Share

Kepincut Duda Berjanggut
Kepincut Duda Berjanggut
Penulis: Olivia Yoyet

Bab 01 - Calon Suami

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 12:18:22

01

Ketukan palu hakim pengadilan agama Bandung yang menandakan bahwa sidang perceraian telah usai, membuat hati Lilakanti Risniar hancur berkeping-keping.

Perempuan berambut sebahu itu sekuat tenaga menahan tangisan yang hampir keluar. Dia menggigit bibir bawah sambil mempererat pegangan ke tangan Anita, sahabat karibnya. 

Lilakanti berdiri dengan kaki yang sedikit goyah. Dia tetap berpegangan pada Anita yang menuntunnya menuju meja hakim dan menyalami pria berkumis tipis yang memandanginya dengan sorot mata prihatin. Kemudian Lilakanti dan Anita menyambangi tim kuasa hukum untuk berbincang sesaat. 

Sementara pria yang berada tidak jauh dari tempat Lilakanti dan Anita berdiri, menyalami hakim dengan wajah semringah. Sekilas pria tersebut melirik Lilakanti, kemudian membalikkan tubuh dan jalan bersama pengacaranya ke luar ruang sidang. 

Lilakanti menatap punggung Baron dengan hati yang sangat hancur. Pengabdiannya selama lima tahun lebih pernikahan ternyata tidak berarti apa-apa buat Baron. Bahkan, pria berusia tiga puluh tiga tahun tersebut seolah-olah tidak peduli dengan keberadaan perempuan yang sangat setia padanya. 

"Mau langsung pulang atau gimana?" tanya Anita dengan suara pelan. Sebagai seorang sahabat yang sudah menemani Lilakanti dari masa SMU dulu, membuatnya sangat paham dengan kerapuhan hati sahabat baiknya tersebut. 

"Aku ... mau ke kafe aja," jawab Lilakanti dengan lirih. 

"Kamu yakin?" 

Lilakanti mengangguk dengan lemah. Dia belum sanggup untuk pulang ke rumah dan berhadapan dengan anaknya, Azrina Althafia. Lilakanti takut dia akan menangis di hadapan sang putri, karena malaikat kecilnya itu tidak boleh mengetahui kehancuran hatinya. 

Kedua perempuan tersebut berjalan sambil bergandengan tangan menuju tempat parkir. Mereka berhenti tepat di teras pengadilan agama dan memandangi seunit mobil sedan merah yang melintas. Sementara pengemudinya sama sekali tidak menghiraukan mereka. 

"Boleh nggak kalau aku lemparin batu ke kepalanya?" tanya Anita sambil memelototi mobil milik Baron.

"Terus dia benjut, gitu, ya?" Lilakanti balas bertanya. 

"Hu um, kalau perlu sekalian kucakar itu muka sok gantengnya!" 

"Dia memang ganteng, Nit." 

"Kamu masih aja muji-muji. Padahal dia udah nyakitin kamu," keluh Anita. Dia benar-benar tidak mengerti bagaimana sahabatnya itu bisa bertahan untuk sabar, padahal mantan suaminya tersebut telah menyakiti hati sedemikian rupa. 

Lilakanti mengulaskan senyuman tipis. Dia mengalihkan pandangan dan mengajak Anita menuju mobilnya. Beberapa saat kemudian mobil sedan putih telah melaju menjauhi area parkir. 

Lilakanti memandangi langit siang hari yang mendung, seakan-akan menggambarkan perasaannya saat itu.

Perempuan bermata cokelat tua, menghela napas berat dan mengembuskannya perlahan. Dia melakukan hal itu berulang kali, berharap bisa sedikit membantu dirinya agar bisa lebih tenang. 

Sepanjang perjalanan menuju kafe milik Anita, Lilakanti merenungi nasibnya. Dia menyesal telah memilih Baron untuk menjadi suami. Padahal kedua orang tuanya tidak menyetujui hal itu, karena Baron dinilai kurang sopan dan egois. 

Lilakanti tidak menduga jika karakter Baron benar-benar buruk. Berbanding terbalik dengan arti namanya yang bagus. Selain itu, Lilakanti juga menyesal telah berbuat baik pada keluarga Baron. Padahal mereka tidak mengindahkannya yang dianggap sebagai perempuan miskin. 

