ayahnya Faris ku kira baik eh ternyata memikirkan harta dan kaya miskin yah
goodnovel comment avatar
Mispri Yani
duh pak Nazeem kata katanya menusuk banget ngatain miskin dan janda inget pak kalo anda punya anak perempuan juga jangan sampai di katain begitu karena nasib orang kedepan nya ngga ada yang tahu
goodnovel comment avatar
~•° Aishiteru °•~
aku suka dengan ketegasan faris. biar orang tua gak semena-mena
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 16

    15"Kenapa?" tanya Lilakanti setelah bisa menguasai diri. "Sandra dan orang tuanya datang. Lalu pembahasan tentang perjodohan membuatku kesal. Hingga aku akhirnya kembali menegaskan penolakan, dengan alasan sudah memiliki calon istri," jelas Farisyasa. "Aku dan Sandra bertengkar. Kemudian dia pergi bersama orang tuanya. Ayah marahin aku. Bahkan beliau juga mengungkit aibku di masa lalu." Farisyasa tidak menyebutkan hinaan ayahnya agar Lilakanti tidak tersinggung. "Aku belum cerita, kan?" tanya Farisyasa yang dibalas Lilakanti dengan anggukan. "Saat pernikahan pertama dulu, tingkahku sama brengseknya dengan mantan suamimu," ungkapnya yang mengejutkan perempuan tersebut. "Walaupun beda situasinya. Yaitu, aku sudah punya pacar, saat dipaksa menikahi Naura oleh nenekku," cakap Farisyasa. "Aku masih berhubungan dengan Malinka, pacarku. Padahal aku sudah menikah dengan Naura," sambungnya. "Selama hampir setahun menikah, aku sudah menzalimi Naura. Aku memang nggak pernah KDRT, tapi aku

    Last Updated : 2025-01-13
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 16

    16Semalaman itu Lilakanti kesulitan untuk tertidur. Dia berulang kali mengubah posisi badan, sebelum akhirnya menyerah dan bangkit duduk. Perempuan berdaster ungu, memandangi Azrina yang tidur di sebelah kanan sambil memeluk boneka ulat daunnya. Lilakanti mendengkus pelan, kemudian beringsut ke tepi kasur dan berdiri. Sekian menit berikutnya, perempuan berambut panjang telah bersimpuh di sajadah. Lilakanti memohon diberikan ketenangan batin. Terutama karena esok hari dirinya mungkin akan berjumpa dengan Baron. Selain itu, Lilakanti juga berdoa untuk kelancaran perjalanan besok pagi. Sekaligus untuk perjalanan pergi ke Pulau Seribu dan pulang ke Bandung di hari Minggu. Seusai menuntaskan salat tahajjud, Lilakanti mengemasi peralatan salat. Dia tiba-tiba merasa lapar dan segera keluar dari kamar. Tidak berselang lama, Lilakanti telah duduk di kursi depan televisi. Dia meneguk susu cokelat hangat, lalu menikmati kue pie yang tadi dibawakan Kakak iparnya, yang baru pulang dinas dari

    Last Updated : 2025-01-13
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 17

    17Jutaan bintang bertebaran di langit. Mereka berlomba-lomba memancarkan keelokannya, sembari menemani rembulan bertugas. Angin berembus kencang di sekitar restoran kawasan Jakarta Utara. Namun, hal itu tidak dihiraukan orang-orang yang memilih menempati meja di luar, daripada di dalam ruangan. Demikian pula dengan Farisyasa, Lilakanti, Azrina dan Andi. Mereka bersantap sambil berbincang santai mengenai beragam hal di sekeliling. Azrina yang baru kali itu diajak ke restoran dekat pantai, terkagum-kagum menyaksikan sekitar yang belum pernah dilihatnya. Gadis kecil berjaket merah muda bermotif Hello Kitty, tampak antusias mendengarkan penuturan Farisyasa mengenai tempat wisata, yang akan mereka kunjungi esok pagi. "Tidur awal, Na. Karena jam 7, speedboatnya sudah berangkat," ujar Farisyasa. "Ya, Om," balas Azrina. Farisyasa mengalihkan pandangan pada perempuan bermata besar yang tengah menyeruput jus jeruk. "Rina dibawain baju renang, nggak?" tanyanya. "Ada. Lengkap dengan sunb

    Last Updated : 2025-01-14
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 18

