Beranda / Rumah Tangga / Kepincut Duda Berjanggut / Bab 02 - Kekasih Bayaran

Share

Bab 02 - Kekasih Bayaran

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 12:19:11

02

Lilakanti sangat menikmati perubahan ekspresi wajah Baron. Pria itu kentara sekali tengah terkejut mendengar penuturan lelaki berjanggut di samping kiri Lilakanti. 

"Ehm, Kagendra Grup, betul?" tanya Baron setelah bisa menguasai diri. 

"Ya," jawab Farisyasa. 

"Apanya Pak Nazeem?" 

"Saya anak tertua beliau." 

"Ehm, ya." 

"Kamu kerja di mana?"

"DS Grup." 

"Salam buat Om Ghandi." 

"Ya, nanti saya sampaikan." 

Farisyasa menoleh ke kanan. "Sayang, kita ditunggu Koko Dante di ruang VIP," ungkapnya yang dibalas anggukan Lilakanti. 

Farisyasa kembali mengarahkan pandangan ke depan. "Sorry, saya ada pertemuan dengan keluarga Adhitama. Permisi," cakapnya seraya tersenyum. 

Baron tidak menyahut dan hanya mengangguk. Dia mengamati pria yang menggandeng lengan kiri Lilakanti sembari bergerak menjauh. 

"Mas, dia siapa?" tanya Calista sembari memerhatikan pasangan yang tengah melenggang dengan santai. 

"Tadi dia bilang anak tertua Pak Nazeem. Berarti CEO Kagendra Grup," jelas Baron.

"Kok, pembantu itu bisa kenal dengan CEO?" 

Baron memindai sekitar, kemudian dia berkata, "Kayaknya orang itu tergabung di PG dan PC. Di sini tamunya kebanyakan dari sana." 

"PG, PC, apaan, sih?" 

"Nanti kujelaskan. Sekarang, kita pulang." 

"Enggak ke pelaminan dulu?" 

"Harun itu sepupunya Lilakanti. Dia pasti nggak suka sama aku. Andai bukan mewakili bos yang diundang Adhitama Grup, mungkin aku nggak akan datang ke sini. Belum lagi aku bakal dipandangi keluarga Lilakanti." 

"Amplopnya?" 

"Dititip di meja depan." 

Sementara itu di dekat tempat VIP, Lilakanti mendudukkan diri di kursi kosong. Dia mengusap dada yang berdebar kencang akibat sempat beradu urat leher dengan Baron dan Calista. 

Farisyasa ikut duduk di kursi sebelah kanan perempuan bersetelan kebaya abu-abu. Dia memerhatikan Lilakanti yang sedang bergumam tidak jelas. 

"Makasih sudah bantu aku, Mas," tutur Lilakanti setelah cukup tenang. 

"Sama-sama," jawab Farisyasa. "Tadi itu, beneran mantan suamimu?" tanyanya. 

"Ya." 

"Cerainya sudah lama?" 

"Sekitar setahunan." 

"Karena septic tank?" 

Lilakanti spontan tersenyum. "Ya, karena Mas Baron selingkuh dengan perempuan itu." 

"Dia memang cantik." 

"Hu um." 

"Kamu juga." 

"Masa?" 

"Ya." Farisyasa mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Teman-temanku membicarakanmu tadi. Dan aku baru tahu kalau kamu itu sepupunya Harun," ungkapnya sembari memandangi pelaminan. 

"Ya, Ayah kami bersaudara." 

"Kita belum kenalan." Farisyasa mengulurkan tangan kanan. "Aku, Farisyasa," ucapnya. 

"Aku, Lilakanti." 

"Lengkapnya?" 

"Lilakanti Risniar." 

"Namamu bagus." 

"Makasih." 

"Apa aku boleh menanyakan hal pribadi?" 

"Silakan." 

"Sekarang, apa kamu punya pacar?" 

Lilakanti menggeleng. "Enggak ada." 

"Kenapa?" 

"Enggak ada waktu. Aku sibuk kerja dan mengurus anak." 

"Berapa anakmu?" 