Hanya Deandre, Adik Baron yang bersikap baik padanya. Deandre pula yang rajin mengunjungi Azrina dan bermain dengannya. Sedangkan keluarga Baron yang lainnya mengabaikan Azrina.

Dulu, Lilakanti bertahan karena sangat mencintai Baron. Dia meyakini jika pria tersebut juga mencintainya. Namun, semuanya hancur, justru di saat karier Baron menanjak, hingga dipercaya bosnya untuk menjadi direktur operasional. 

Lilakanti yang mendukung karier Baron, harus menerima kenyataan pahit. Suaminya kian sombong dan akhirnya berselingkuh dengan seorang model muda bernama Calista.

Setibanya di kafe kecil milik Anita, kedua perempuan itu turun dan bergegas masuk sambil menutupi kepala dengan tas agar tidak kehujanan. 

"Tin, aku pesan menu yang biasa," ujar Anita pada Titin, asistennya yang bertugas sebagai kasir. 

"Siap, Bos," jawab Titin. Dia mengalihkan pandangan ke Lilakanti. "Teteh mau pesan apa?" tanyanya. 

"Aku nggak lapar," sahut Lilakanti.

"Pesenin aja menu kesukaannya. Dia akan makan. Kalau perlu ... kupaksa!" ancam Anita sembari menggusur tubuh sahabatnya ke meja terdekat. 

"Aku beneran nggak lapar, Nit," tolak Lilakanti.

"Mau lapar atau nggak, kamu tetap harus makan. Bukan buatmu, tapi buat Azrina!" tegas Anita. 

Lilakanti terdiam sesaat, saat itu dia harus mengakui bahwa ucapan Anita itu benar. Dia tidak boleh egois. Bila dia sakit, atau hancur, lalu bagaimana nasib Azrina kelak. Padahal hanya mereka berdua sekarang yang mesti berjuang hidup, tanpa Baron. 

***

Waktu bergulir dengan kecepatan maksimal. Perlahan tetapi pasti, Lilakanti sudah bisa menata hati dan kehidupannya. Bersama Azrina, Lilakanti sangat menikmati masa-masa tenang dan membahagiakan.

Hari itu, keluarga besar Lilakanti tengah berbahagia. Harun, Adik sepupu Lilakanti telah mempersunting gadis pujaannya, Sherli Marlina. Pernikahan mereka dilangsungkan dengan meriah di sebuah gedung pertemuan di kawasan Buah Batu.

Keluarga besar Lilakanti sangat bangga pada Harun yang berhasil menjadi salah satu pengawal andalan PBK, perusahaan jasa keamanan terkemuka di Indonesia. 

Pesta pernikahan yang megah buat Harun dan Sherli, juga merupakan hadiah dari para petinggi PBK yang dikenal sebagai 7 Power Rangers. Yakni, Alvaro Gustav Baltissen, Yanuar Kaisar, Wirya Arudji Kartawinata, Zulfi Hamizhan, Yoga Pratama, Andri Kaushal dan Haryono Abisatya Putra Daryana. 

Wedding organizer yang menjadi penanggung jawab acara tersebut adalah milik Mutiara Iryana dan Edelweiss Indira Kusuma. Mutiara merupakan istri dari Arkhan Maheswara. Sedangkan Edelweiss adalah istri Axelle Dante Adhitama.

Lilakanti bekerja sebagai staf di WO itu cabang Bandung, sejak setahun terakhir. Dia dulu pernah bekerja di perusahaan sejenis. Namun, seusai menikah, Baron memintanya berhenti bekerja dan fokus mengurus rumah tangga. 

Harun menjadi penghubung Lilakanti hingga bisa menemui Mutiara dan Edelweiss untuk melamar pekerjaan. Lilakanti sangat bersyukur, di tengah carut-marut kehidupannya, ada orang yang mau mengulurkan tangan membantunya. Hingga Lilakanti bisa menghidupi dirinya dan Azrina dengan layak. 

"Teh, bisa tolong antarkan ini ke meja bos PC?" pinta Hasna, Adik Harun sambil mengulurkan nampan penuh cangkir kopi dan teh. 

"Bisa. Sini, Teteh yang nganterin," sahut Lilakanti sembari mengambil nampan dari sepupunya. 

"Punten, ya, Teh Aku lagi repot di stand makanan." 