    18Baron menggertakkan gigi sesaat setelah melihat beberapa foto dan video, yang diunggah Lilakanti tadi sore. Hati Baron memanas, terutama karena melihat senyuman lebar mantan istrinya yang sedang duduk bersisian dengan pria bermata sipit. Baron bertambah dongkol, karena Azrina yang dipangku Farisyasa, terlihat memeluk leher pria tersebut sambil ikut tertawa. Baron tidak menyukai kedekatan anaknya dan Lilakanti dengan Farisyasa. Kekesalannya kian memuncak, kala di unggahan video terakhir, Farisyasa menggendong Azrina di punggung dan keduanya tertawa lebar. Pria berkulit kuning langsat menendangi meja. Baron meletakkan ponselnya ke sofa, lalu bangkit dan jalan mondar-mandir sepanjang unit apartemen sewaannya. Tiba-tiba bel pintu depan berbunyi. Baron mendekati benda besar bercat putih dan mengintip dari lubang kecil. Lalu dia membukakan pintu sambil memandangi perempuan berambut sebahu dengan tajam. "Mau apa kamu ke sini?" tanya Baron. "Aku mau ambil barang-barangku," jawab Cali

    Last Updated : 2025-01-14
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 19

    19Hari berganti. Pagi itu, Baron baru memasuki ruang kerja, ketika seorang pria berkemeja cokelat mengikuti langkahnya ke dalam. Nohan, asisten Baron, menarik kursi di depan meja putar dan mendudukinya. Dia menunggu sang bos duduk, kemudian Nohan menjelaskan kabar terbaru dari admin PG. "Ditolak?" tanya Baron. "Ya, Pak," jawab Nohan. "Kok, bisa begitu?" "Saya juga kurang paham. Nanti saya coba tanyakan lagi ke Pak Hamid." "Yang ngabarin ke kamu, siapa?" "Staf PG. Kalau nggak salah, dia asistennya Pak Tio." Baron mengerutkan dahi. "Artio Laksamana Pramudya?" "Betul." "Dia komisaris, kan. Apa memang urusan sepele gini, ditentukan sama dia?" "Enggak paham, Pak." Baron mendengkus. "Ya, sudah. Kamu tanyakan jelas-jelas pada Pak Hamid. Alasan kita ditolak itu kenapa." "Ya." Nohan berdiri. "Saya pamit, Pak," ungkapnya. Baron mengangguk mengiakan. Dia memandangi hingga pria muda yang sudah setahun menjadi asistennya, keluar dari ruangan. Baron mengalihkan pandangan ke kanan un

    Last Updated : 2025-01-15
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 20

    20 Selama beberapa hari berikutnya, Farisyasa nyaris tidak berhenti memikirkan Lilakanti. Dia ingin sekali menemui perempuan itu. Namun, Farisyasa masih dinas di Pontianak dan baru pulang esok hari. Setiap malam Farisyasa akan menelepon Lilakanti untuk mengetahui kondisi perempuan tersebut. Hal itu juga dimanfaatkan Farisyasa untuk berbincang sesaat dengan Azrina.Malam terakhir di Ibu Kota Provinsi Kalimantan Barat, digunakan Farisyasa untuk membeli oleh-oleh buat keluarga dan teman-temannya. Meskipun masih perang dingin dengan ayahnya, Farisyasa tetap menyiapkan bingkisan untuk kedua orang tuanya. Fadli, manajer operasional PG di Pontianak, mengantarkan Farisyasa dan Andi berkeliling. Fadli adalah Kakak Falea, istri Benigno Griffin Janitra, CEO Janitra Grup sekaligus anggota PG tim 3. Selain mereka, beberapa perwakilan dari PC juga ikut berwisata sekaligus perjalanan dinas ke kota yang terkenal dengan Tugu Khatulistiwa. Freddy Hanafi, wakil dari LCGL, Brayden Raffles, wakil dar

    Last Updated : 2025-01-15
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 21