"Satu." Lilakanti menunjuk seorang perempuan kecil yang sedang bermain bersama rekan-rekannya. 

"Namanya?" 

"Azrina Althafia." 

Farisyasa manggut-manggut. "Apa aku boleh mengajukan satu pertanyaan lagi?" 

"Ya." 

"Apa kamu mau jadi kekasihku?" 

Lilakanti membulatkan matanya. "Mas, kita baru kenal." 

"Maksudku, kekasih pura-pura." Farisyasa mengamati perempuan yang balas menatapnya saksama. "Begini, aku hendak dijodohkan oleh orang tua. Karena aku nggak mau, jadi aku butuh seseorang untuk diperkenalkan sebagai kekasih, pada keluargaku." 

"Oh, gitu. Aku sampai kaget." 

"So, mau nggak?" 

"Berapa lama harus drama kayak gitu?" 

"Sampai orang tuaku menyerah dan membatalkan rencana perjodohan." 

"Apa aku akan mendapatkan keuntungan?" 

Farisyasa terdiam sejenak. "Kamu mau dibayar berapa?" 

"Terserah Mas aja. Aku nggak mematok harga." 

"10 juta, mau?" 

"Ehh, nggak kebanyakan?" 

Farisyasa mengangkat alisnya. "Katanya terserah aku." 

Lilakanti menyunggingkan senyuman tipis. "Aku nggak tahu Mas mau nyebut angka segitu." 

"Apa aku turunan jadi sejuta?" 

"Ihh. Jangan, atuhlah. Sudah oke 10 juta." 

Farisyasa tersenyum lebar. "Tapi, dengan harga segitu, nggak mungkin cuma perkenalan dengan keluarga aja." 

"Maksudnya?" 

"Aku mau yang lainnya." 

Lilakanti tertegun sesaat, lalu dia bertutur, "Sepanjang bukan hal mes*um, aku mau." 

"Enggak. Ini cuma tambahan aja." 

"Oke, sebutkan." 

"Kamu harus mendampingiku ke acara seperti ini. Dan beberapa acara penting lainnya." 

Lilakanti mengangguk membenarkan. "Aku setuju." 

"Minta nomor rekeningmu. Kutransfer separuh dulu. Sisanya setelah tugasmu selesai." 

***

Hari berganti. Lilakanti kembali disibukkan dengan pekerjaannya di kantor EO ME di kawasan Soekarno-Hatta. Perempuan berbibir penuh tidak mau bekerja sembarangan, karena dia ingin tetap dipercaya oleh kedua bosnya. 

Siang itu, Lilakanti baru selesai salat Zuhur. Dia terkejut saat mendengar bunyi ponselnya yang diletakkan di meja. Perempuan berkemeja marun meraih benda itu untuk mengecek nama pemanggil. Kemudian dia menekan tanda hijau pada layar, lalu menempelkan ponsel ke telinga kanan. 

"Assalamualaikum," sapa Lilakanti. 

"Waalaikumsalam," sahut penelepon. "Lagi sibuk?" tanyanya. 

"Enggak. Ini baru beres salat." 

"Aku di tempat parkir depan kantormu." 

"Ha?" 

"Turunlah, dan ikut aku." 

"Ke mana?" 

"Nanti kujelaskan." 

Tidak berselang lama, Lilakanti telah berada di lobi utama kantor. Dia menerangkan pada resepsionis jika dirinya hendak menemui teman di luar. 

Setelahnya, Lilakanti melenggang menuju tempat parkir. Dia celingukan sesaat, sebelum melihat seseorang melambaikan tangan dari seunit mobil MPV hitam. 

Lilakanti bergegas menuju kendaraan itu. Dia tercenung melihat merek mobil dan membatin bila harga kendaraan itu pasti mahal.

Pintu bagian tengah terbuka dan Lilakanti memasuki kendaraan. Dia menyalami pria berkemeja biru muda tersebut, kemudian merapikan posisi tubuhnya agar duduk lebih nyaman. 