"Enggak apa-apa. Teteh juga lagi nyantai. Kamu langsung kembali ke sana." 

Hasna mengangguk mengiakan. Dia berbalik dan jalan cepat menuju tempat tugasnya. Sementara Lilakanti mengayunkan tungkai menuju tempat VIP khusus bos PG dan PC. 

Lilakanti mengulaskan senyuman setibanya di tempat tujuan. Dia meletakkan nampan ke meja, kemudian menyajikan minuman buat kesepuluh orang tersebut. 

Lilakanti tidak menyadari bila dirinya diperhatikan pria berjas biru tua di kursi sebelah kanan. Setelah menuntaskan tugas, Lilakanti berpamitan pada orang-orang tersebut dan segera menjauh. 

Perempuan bersetelan kebaya abu-abu melenggang menuju stand minuman. Dia hendak mengambilkan sop buah buat putrinya, ketika satu suara yang sangat dikenalnya memanggil dari belakang. 

Tubuh Lilakanti menegang. Dia mengerjap-ngerjapkan mata sambil menenangkan diri. Kemudian dia memutar badan untuk berhadapan dengan Baron dan Calista.

"Ternyata kamu memang tidak berubah. Dari dulu gemar sekali menjadi pembantu," ledek Baron. 

"Kenapa memangnya? Ini pesta adikku. Sudah sewajarnya aku turut membantu," jawab Lilakanti sambil berusaha tetap tenang. 

"Posisi ini memang pantas buatmu." 

"Mungkin begitu, seenggaknya aku masih berguna buat orang lain. Bukan menjadi parasit." 

"Justru kamu itu parasit. Selama menikah, kamu numpang hidup sama aku!" 

"Kan, kamu yang memintaku berhenti kerja. Lagi pula, kalau memang tidak mau menafkahi, nggak usah nikah. Bikin repot orang aja." 

"Kamu memang nggak tahu diuntung! Sudah bagus aku menjadikanmu istri dan memberimu hidup nyaman!" 

"Justru itu yang sangat kusesali. Mengenal dan menikah denganmu. Dasar, Brengsek!" 

"Sudahlah, Mas. Jangan bertengkar," sela Calista sambil mengusap lengan Baron. "Enggak perlu beradu mulut dengan sampah," cibirnya. 

"Heh! Kamu bilang aku sampah? Lalu, pelakor dan perebut suami orang, itu namanya apa? Septic tank!" hardik Lilakanti. Dia benar-benar sudah tidak bisa bersabar menghadapi hinasn Calista. 

"Mbak, harusnya kamu ngaca, deh. Lihatlah, penampilan kita beda jauh. Kamu nggak bisa mengurus diri. Makanya ditinggal suami, dan nggak laku lagi," hina Calista.

"Siapa bilang nggak laku? Aku bisa mendapatkan orang yang jauh lebih kaya dan tampan dibandingkan si brengsek ini!" 

"Buktikan saja. Aku sama sekali tidak percaya kamu sanggup melakukan itu." 

"Ada apa, Sayang?" tanya seorang pria yang telah berada di samping kiri Lilakanti. "Kenapa ribut-ribut? Lihat, kalian ditonton banyak orang," lanjutnya sambil memindai sekitar. 

Lilakanti terkejut menyaksikan pria yang tadi diantarkan minuman olehnya, telah memanggilnya dengan sebutan sayang. Otak Lilakanti berputar cepat, hingga dia meyakini jika lelaki tersebut tengah berakting dan Lilakanti akan mengimbanginya. 

"Ini, mantan suamiku dan septic tank. Maksudku, selingkuhannya," terang Lilakanti seraya memaksakan senyuman. 

"Oh, yang kamu ceritakan itu, ya?" tanya pria berjas biru. 

Lilakanti mengangguk mengiakan. Dia kaget ketika pria tersebut mengulurkan tangan kanannya pada Baron, yang sempat terdiam sesaat sebelum berjabatan. 