    21Hari berganti. Pagi itu, Lilakanti tiba di kantornya beberapa menit sebelum pukul 8. Lilakanti menyapa resepsionis dengan ramah, yang membalas dengan menerangkan jika ada tamu di atas. Lilakanti mengerutkan dahi, lalu dia menaiki tangga sambil berpegangan ke tepi. Sesampainya di lantai dua, Lilakanti terkejut melihat orang yang tengah duduk di kursi ruang tunggu. Dia berhenti sesaat, sebelum menyambangi pria tersebut dan menyalaminya dengan takzim. "Bapak nggak ngasih kabar mau ke sini. Kalau tahu, aku mau nyiapin suguhaan," tutur Lilakanti. "Tidak perlu. Saya juga hanya sebentar di sini," jawab Nazeem. "Sehat, Pak?" "Alhamdulillah. Kamu?" "Saya juga sehat." Nazeem mengangguk paham. Dia memajukan badan sambil memerhatikan perempuan di hadapannya dengan saksama. "Saya langsung saja," ujar Nazeem. "Silakan, Pak," balas Lilakanti. "Apa kamu dan Faris benar-benar serius menjalin hubungan?" Lilakanti tertegun sesaat, lalu dia menyahut, "Ya." "Apa kamu sudah tahu, kalau saya

    Last Updated : 2025-01-16
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 22

    22Siang itu, Lilakanti baru akan keluar dari ruang kerja, ketika seorang pria berkemeja cokelat memasuki ruangan. Lilakanti terpaku sesaat, sebelum mempersilakan tamunya duduk. Perempuan bersetelan blazer biru muda, kembali menempati kursinya. Dia berpura-pura membereskan meja kerja, sembari menunggu lelaki di kursi seberang mengatakan sesuatu. "Kamu sudah makan, La?" tanya Baron. "Belum. Ini, aku baru mau keluar," jawab Lilakanti. "Bareng, yuk? Sudah lama kita nggak makan sama-sama." Lilakanti mengangkat alisnya. "Aku nggak salah dengar, nih?" "Enggak. Aku datang ke sini memang mau ngajak kamu keluar." "Hmm, aku lagi malas jalan jauh." "Lalu, mau cari makan di mana?" "Di sebelah kanan ada warung makan. Aku mau ke sana." "Oke. Aku ikut." "Yakin mau makan di tempat murah?" Baron tertegun sesaat, lalu dia menyahut, "Aku dulu juga makannya di tempat sederhana." Lilakanti menyunggingkan senyuman miring. "Bukannya Mas lebih suka restoran mahal?" "Sekali-sekali makan yang bia

    Last Updated : 2025-01-16

Latest chapter

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 60

    60Jalinan masa terus berjalan. Tibalah hari yang ditunggu-tunggu semua umat Islam di seluruh dunia. Farisyasa dan Lilakanti serta yang lainnya berangkat menuju gedung KBRI di pusat kota, dengan menggunakan tiga mobil SUV. Sesampainya di tempat tujuan, mereka turun dan bergabung dengan banyak orang, yang juga hendak menunaikan salat Ied. Azrina mengulaskan senyuman saat bertemu dengan beberapa bocah asal Indonesia, yang ikut bersama orang tua masing-masing. Puluhan menit terlewati, salat Iedul Fitri telah usai. Semua orang beranjak memasuki ruangan luas dan antre di beberapa meja prasmanan. Lilakanti mengambilkan makanan buat anaknya terlebih dahulu, kemudian dia mengambil opor, rendang dan sambal goreng kentang cukup banyak untuknya sendiri. Dia hanya menuangkan sedikit lontong ke piring. Kemudian Lilakanti meraih beberapa tusuk sate dan meletakkannya ke atas lontong. "Ma, yakin habis segitu banyak?" tanya Farisyasa, sesaat setelah Lilakanti menduduki kursi di sebelah kanannya.

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 59

    59Hari berganti menjadi minggu. Farisyasa telah pulih dan beraktivitas seperti biasa. Namun, dia terpaksa tidak berpuasa, sampai kondisi perutnya benar-benar sembuh. Lilakanti tetap menjadi Ibu rumah tangga sepenuhnya. Dia tidak mau Azrina sendirian jika ditinggal bekerja. Gadis kecil tersebut juga masih cuti sekolah, supaya bisa menjalankan ibadah puasa dengan lancar. Pagi itu, Farisyasa baru selesai mandi ketika Lilakanti menerobos ke toilet. Pria bermata sipit, terkejut melihat istrinya yang tengah mengeluarkan isi perut ke kloset. Dengan sigap, Farisyasa memegangi Lilakanti dengan tangan kiri. Sementara tangan kanannya memyambar selang shower kecil dan menyirami kloset hingga bersih. Setelahnya, Farisyasa menuntun Lilakanti ke kamar. Dia membantu menyelimuti perempuan tersebut yang mengeluh kedinginan. Farisyasa meraba dahi Lilakanti dan kaget karena kening istrinya panas. Pria yang hanya mengenakan handuk, mengambil termoteter dari laci untuk mengukur suhu tubuh Lilakanti.