Lilakanti memerhatikan pria berseragam safari hitam yang menjadi sopir. Dia menebak jika pria itu adalah ajudan Farisyasa dan merupakan rekan kerja Harun. 

"Kita mau ke mana, Mas?" tanya Lilakanti, sesaat setelah mobil melaju keluar area parkir.

"Butik punya Teh Renata," jawab Farisyasa. 

"Ngapain?" 

"Cari gaun bagus buatmu." 

"Oh, aku sudah harus bertugas?" 

"Ya. Nanti malam ada jamuan makan oleh orang tuaku, untuk merayakan hari ulang tahun pernikahan mereka." 

Lilakanti manggut-manggut. "Banyakkah yang akan datang?" 

"Lumayan. Biasanya keluarga besar datang semua." 

"Berarti aku harus mempersiapkan segala sesuatu yang terbaik." 

"Kamu pilih gaun, tas dan sepatu. Aku yang bayar." 

"Barangnya nanti buatku, atau harus dikembalikan?" 

"Buatmu saja. Enggak mungkin aku yang pakai." Farisyasa memandangi bahu ajudannya. "Di, atau kamu mau pakai?" selorohnya. 

"Enggak, Pak. Makasih," balas Andi sembari terus menyetir. 

"Kirain kamu mau nyoba jadi bences." 

"Bisa-bisa aku dikemplang Bang Yudha dan Bang Halim." 

"Nanti ditambahin taboknya Wirya atau Zulfi." 

"Ampun! Aku ngeri sama dua komandan itu." 

"Kenapa?" 

"Pokoknya ngeri aja. Sama semua Power Rangers." 

"Mereka baik, Di. Kamu bisa tanya ke senior." 

"Ya, Pak, tapi tetap aja, berhadapan dengan mereka itu bikin aku deg-degan." 

"Payah."

"Jangankan mereka. Berhadapan dengan Bang Yusuf, Bang Aditya dan Bang Jauhari aja, lututku gemetaran." 

"Lebai!" 

"Itu karena kamu masih baru. Nanti kalau sudah kenal dekat, kamu pasti nggak takut lagi," sela Lilakanti. 

"Ibu kenal dengan para Abang lapis tiga?" tanya Andi. 

"Kenal, dong. Mereka, kan, sahabatnya Harun," terang Lilakanti. 

"Ah, ya, aku lupa kalau Ibu sepupunya Bang Harun." 

"Bagian itu, tolong dirahasiakan dari keluargaku, Di," pinta Farisyasa. 

"Siap, Pak. Rahasia Bapak aman bersamaku," balas Andi. 

"Sembunyikan juga dari para bos PC. Terutama Wirya. Dia itu selalu bisa mengendus rahasia." 

Bab terkait

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 03 - Interogasi

    03Malam itu, suasana di sebuah restoran di pusat Kota Bandung terlihat ramai. Semua orang merupakan undangan untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan Nazeem Kagendra dan Rumaisha yang ke-35 tahun. Hampir setiap tahun pasangan tua tersebut merayakan hari jadi pernikahan mereka. Keduanya melakukan itu untuk memberikan contoh yang baik buat semua anak dan cucu keluarga Kagendra. Mobil yang dikemudikan Andi berhenti di tempat parkir paling belakang. Pria berkemeja batik merah keluar dan membukakan pintu buat bosnya. Kemudian Andi memutari mobil untuk membuka pintu sisi kiri. Lilakanti keluar sembari mengucapkan terima kasih pada Andi. Perempuan bergaun biru tua mengilat yang warnanya sama dengan jas Farisyasa, memandangi bangunan besar di hadapannya dengan dada berdebar-debar. "Ayo," ajak Farisyasa. Lilakanti mengangguk, sebelum mengayunkan tungkai menuju anak tangga di dekat teras. Perempuan bermata besar, tertegun kala Farisyasa mengarahkan lengan kirinya agar digamit Lilakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 04