"Perkenalkan, saya, Farisyasa Kagendra. Calon suaminya," ungkap pria berparas tampan seraya mengulaskan senyuman. 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
~•° Aishiteru °•~
di bab pertama udah di ajak naik rollercoaster sama mak OY ............
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 02 - Kekasih Bayaran

    02Lilakanti sangat menikmati perubahan ekspresi wajah Baron. Pria itu kentara sekali tengah terkejut mendengar penuturan lelaki berjanggut di samping kiri Lilakanti. "Ehm, Kagendra Grup, betul?" tanya Baron setelah bisa menguasai diri. "Ya," jawab Farisyasa. "Apanya Pak Nazeem?" "Saya anak tertua beliau." "Ehm, ya." "Kamu kerja di mana?""DS Grup." "Salam buat Om Ghandi." "Ya, nanti saya sampaikan." Farisyasa menoleh ke kanan. "Sayang, kita ditunggu Koko Dante di ruang VIP," ungkapnya yang dibalas anggukan Lilakanti. Farisyasa kembali mengarahkan pandangan ke depan. "Sorry, saya ada pertemuan dengan keluarga Adhitama. Permisi," cakapnya seraya tersenyum. Baron tidak menyahut dan hanya mengangguk. Dia mengamati pria yang menggandeng lengan kiri Lilakanti sembari bergerak menjauh. "Mas, dia siapa?" tanya Calista sembari memerhatikan pasangan yang tengah melenggang dengan santai. "Tadi dia bilang anak tertua Pak Nazeem. Berarti CEO Kagendra Grup," jelas Baron."Kok, pembant

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 03 - Interogasi

    03Malam itu, suasana di sebuah restoran di pusat Kota Bandung terlihat ramai. Semua orang merupakan undangan untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan Nazeem Kagendra dan Rumaisha yang ke-35 tahun. Hampir setiap tahun pasangan tua tersebut merayakan hari jadi pernikahan mereka. Keduanya melakukan itu untuk memberikan contoh yang baik buat semua anak dan cucu keluarga Kagendra. Mobil yang dikemudikan Andi berhenti di tempat parkir paling belakang. Pria berkemeja batik merah keluar dan membukakan pintu buat bosnya. Kemudian Andi memutari mobil untuk membuka pintu sisi kiri. Lilakanti keluar sembari mengucapkan terima kasih pada Andi. Perempuan bergaun biru tua mengilat yang warnanya sama dengan jas Farisyasa, memandangi bangunan besar di hadapannya dengan dada berdebar-debar. "Ayo," ajak Farisyasa. Lilakanti mengangguk, sebelum mengayunkan tungkai menuju anak tangga di dekat teras. Perempuan bermata besar, tertegun kala Farisyasa mengarahkan lengan kirinya agar digamit Lilakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 04

    04Hari berganti hari. Semenjak pertemuannya malam itu dengan Lilakanti, Farisyasa mulai sering memikirkan perempuan tersebut. Dia penasaran dengan kehidupan Lilakanti saat masih bersama Ayah Azrina. Terutama karena perempuan berambut panjang itu tetap diam saat ditanya Farisyasa, tentang penyebab matanya berkaca-kaca. Farisyasa bisa menebak mungkin dulunya kehidupan rumah tangga Lilakanti dan mantan suaminya, tidak berjalan dengan baik. Farisyasa teringat pernikahannya bersama Naura Charisma. Betapa Farisyasa menyesali sikapnya yang tak jauh berbeda dibandingkan Baron, yakni menyia-nyiakan istri. Terbayang kembali kenangan 4 tahun silam, di mana Farisyasa terpaksa menikahi Naura atas permintaan almarhumah neneknya, yang merupakan kerabat jauh Naura. Kendatipun tidak saling mencintai, tetapi Naura melayani Farisyasa dengan bersungguh-sungguh. Perempuan tersebut bahkan rela berhenti bekerja hanya demi menjadi Ibu rumah tangga sepenuhnya. Akan tetapi, saat itu Farisyasa tengah mab