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 58

    58Jalinan waktu terus berputar. Tibalah saat membahagiakan bagi seluruh umat Islam di dunia. Bulan Ramadhan menjadi waktu yang paling pas untuk memperbanyak ibadah. Sekaligus melatih kesabaran diri. Bagi Farisyasa dan yang lainnya, berpuasa di tempat di mana Islam adalah agama minoritas, menjadi satu tantangan tersendiri. Sebab mereka harus ekstra keras memperluas kesabaran, bila kebetulan menyaksikan orang-orang yang tengah makan ataupun minum di siang hari. Bila bagi orang dewasa, berpuasa di negeri orang sudah berat. Hal itu menjadi ujian paling sulit yang harus dijalani Azrina. Meskipun di sekolahnya, sang kepala sekolah sudah meminta murid-murid lain untuk tidak bersantap di depan Azrina, tetapi masih ada saja yang melakukannya tanpa sengaja. Seperti hari itu, Azrina menggigit bibir bawah saat menyaksikan seorang temannya tengah meminum susu cokelat. Gadis kecil bersweter biru benar-benar haus, hingga akhirnya Azrina menangis. Sang guru yang bernama Michelle, segera membujuk

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 57 - The Handsome Boy

    57Hari kedua di Quebec, Langdon mengajak rekan-rekannya mengunjungi keluarganya. Perjalanan hampir 30 menit itu usai, saat mereka tiba di pekarangan luas depan rumah besar berarsitektur khas Eropa. Lilakanti terperangah. Dia bahkan memegangi dinding dan pintu model klasik yang sangat disukainya, sembari bergumam sendiri. Kala kedua orang tua Langdon keluar untuk menyalami para tamu, Lilakanti langsung menerangkan kekagumannya akan bangunan itu. Percakapan dilanjutkan di ruang tamu yang terkesan hangat. Sekali lagi Lilakanti terpesona, dan dia sibuk mengamati cerobong asap model lama dengan detail batu bata merah ekspos. "Pa, bisa, nggak? Rumah kita dibikin kayak gini?" tanya Lilakanti setelah kembali duduk di sebelah kiri suaminya. "Bandung sudah panas. Nggak perlu bakaran," jawab Farisyasa. "Iya, nggak usah yang itu. Tapi, dindingnya Mama mau kayak gini." Farisyasa mengangkat alisnya. "Kalau renovasi total, nggak jauh dari 1 miliar, Ma." "Enggak perlu semua. Kamar kita, ruang

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 56

    56Jumat pagi, seunit mobil SUV biru tua melaju di jalan raya menuju bandara Vancouver. Langdon, supervisor proyek yang berada di kursi samping kiri sopir, menerangkan berbagai hal tentang Quebec pada penumpang lainnya. Quebec adalah provinsi di timur laut Kanada, yang merupakan provinsi terbesar dari 10 provinsi di negara itu. Sebagian besar penduduknya tinggal di bagian selatan provinsi tersebut.Sebagai salah satu provinsi pendiri Kanada dan satu-satunya provinsi dengan mayoritas penduduk berbahasa Prancis, pemerintah provinsi Quebec memiliki kendali yang signifikan atas urusan-urusannya.Langdon yang orang tuanya bermukim di pinggir Kota Quebec, begitu antusias menerangkan kota kelahirannya. Sesampainya di bandara, semua orang turun. Andi, Ibrahim dan Maher bergegas menurunkan semua koper dan tas travel dari bagasi, kemudian mereka ikut menyalami sang sopir yang akan kembali ke tempat proyek. Langdon dan Farisyasa jalan berdampingan sambil menyeret koper masing-masing. Lilakant