    04Hari berganti hari. Semenjak pertemuannya malam itu dengan Lilakanti, Farisyasa mulai sering memikirkan perempuan tersebut. Dia penasaran dengan kehidupan Lilakanti saat masih bersama Ayah Azrina. Terutama karena perempuan berambut panjang itu tetap diam saat ditanya Farisyasa, tentang penyebab matanya berkaca-kaca. Farisyasa bisa menebak mungkin dulunya kehidupan rumah tangga Lilakanti dan mantan suaminya, tidak berjalan dengan baik. Farisyasa teringat pernikahannya bersama Naura Charisma. Betapa Farisyasa menyesali sikapnya yang tak jauh berbeda dibandingkan Baron, yakni menyia-nyiakan istri. Terbayang kembali kenangan 4 tahun silam, di mana Farisyasa terpaksa menikahi Naura atas permintaan almarhumah neneknya, yang merupakan kerabat jauh Naura. Kendatipun tidak saling mencintai, tetapi Naura melayani Farisyasa dengan bersungguh-sungguh. Perempuan tersebut bahkan rela berhenti bekerja hanya demi menjadi Ibu rumah tangga sepenuhnya. Akan tetapi, saat itu Farisyasa tengah mab

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 05

    05Grup Tim 3 PC Yoga Pratama : @Kang Farisyasa, posisi di mana? Farisyasa Kagendra : Di ruang tunggu bandara. Idris Darusman ; Mau ke mana, @Farisyasa? Farisyasa : Singapura, @Bang Idris. Hendri Danantya : Bohong. Kang Farisyasa mau ke Yunani. Farzan Bramanty : Dia ngapel Dewi Athena?Nandito Sumitro : Bukan. Kang Farisyasa mau mandiin patung Dewa Zeus.Bertrand Luiz : Salah. Dia mau ngapel aku. Jevera Patibrata : Muncul aja orang Spanyol, chat langsung kacau. Olavius Aristide : Aku lagi meeting, nahan ketawa sampai kentut. Darius Prabaswara : Ya, ampun, Mas @Olavius. Aku ngakak! Farisyasa : Baek-baek ada ampasnya, @Olavius. Yoga : Buruan cebok! Idris : Aku ngikik, dipandangi Pak Sultan.Hendri : Yang lagi rapat, dimohon serius, ya. Farzan : Mana bisa serius kalau chat grup ini on. Nandito : Grup utama lagi heboh. Bertrand : Ada apaan? Aku belum cek ke sana. Jevera : Katanya, PC mau dipecah dua. Olavius : Beneran? Darius : Aku baru dengar. Farisyasa : Masih wacana,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 06

    06Di luar dugaan Lilakanti, ternyata dirinya dan Azrina disambut Nazeem serta Rumaisha dengan ramah. Begitu pula dengan Elmeira, yang langsung mengajak Azrina bermain ayunan di halaman belakang. Lilakanti yang sedang berada di ruang tengah, sekali-sekali akan memandangi putrinya yang terlihat senang di ayunan. Lilakanti turut tersenyum jika mendengar tawa Azrina yang sedang dicandai Elmeira. "Jadi, saat kamu bercerai dulu, Azrina baru berumur 3 tahun?" tanya Nazeem sembari memerhatikan perempuan bergaun hijau muda di kursi seberang. "Belum sampai 3 tahun, Pak. Sekitar 2 tahun 8 bulan," terang Lilakanti. "Apa dia tidak merindukan papanya?" "Saya rasa nggak. Karena saat kami masih bersama pun, papanya sibuk di luar rumah dan jarang punya waktu buat Azrina." Nazeem tertegun sesaat. Dia melirik putra sulungnya yang tengah menunduk. "Maksudmu, mantan suami termasuk orang yang tidak perhatian?" "Saya sebenarnya tidak mau membuka cerita lama, Pak. Tapi memang itu kenyataannya." Naze