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 05

    05Grup Tim 3 PC Yoga Pratama : @Kang Farisyasa, posisi di mana? Farisyasa Kagendra : Di ruang tunggu bandara. Idris Darusman ; Mau ke mana, @Farisyasa? Farisyasa : Singapura, @Bang Idris. Hendri Danantya : Bohong. Kang Farisyasa mau ke Yunani. Farzan Bramanty : Dia ngapel Dewi Athena?Nandito Sumitro : Bukan. Kang Farisyasa mau mandiin patung Dewa Zeus.Bertrand Luiz : Salah. Dia mau ngapel aku. Jevera Patibrata : Muncul aja orang Spanyol, chat langsung kacau. Olavius Aristide : Aku lagi meeting, nahan ketawa sampai kentut. Darius Prabaswara : Ya, ampun, Mas @Olavius. Aku ngakak! Farisyasa : Baek-baek ada ampasnya, @Olavius. Yoga : Buruan cebok! Idris : Aku ngikik, dipandangi Pak Sultan.Hendri : Yang lagi rapat, dimohon serius, ya. Farzan : Mana bisa serius kalau chat grup ini on. Nandito : Grup utama lagi heboh. Bertrand : Ada apaan? Aku belum cek ke sana. Jevera : Katanya, PC mau dipecah dua. Olavius : Beneran? Darius : Aku baru dengar. Farisyasa : Masih wacana,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 06

    06Di luar dugaan Lilakanti, ternyata dirinya dan Azrina disambut Nazeem serta Rumaisha dengan ramah. Begitu pula dengan Elmeira, yang langsung mengajak Azrina bermain ayunan di halaman belakang. Lilakanti yang sedang berada di ruang tengah, sekali-sekali akan memandangi putrinya yang terlihat senang di ayunan. Lilakanti turut tersenyum jika mendengar tawa Azrina yang sedang dicandai Elmeira. "Jadi, saat kamu bercerai dulu, Azrina baru berumur 3 tahun?" tanya Nazeem sembari memerhatikan perempuan bergaun hijau muda di kursi seberang. "Belum sampai 3 tahun, Pak. Sekitar 2 tahun 8 bulan," terang Lilakanti. "Apa dia tidak merindukan papanya?" "Saya rasa nggak. Karena saat kami masih bersama pun, papanya sibuk di luar rumah dan jarang punya waktu buat Azrina." Nazeem tertegun sesaat. Dia melirik putra sulungnya yang tengah menunduk. "Maksudmu, mantan suami termasuk orang yang tidak perhatian?" "Saya sebenarnya tidak mau membuka cerita lama, Pak. Tapi memang itu kenyataannya." Naze

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 07

    07Suasana rapat di kantor HnB yang semula tenang, seketika berubah ricuh akibat perdebatan Arudra dan Arman. Keduanya saling memelototi sembari bergaya aneh-aneh yang menimbulkan gelakak hadirin. Bayu Setiawan, Ayah Arman, hanya bisa menggeleng menyaksikan tingkah putra ketiganya yang masih saling meledek dengan Arudra. Perkelahian pura-pura itu pun usai, setelah Hadrian Danadyaksha dan Linggha Atthaya Pangestu turun tangan mendamaikan kedua belah pihak yang sedang berseteru. "Sudah, cukup bercandanya," tukas Bayu. "Saya mau ketemu Hilman, kalian lanjutkan rapatnya," ungkapnya sambil berdiri dan merapikan jas biru tua yang dikenakannya. Farisyasa dan rekan-rekannya serentak berdiri untuk menyalami komisaris 2 HnB Grup. Kemudian mereka duduk kembali dan memandangi Arman yang masih berdiri di ujung kanan meja. "Fokusku sudah buyar, gara-gara si borokokok eta!" sungut Arman sambil mendelik pada putra sulung Rahmadi Janardana. "Didinya nu mulai ti heula," sanggah Arudra sembari mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 08

    08Pekikan Azrina menyambut kehadiran Farisyasa pagi itu. Pria berkemeja putih pas badan, turun dari mobil dan jalan menuju teras rumah, di mana Azrina telah menunggu. Hati Farisyasa menghangat kala Azrina menyalaminya dengan takzim. Pria berjanggut membiarkan dirinya ditarik gadis kecil yang rambutnya dikuncir dua, memasuki ruang tamu. Farisyasa menyalami Damhuri dan Salma. Mereka berbincang sesaat, sembari menunggu Lilakanti keluar. Ketika perempuan tersebut muncul, Farisyasa spontan mengulaskan senyuman yang dibalas hal serupa oleh Lilakanti. "Kita langsung berangkat. Teman-teman sudah nunggu di kantor PC," tukas Farisyasa. Lilakanti tidak menyahut. Dia langsung menyalami kedua orang tuanya dengan takzim. Farisyasa dan Azrina menyusul berpamitan pada pasangan tua tersebut. Kemudian ketiganya mengayunkan tungkai menuju mobil. Damhuri memerhatikan hingga mobil MPV hitam bergerak menjauh. Dia masih penasaran dengan hubungan sang putri dan Farisyasa, yang diakui Lilakanti sebagai