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 55

    55Detik terjalin menjadi menit. Putaran waktu merotasi hari hingga berganti ke minggu dan bulan. Musim dingin telah berakhir di Vancouver. Bunga-bunga bermekaran dengan indah untuk menyambut musim semi nan cerah. Lilakanti sudah memiliki teman-teman baru, yakni para penghuni apartemen tempatnya tinggal. Demikian pula dengan Azrina. Bahkan gadis kecil tersebut ikut bersekolah di kindegarten, yang letaknya tidak jauh dari bangunan apartemen. Selain berteman dengan penghuni, Lilakanti juga makin akrab dengan Thalita Pangestu, anak Tanvir Pangestu, sekaligus keponakan Linggha. Thalita dan Devi, sahabatnya, tengah menempuh pendidikan sarjana di tahun terakhir. Selain kuliah, keduanya juga menyambi kerja untuk mengelola kafe milik Falea, istri Benigno, yang dulu sempat menetap di Vancouver selama dua tahun.Lilakanti juga bekerja di kafe itu sebagai staf keuangan sekaligus kasir freelance. Waktu kerjanya dimulai dari jam 9 pagi hingga 3 sore.Lilakanti juga kian dekat dengan Rosemund al

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 54 - Rumah Pertama

    54Penerbangan lebih dari 20 jam telah tuntas. Kelompok pimpinan Ibrahim keluar dari pintu kedatangan bandara Vancouver. Mereka disambut sopir bus sewaan, dan seorang staf dari Janitra Grup. Farisyasa menggendong Azrina yang masih mengantuk, memasuki bus kecil dan menempati kursi terdekat dengan pintu. Lilakanti menduduki kursi di samping kiri Azrina, sedangkan Farisyasa berpindah ke kursi depan. Setelah memastikan semua penumpang masuk dan barang-barang terangkut, Ibrahim menaiki bus dan menempati kursi di sebelah kiri Farisyasa. Sopir melajukan kendaraan dengan kecepatan sedang. Sang staf membagikan kotak kue, yang segera dinikmati para penumpang. "Mama, aku mau pegang salju," pinta Azrina sambil menunjuk ke luar kaca. "Nanti, nyampe di apartemen baru bisa pegang," jawab Lilakanti sembari merapikan rambut putrinya yang kusut. "Rambutnya dikepang aja, ya? Biar nggak berantakan," lanjutnya sambil memulai mengepang. "Mau minum susu." "Habis, Kak. Teh dulu, mau?" "Hu um." Azrina

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 53

    53Sesuai janji, Baron tiba di hotel menjelang jam 9 pagi. Dia datang bersama Deandre, Erfinda dan Nohan, serta membawakan titipan buah tangan dari keluarganya di Bogor. Farisyasa menyambut semua tamunya dengan ramah. Dia menjamu mereka di restoran hotel, supaya lebih bebas berbincang. Kala Baron meminta waktu untuk bermain bersama Azrina, Lilakanti terpaksa mengiakan. Perempuan bermata besar terus mengamati mantan suaminya yang sedang menemani Azrina berenang bersama Erfinda. "Kamu temui Wirya di kantornya, Re. Tanya jelas-jelas tentang tawaran dari para komisaris CRYSTAL," tukas Farisyasa. "Aku, Kasyafani dan yang lainnya cuma nanam saham. Lainnya, HWZ-ZUB yang urus," lanjutnya. "HWZ-ZUB?" tanya Deandre. "Hendri, Wirya, Zein, Zulfi, Ubaid dan Bayu," terang Farisyasa yang menjadikan Deandre tersenyum. "Aku harus banyak menghafal singkatan nama para bos." "Yang penting-penting saja." Farisyasa terdiam sejenak, kemudian dia melanjutkan perkataan. "Aku nggak bisa pegang banyak pe

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 52

    52Ruang rapat di lantai tiga kantor PG, siang itu terlihat ramai orang. Hampir semua anggota PG, PC dan PCD datang. Demikian pula staf ketiga perkumpulan itu, dan para pengawal muda PBK. Tio yang berdiri di podium, menyampaikan pidato yang cukup panjang mengenai berbagai kemajuan bisnis semua anggota perkumpulan tersebut. Selanjutnya, Tio memanggil belasan orang, yang segera maju ke depan. Para lelaki bersetelan jas hitam itu berdiri dan berbaris dengan rapi. Tatapan mereka arahkan pada khalayak yang juga memandangi mereka dengan saksama. "Teman-teman kita ini, adalah kloter pertama yang akan berangkat ke Kanada. Mereka akan menjadi pegawai beberapa proyek yang akan dimulai pengerjaannya bulan depan. Setelah musim dingin berakhir," ujar Tio. "Ethan yang mengantarkan teman-teman PG dan PC, akan tinggal di sana sampai tiga bulan mendatang. Ethan punya tugas khusus, yakni menghubungkan rekan-rekan kita dengan rekanan bisnis asli Kanada. Sekaligus membantu mereka untuk mempelajari ba

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status