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 07

    07Suasana rapat di kantor HnB yang semula tenang, seketika berubah ricuh akibat perdebatan Arudra dan Arman. Keduanya saling memelototi sembari bergaya aneh-aneh yang menimbulkan gelakak hadirin. Bayu Setiawan, Ayah Arman, hanya bisa menggeleng menyaksikan tingkah putra ketiganya yang masih saling meledek dengan Arudra. Perkelahian pura-pura itu pun usai, setelah Hadrian Danadyaksha dan Linggha Atthaya Pangestu turun tangan mendamaikan kedua belah pihak yang sedang berseteru. "Sudah, cukup bercandanya," tukas Bayu. "Saya mau ketemu Hilman, kalian lanjutkan rapatnya," ungkapnya sambil berdiri dan merapikan jas biru tua yang dikenakannya. Farisyasa dan rekan-rekannya serentak berdiri untuk menyalami komisaris 2 HnB Grup. Kemudian mereka duduk kembali dan memandangi Arman yang masih berdiri di ujung kanan meja. "Fokusku sudah buyar, gara-gara si borokokok eta!" sungut Arman sambil mendelik pada putra sulung Rahmadi Janardana. "Didinya nu mulai ti heula," sanggah Arudra sembari mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 08

    08Pekikan Azrina menyambut kehadiran Farisyasa pagi itu. Pria berkemeja putih pas badan, turun dari mobil dan jalan menuju teras rumah, di mana Azrina telah menunggu. Hati Farisyasa menghangat kala Azrina menyalaminya dengan takzim. Pria berjanggut membiarkan dirinya ditarik gadis kecil yang rambutnya dikuncir dua, memasuki ruang tamu. Farisyasa menyalami Damhuri dan Salma. Mereka berbincang sesaat, sembari menunggu Lilakanti keluar. Ketika perempuan tersebut muncul, Farisyasa spontan mengulaskan senyuman yang dibalas hal serupa oleh Lilakanti. "Kita langsung berangkat. Teman-teman sudah nunggu di kantor PC," tukas Farisyasa. Lilakanti tidak menyahut. Dia langsung menyalami kedua orang tuanya dengan takzim. Farisyasa dan Azrina menyusul berpamitan pada pasangan tua tersebut. Kemudian ketiganya mengayunkan tungkai menuju mobil. Damhuri memerhatikan hingga mobil MPV hitam bergerak menjauh. Dia masih penasaran dengan hubungan sang putri dan Farisyasa, yang diakui Lilakanti sebagai

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 09

    09Pesta pernikahan Daffin, Adik bungsu Andra Kastara, anggota tim 3 PG, malam itu berlangsung meriah. Ballroom hotel bintang lima di kawasan Jakarta Selatan, terlihat ramai orang dengan berbagai tampilan. Andra dan Elena, istrinya, tampak sibuk berkeliling untuk menyapa semua tamu mereka. Terutama yang berasal dari PG, PC dan PBK. Selain para pengusaha muda, beberapa pebisnis senior juga turut hadir. Sultan Pramudya, Gustavo Baltissen, Frederick Adhitama, Frans Adhitama, Finley Adhitama, Katon Hayaka, Rafael Janitra, Peter Aryeswara, Ahmad Yafiq Latief, Bachtiar Ganendra, Nazran Pangestu, Hilman Gilbran dan Bayu Setiawan, terlihat senang bisa berkumpul di tempat VIP 1.Lilakanti mengamati kumpulan pengusaha senior tersebut dengan penuh kekaguman. Dia tidak menyangka bisa bertemu mereka yang selama itu hanya dilihatnya di layar kaca ataupun media sosial lainnya.Lilakanti deg-degan ketika diajak Mayuree untuk berkenalan dengan Ayah dan ibunya. Lilakanti menyalami Sultan dan Winarti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 01 - Calon Suami