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 09

    09Pesta pernikahan Daffin, Adik bungsu Andra Kastara, anggota tim 3 PG, malam itu berlangsung meriah. Ballroom hotel bintang lima di kawasan Jakarta Selatan, terlihat ramai orang dengan berbagai tampilan. Andra dan Elena, istrinya, tampak sibuk berkeliling untuk menyapa semua tamu mereka. Terutama yang berasal dari PG, PC dan PBK. Selain para pengusaha muda, beberapa pebisnis senior juga turut hadir. Sultan Pramudya, Gustavo Baltissen, Frederick Adhitama, Frans Adhitama, Finley Adhitama, Katon Hayaka, Rafael Janitra, Peter Aryeswara, Ahmad Yafiq Latief, Bachtiar Ganendra, Nazran Pangestu, Hilman Gilbran dan Bayu Setiawan, terlihat senang bisa berkumpul di tempat VIP 1.Lilakanti mengamati kumpulan pengusaha senior tersebut dengan penuh kekaguman. Dia tidak menyangka bisa bertemu mereka yang selama itu hanya dilihatnya di layar kaca ataupun media sosial lainnya.Lilakanti deg-degan ketika diajak Mayuree untuk berkenalan dengan Ayah dan ibunya. Lilakanti menyalami Sultan dan Winarti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10

Bab terbaru

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 09

    09Pesta pernikahan Daffin, Adik bungsu Andra Kastara, anggota tim 3 PG, malam itu berlangsung meriah. Ballroom hotel bintang lima di kawasan Jakarta Selatan, terlihat ramai orang dengan berbagai tampilan. Andra dan Elena, istrinya, tampak sibuk berkeliling untuk menyapa semua tamu mereka. Terutama yang berasal dari PG, PC dan PBK. Selain para pengusaha muda, beberapa pebisnis senior juga turut hadir. Sultan Pramudya, Gustavo Baltissen, Frederick Adhitama, Frans Adhitama, Finley Adhitama, Katon Hayaka, Rafael Janitra, Peter Aryeswara, Ahmad Yafiq Latief, Bachtiar Ganendra, Nazran Pangestu, Hilman Gilbran dan Bayu Setiawan, terlihat senang bisa berkumpul di tempat VIP 1.Lilakanti mengamati kumpulan pengusaha senior tersebut dengan penuh kekaguman. Dia tidak menyangka bisa bertemu mereka yang selama itu hanya dilihatnya di layar kaca ataupun media sosial lainnya.Lilakanti deg-degan ketika diajak Mayuree untuk berkenalan dengan Ayah dan ibunya. Lilakanti menyalami Sultan dan Winarti

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 08

    08Pekikan Azrina menyambut kehadiran Farisyasa pagi itu. Pria berkemeja putih pas badan, turun dari mobil dan jalan menuju teras rumah, di mana Azrina telah menunggu. Hati Farisyasa menghangat kala Azrina menyalaminya dengan takzim. Pria berjanggut membiarkan dirinya ditarik gadis kecil yang rambutnya dikuncir dua, memasuki ruang tamu. Farisyasa menyalami Damhuri dan Salma. Mereka berbincang sesaat, sembari menunggu Lilakanti keluar. Ketika perempuan tersebut muncul, Farisyasa spontan mengulaskan senyuman yang dibalas hal serupa oleh Lilakanti. "Kita langsung berangkat. Teman-teman sudah nunggu di kantor PC," tukas Farisyasa. Lilakanti tidak menyahut. Dia langsung menyalami kedua orang tuanya dengan takzim. Farisyasa dan Azrina menyusul berpamitan pada pasangan tua tersebut. Kemudian ketiganya mengayunkan tungkai menuju mobil. Damhuri memerhatikan hingga mobil MPV hitam bergerak menjauh. Dia masih penasaran dengan hubungan sang putri dan Farisyasa, yang diakui Lilakanti sebagai