    01Ketukan palu hakim pengadilan agama Bandung yang menandakan bahwa sidang perceraian telah usai, membuat hati Lilakanti Risniar hancur berkeping-keping.Perempuan berambut sebahu itu sekuat tenaga menahan tangisan yang hampir keluar. Dia menggigit bibir bawah sambil mempererat pegangan ke tangan Anita, sahabat karibnya. Lilakanti berdiri dengan kaki yang sedikit goyah. Dia tetap berpegangan pada Anita yang menuntunnya menuju meja hakim dan menyalami pria berkumis tipis yang memandanginya dengan sorot mata prihatin. Kemudian Lilakanti dan Anita menyambangi tim kuasa hukum untuk berbincang sesaat. Sementara pria yang berada tidak jauh dari tempat Lilakanti dan Anita berdiri, menyalami hakim dengan wajah semringah. Sekilas pria tersebut melirik Lilakanti, kemudian membalikkan tubuh dan jalan bersama pengacaranya ke luar ruang sidang. Lilakanti menatap punggung Baron dengan hati yang sangat hancur. Pengabdiannya selama lima tahun lebih pernikahan ternyata tidak berarti apa-apa buat B

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 09

    09Pesta pernikahan Daffin, Adik bungsu Andra Kastara, anggota tim 3 PG, malam itu berlangsung meriah. Ballroom hotel bintang lima di kawasan Jakarta Selatan, terlihat ramai orang dengan berbagai tampilan. Andra dan Elena, istrinya, tampak sibuk berkeliling untuk menyapa semua tamu mereka. Terutama yang berasal dari PG, PC dan PBK. Selain para pengusaha muda, beberapa pebisnis senior juga turut hadir. Sultan Pramudya, Gustavo Baltissen, Frederick Adhitama, Frans Adhitama, Finley Adhitama, Katon Hayaka, Rafael Janitra, Peter Aryeswara, Ahmad Yafiq Latief, Bachtiar Ganendra, Nazran Pangestu, Hilman Gilbran dan Bayu Setiawan, terlihat senang bisa berkumpul di tempat VIP 1.Lilakanti mengamati kumpulan pengusaha senior tersebut dengan penuh kekaguman. Dia tidak menyangka bisa bertemu mereka yang selama itu hanya dilihatnya di layar kaca ataupun media sosial lainnya.Lilakanti deg-degan ketika diajak Mayuree untuk berkenalan dengan Ayah dan ibunya. Lilakanti menyalami Sultan dan Winarti

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 08

    08Pekikan Azrina menyambut kehadiran Farisyasa pagi itu. Pria berkemeja putih pas badan, turun dari mobil dan jalan menuju teras rumah, di mana Azrina telah menunggu. Hati Farisyasa menghangat kala Azrina menyalaminya dengan takzim. Pria berjanggut membiarkan dirinya ditarik gadis kecil yang rambutnya dikuncir dua, memasuki ruang tamu. Farisyasa menyalami Damhuri dan Salma. Mereka berbincang sesaat, sembari menunggu Lilakanti keluar. Ketika perempuan tersebut muncul, Farisyasa spontan mengulaskan senyuman yang dibalas hal serupa oleh Lilakanti. "Kita langsung berangkat. Teman-teman sudah nunggu di kantor PC," tukas Farisyasa. Lilakanti tidak menyahut. Dia langsung menyalami kedua orang tuanya dengan takzim. Farisyasa dan Azrina menyusul berpamitan pada pasangan tua tersebut. Kemudian ketiganya mengayunkan tungkai menuju mobil. Damhuri memerhatikan hingga mobil MPV hitam bergerak menjauh. Dia masih penasaran dengan hubungan sang putri dan Farisyasa, yang diakui Lilakanti sebagai

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 07

    07Suasana rapat di kantor HnB yang semula tenang, seketika berubah ricuh akibat perdebatan Arudra dan Arman. Keduanya saling memelototi sembari bergaya aneh-aneh yang menimbulkan gelakak hadirin. Bayu Setiawan, Ayah Arman, hanya bisa menggeleng menyaksikan tingkah putra ketiganya yang masih saling meledek dengan Arudra. Perkelahian pura-pura itu pun usai, setelah Hadrian Danadyaksha dan Linggha Atthaya Pangestu turun tangan mendamaikan kedua belah pihak yang sedang berseteru. "Sudah, cukup bercandanya," tukas Bayu. "Saya mau ketemu Hilman, kalian lanjutkan rapatnya," ungkapnya sambil berdiri dan merapikan jas biru tua yang dikenakannya. Farisyasa dan rekan-rekannya serentak berdiri untuk menyalami komisaris 2 HnB Grup. Kemudian mereka duduk kembali dan memandangi Arman yang masih berdiri di ujung kanan meja. "Fokusku sudah buyar, gara-gara si borokokok eta!" sungut Arman sambil mendelik pada putra sulung Rahmadi Janardana. "Didinya nu mulai ti heula," sanggah Arudra sembari mer

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 06

    06Di luar dugaan Lilakanti, ternyata dirinya dan Azrina disambut Nazeem serta Rumaisha dengan ramah. Begitu pula dengan Elmeira, yang langsung mengajak Azrina bermain ayunan di halaman belakang. Lilakanti yang sedang berada di ruang tengah, sekali-sekali akan memandangi putrinya yang terlihat senang di ayunan. Lilakanti turut tersenyum jika mendengar tawa Azrina yang sedang dicandai Elmeira. "Jadi, saat kamu bercerai dulu, Azrina baru berumur 3 tahun?" tanya Nazeem sembari memerhatikan perempuan bergaun hijau muda di kursi seberang. "Belum sampai 3 tahun, Pak. Sekitar 2 tahun 8 bulan," terang Lilakanti. "Apa dia tidak merindukan papanya?" "Saya rasa nggak. Karena saat kami masih bersama pun, papanya sibuk di luar rumah dan jarang punya waktu buat Azrina." Nazeem tertegun sesaat. Dia melirik putra sulungnya yang tengah menunduk. "Maksudmu, mantan suami termasuk orang yang tidak perhatian?" "Saya sebenarnya tidak mau membuka cerita lama, Pak. Tapi memang itu kenyataannya." Naze

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 05

    05Grup Tim 3 PC Yoga Pratama : @Kang Farisyasa, posisi di mana? Farisyasa Kagendra : Di ruang tunggu bandara. Idris Darusman ; Mau ke mana, @Farisyasa? Farisyasa : Singapura, @Bang Idris. Hendri Danantya : Bohong. Kang Farisyasa mau ke Yunani. Farzan Bramanty : Dia ngapel Dewi Athena?Nandito Sumitro : Bukan. Kang Farisyasa mau mandiin patung Dewa Zeus.Bertrand Luiz : Salah. Dia mau ngapel aku. Jevera Patibrata : Muncul aja orang Spanyol, chat langsung kacau. Olavius Aristide : Aku lagi meeting, nahan ketawa sampai kentut. Darius Prabaswara : Ya, ampun, Mas @Olavius. Aku ngakak! Farisyasa : Baek-baek ada ampasnya, @Olavius. Yoga : Buruan cebok! Idris : Aku ngikik, dipandangi Pak Sultan.Hendri : Yang lagi rapat, dimohon serius, ya. Farzan : Mana bisa serius kalau chat grup ini on. Nandito : Grup utama lagi heboh. Bertrand : Ada apaan? Aku belum cek ke sana. Jevera : Katanya, PC mau dipecah dua. Olavius : Beneran? Darius : Aku baru dengar. Farisyasa : Masih wacana,

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 04

    04Hari berganti hari. Semenjak pertemuannya malam itu dengan Lilakanti, Farisyasa mulai sering memikirkan perempuan tersebut. Dia penasaran dengan kehidupan Lilakanti saat masih bersama Ayah Azrina. Terutama karena perempuan berambut panjang itu tetap diam saat ditanya Farisyasa, tentang penyebab matanya berkaca-kaca. Farisyasa bisa menebak mungkin dulunya kehidupan rumah tangga Lilakanti dan mantan suaminya, tidak berjalan dengan baik. Farisyasa teringat pernikahannya bersama Naura Charisma. Betapa Farisyasa menyesali sikapnya yang tak jauh berbeda dibandingkan Baron, yakni menyia-nyiakan istri. Terbayang kembali kenangan 4 tahun silam, di mana Farisyasa terpaksa menikahi Naura atas permintaan almarhumah neneknya, yang merupakan kerabat jauh Naura. Kendatipun tidak saling mencintai, tetapi Naura melayani Farisyasa dengan bersungguh-sungguh. Perempuan tersebut bahkan rela berhenti bekerja hanya demi menjadi Ibu rumah tangga sepenuhnya. Akan tetapi, saat itu Farisyasa tengah mab