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 07

    07Suasana rapat di kantor HnB yang semula tenang, seketika berubah ricuh akibat perdebatan Arudra dan Arman. Keduanya saling memelototi sembari bergaya aneh-aneh yang menimbulkan gelakak hadirin. Bayu Setiawan, Ayah Arman, hanya bisa menggeleng menyaksikan tingkah putra ketiganya yang masih saling meledek dengan Arudra. Perkelahian pura-pura itu pun usai, setelah Hadrian Danadyaksha dan Linggha Atthaya Pangestu turun tangan mendamaikan kedua belah pihak yang sedang berseteru. "Sudah, cukup bercandanya," tukas Bayu. "Saya mau ketemu Hilman, kalian lanjutkan rapatnya," ungkapnya sambil berdiri dan merapikan jas biru tua yang dikenakannya. Farisyasa dan rekan-rekannya serentak berdiri untuk menyalami komisaris 2 HnB Grup. Kemudian mereka duduk kembali dan memandangi Arman yang masih berdiri di ujung kanan meja. "Fokusku sudah buyar, gara-gara si borokokok eta!" sungut Arman sambil mendelik pada putra sulung Rahmadi Janardana. "Didinya nu mulai ti heula," sanggah Arudra sembari mer

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 06

    06Di luar dugaan Lilakanti, ternyata dirinya dan Azrina disambut Nazeem serta Rumaisha dengan ramah. Begitu pula dengan Elmeira, yang langsung mengajak Azrina bermain ayunan di halaman belakang. Lilakanti yang sedang berada di ruang tengah, sekali-sekali akan memandangi putrinya yang terlihat senang di ayunan. Lilakanti turut tersenyum jika mendengar tawa Azrina yang sedang dicandai Elmeira. "Jadi, saat kamu bercerai dulu, Azrina baru berumur 3 tahun?" tanya Nazeem sembari memerhatikan perempuan bergaun hijau muda di kursi seberang. "Belum sampai 3 tahun, Pak. Sekitar 2 tahun 8 bulan," terang Lilakanti. "Apa dia tidak merindukan papanya?" "Saya rasa nggak. Karena saat kami masih bersama pun, papanya sibuk di luar rumah dan jarang punya waktu buat Azrina." Nazeem tertegun sesaat. Dia melirik putra sulungnya yang tengah menunduk. "Maksudmu, mantan suami termasuk orang yang tidak perhatian?" "Saya sebenarnya tidak mau membuka cerita lama, Pak. Tapi memang itu kenyataannya." Naze

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 05

    05Grup Tim 3 PC Yoga Pratama : @Kang Farisyasa, posisi di mana? Farisyasa Kagendra : Di ruang tunggu bandara. Idris Darusman ; Mau ke mana, @Farisyasa? Farisyasa : Singapura, @Bang Idris. Hendri Danantya : Bohong. Kang Farisyasa mau ke Yunani. Farzan Bramanty : Dia ngapel Dewi Athena?Nandito Sumitro : Bukan. Kang Farisyasa mau mandiin patung Dewa Zeus.Bertrand Luiz : Salah. Dia mau ngapel aku. Jevera Patibrata : Muncul aja orang Spanyol, chat langsung kacau. Olavius Aristide : Aku lagi meeting, nahan ketawa sampai kentut. Darius Prabaswara : Ya, ampun, Mas @Olavius. Aku ngakak! Farisyasa : Baek-baek ada ampasnya, @Olavius. Yoga : Buruan cebok! Idris : Aku ngikik, dipandangi Pak Sultan.Hendri : Yang lagi rapat, dimohon serius, ya. Farzan : Mana bisa serius kalau chat grup ini on. Nandito : Grup utama lagi heboh. Bertrand : Ada apaan? Aku belum cek ke sana. Jevera : Katanya, PC mau dipecah dua. Olavius : Beneran? Darius : Aku baru dengar. Farisyasa : Masih wacana,

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 04

    04Hari berganti hari. Semenjak pertemuannya malam itu dengan Lilakanti, Farisyasa mulai sering memikirkan perempuan tersebut. Dia penasaran dengan kehidupan Lilakanti saat masih bersama Ayah Azrina. Terutama karena perempuan berambut panjang itu tetap diam saat ditanya Farisyasa, tentang penyebab matanya berkaca-kaca. Farisyasa bisa menebak mungkin dulunya kehidupan rumah tangga Lilakanti dan mantan suaminya, tidak berjalan dengan baik. Farisyasa teringat pernikahannya bersama Naura Charisma. Betapa Farisyasa menyesali sikapnya yang tak jauh berbeda dibandingkan Baron, yakni menyia-nyiakan istri. Terbayang kembali kenangan 4 tahun silam, di mana Farisyasa terpaksa menikahi Naura atas permintaan almarhumah neneknya, yang merupakan kerabat jauh Naura. Kendatipun tidak saling mencintai, tetapi Naura melayani Farisyasa dengan bersungguh-sungguh. Perempuan tersebut bahkan rela berhenti bekerja hanya demi menjadi Ibu rumah tangga sepenuhnya. Akan tetapi, saat itu Farisyasa tengah mab