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 03 - Interogasi

    03Malam itu, suasana di sebuah restoran di pusat Kota Bandung terlihat ramai. Semua orang merupakan undangan untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan Nazeem Kagendra dan Rumaisha yang ke-35 tahun. Hampir setiap tahun pasangan tua tersebut merayakan hari jadi pernikahan mereka. Keduanya melakukan itu untuk memberikan contoh yang baik buat semua anak dan cucu keluarga Kagendra. Mobil yang dikemudikan Andi berhenti di tempat parkir paling belakang. Pria berkemeja batik merah keluar dan membukakan pintu buat bosnya. Kemudian Andi memutari mobil untuk membuka pintu sisi kiri. Lilakanti keluar sembari mengucapkan terima kasih pada Andi. Perempuan bergaun biru tua mengilat yang warnanya sama dengan jas Farisyasa, memandangi bangunan besar di hadapannya dengan dada berdebar-debar. "Ayo," ajak Farisyasa. Lilakanti mengangguk, sebelum mengayunkan tungkai menuju anak tangga di dekat teras. Perempuan bermata besar, tertegun kala Farisyasa mengarahkan lengan kirinya agar digamit Lilakan

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 02 - Kekasih Bayaran

    02Lilakanti sangat menikmati perubahan ekspresi wajah Baron. Pria itu kentara sekali tengah terkejut mendengar penuturan lelaki berjanggut di samping kiri Lilakanti. "Ehm, Kagendra Grup, betul?" tanya Baron setelah bisa menguasai diri. "Ya," jawab Farisyasa. "Apanya Pak Nazeem?" "Saya anak tertua beliau." "Ehm, ya." "Kamu kerja di mana?""DS Grup." "Salam buat Om Ghandi." "Ya, nanti saya sampaikan." Farisyasa menoleh ke kanan. "Sayang, kita ditunggu Koko Dante di ruang VIP," ungkapnya yang dibalas anggukan Lilakanti. Farisyasa kembali mengarahkan pandangan ke depan. "Sorry, saya ada pertemuan dengan keluarga Adhitama. Permisi," cakapnya seraya tersenyum. Baron tidak menyahut dan hanya mengangguk. Dia mengamati pria yang menggandeng lengan kiri Lilakanti sembari bergerak menjauh. "Mas, dia siapa?" tanya Calista sembari memerhatikan pasangan yang tengah melenggang dengan santai. "Tadi dia bilang anak tertua Pak Nazeem. Berarti CEO Kagendra Grup," jelas Baron."Kok, pembant

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 01 - Calon Suami

    01Ketukan palu hakim pengadilan agama Bandung yang menandakan bahwa sidang perceraian telah usai, membuat hati Lilakanti Risniar hancur berkeping-keping.Perempuan berambut sebahu itu sekuat tenaga menahan tangisan yang hampir keluar. Dia menggigit bibir bawah sambil mempererat pegangan ke tangan Anita, sahabat karibnya. Lilakanti berdiri dengan kaki yang sedikit goyah. Dia tetap berpegangan pada Anita yang menuntunnya menuju meja hakim dan menyalami pria berkumis tipis yang memandanginya dengan sorot mata prihatin. Kemudian Lilakanti dan Anita menyambangi tim kuasa hukum untuk berbincang sesaat. Sementara pria yang berada tidak jauh dari tempat Lilakanti dan Anita berdiri, menyalami hakim dengan wajah semringah. Sekilas pria tersebut melirik Lilakanti, kemudian membalikkan tubuh dan jalan bersama pengacaranya ke luar ruang sidang. Lilakanti menatap punggung Baron dengan hati yang sangat hancur. Pengabdiannya selama lima tahun lebih pernikahan ternyata tidak berarti apa-apa buat B

DMCA.com Protection Status