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 03 - Interogasi

    03Malam itu, suasana di sebuah restoran di pusat Kota Bandung terlihat ramai. Semua orang merupakan undangan untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan Nazeem Kagendra dan Rumaisha yang ke-35 tahun. Hampir setiap tahun pasangan tua tersebut merayakan hari jadi pernikahan mereka. Keduanya melakukan itu untuk memberikan contoh yang baik buat semua anak dan cucu keluarga Kagendra. Mobil yang dikemudikan Andi berhenti di tempat parkir paling belakang. Pria berkemeja batik merah keluar dan membukakan pintu buat bosnya. Kemudian Andi memutari mobil untuk membuka pintu sisi kiri. Lilakanti keluar sembari mengucapkan terima kasih pada Andi. Perempuan bergaun biru tua mengilat yang warnanya sama dengan jas Farisyasa, memandangi bangunan besar di hadapannya dengan dada berdebar-debar. "Ayo," ajak Farisyasa. Lilakanti mengangguk, sebelum mengayunkan tungkai menuju anak tangga di dekat teras. Perempuan bermata besar, tertegun kala Farisyasa mengarahkan lengan kirinya agar digamit Lilakan

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 02 - Kekasih Bayaran

    02Lilakanti sangat menikmati perubahan ekspresi wajah Baron. Pria itu kentara sekali tengah terkejut mendengar penuturan lelaki berjanggut di samping kiri Lilakanti. "Ehm, Kagendra Grup, betul?" tanya Baron setelah bisa menguasai diri. "Ya," jawab Farisyasa. "Apanya Pak Nazeem?" "Saya anak tertua beliau." "Ehm, ya." "Kamu kerja di mana?""DS Grup." "Salam buat Om Ghandi." "Ya, nanti saya sampaikan." Farisyasa menoleh ke kanan. "Sayang, kita ditunggu Koko Dante di ruang VIP," ungkapnya yang dibalas anggukan Lilakanti. Farisyasa kembali mengarahkan pandangan ke depan. "Sorry, saya ada pertemuan dengan keluarga Adhitama. Permisi," cakapnya seraya tersenyum. Baron tidak menyahut dan hanya mengangguk. Dia mengamati pria yang menggandeng lengan kiri Lilakanti sembari bergerak menjauh. "Mas, dia siapa?" tanya Calista sembari memerhatikan pasangan yang tengah melenggang dengan santai. "Tadi dia bilang anak tertua Pak Nazeem. Berarti CEO Kagendra Grup," jelas Baron."Kok, pembant

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 01 - Calon Suami

    01Ketukan palu hakim pengadilan agama Bandung yang menandakan bahwa sidang perceraian telah usai, membuat hati Lilakanti Risniar hancur berkeping-keping.Perempuan berambut sebahu itu sekuat tenaga menahan tangisan yang hampir keluar. Dia menggigit bibir bawah sambil mempererat pegangan ke tangan Anita, sahabat karibnya. Lilakanti berdiri dengan kaki yang sedikit goyah. Dia tetap berpegangan pada Anita yang menuntunnya menuju meja hakim dan menyalami pria berkumis tipis yang memandanginya dengan sorot mata prihatin. Kemudian Lilakanti dan Anita menyambangi tim kuasa hukum untuk berbincang sesaat. Sementara pria yang berada tidak jauh dari tempat Lilakanti dan Anita berdiri, menyalami hakim dengan wajah semringah. Sekilas pria tersebut melirik Lilakanti, kemudian membalikkan tubuh dan jalan bersama pengacaranya ke luar ruang sidang. Lilakanti menatap punggung Baron dengan hati yang sangat hancur. Pengabdiannya selama lima tahun lebih pernikahan ternyata tidak berarti apa-apa buat B

DMCA.com Protection Status