Share

Bab 03 - Interogasi

Penulis: Olivia Yoyet
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 12:19:45

03

Malam itu, suasana di sebuah restoran di pusat Kota Bandung terlihat ramai. Semua orang merupakan undangan untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan Nazeem Kagendra dan Rumaisha yang ke-35 tahun. 

Hampir setiap tahun pasangan tua tersebut merayakan hari jadi pernikahan mereka. Keduanya melakukan itu untuk memberikan contoh yang baik buat semua anak dan cucu keluarga Kagendra. 

Mobil yang dikemudikan Andi berhenti di tempat parkir paling belakang. Pria berkemeja batik merah keluar dan membukakan pintu buat bosnya. Kemudian Andi memutari mobil untuk membuka pintu sisi kiri. 

Lilakanti keluar sembari mengucapkan terima kasih pada Andi. Perempuan bergaun biru tua mengilat yang warnanya sama dengan jas Farisyasa, memandangi bangunan besar di hadapannya dengan dada berdebar-debar. 

"Ayo," ajak Farisyasa. 

Lilakanti mengangguk, sebelum mengayunkan tungkai menuju anak tangga di dekat teras. Perempuan bermata besar, tertegun kala Farisyasa mengarahkan lengan kirinya agar digamit Lilakanti. 

"Tanganmu dingin," tutur Farisyasa sembari menepuk-nepuk punggung tangan pasangannya. 

"Aku deg-degan," ungkap Lilakanti. 

"Santai dan bersikap biasa saja. Hanya status kita yang palsu. Kamu tetap bisa jadi diri sendiri." 

"Hmm, ya." 

"Pokoknya, kalau ada yang nanya tentang pribadimu, jawab dengan jujur. Sisanya aku yang tangani." 

Kehadiran pasangan tersebut sontak menjadi pusat perhatian hadirin di hall utama. Farisyasa melirik Lilakanti yang balas menatapnya saksama. Pria berjanggut mengangguk samar, sebelum keduanya melangkah mendekati sekelompok orang yang berada di ujung tengah ruangan. 

"Ayah dan Ibu, perkenalkan, ini, Lilakanti," tukas Farisyasa, sesaat setelah tiba di dekat keluarganya. "Dia, kekasihku," lanjutnya dengan santai. 

Nazeem terdiam, sedangkan Rumaisha terperangah. Kedua Adik Farisyasa yang berada di samping kanan Nazeem, seketika beradu pandang. 

Dharvan dan Elmeira, benar-benar terkejut menyaksikan Kakak tertua mereka ternyata datang dengan perempuan yang diakui sebagai kekasih. Sebab Dharvan dan Elmeira memang tidak tahu jika Farisyasa telah memiliki pasangan. 

"Apa kabar, Pak?" tanya Lilakanti, sebelum merunduk untuk menyalami Nazeem dengan takzim. 

"Kabar baik," sahur Nazeem sembari mengamati perempuan yang tengah berpindah menyalami istrinya. "Siapa tadi namamu?" tanyanya. 

"Lilakanti," terang perempuan berkulit putih tersebut. Lilakanti merapikan rambutnya yang menutupi wajah, sembari menenangkan jantung yang berdegup kencang. 

"Sudah lama jadi teman anak saya?" 

"Belum, Pak. Baru beberapa bulan." 

"Usiamu berapa?" 

"30 tahun." 

"Status?" 

"Ehm, Yah. Ini bisa dibicarakan nanti," sela Farisyasa. 

"Ya, betul," timpal Dharvan. 

"Acaranya dimulai saja, Yah. Semuanya sudah hadir," imbuh Elmeira. Dia mengulurkan tangan kanan untuk menarik Lilakanti. "Ke sini, Teh," ajaknya. 

Selama beberapa saat berikutnya, Lilakanti berusaha tetap tenang. Dia menyadari bahwa telah jadi pusat pandangan khalayak, yang tentunya penasaran dengan dirinya. 

Lilakanti beberapa kali beradu pandang dengan Farisyasa. Perempuan berhidung bangir merasa tenang, karena pria tersebut selalu tersenyum jika tatapan mereka bertemu. 

Seusai pemotongan tumpeng, Nazeem mempersilakan hadirin untuk menikmati hidangan yang disajikan pegawai restoran. 

Pria tua bersetelan jas hitam mengajak keluarganya untuk menempati meja bundar terdepan. Nazeem meminta Lilakanti untuk duduk di kursi sebelah kanannya, yang dipatuhi perempuan tersebut. 

"Kita lanjutkan yang tadi," tutur Nazeem. 

"Yah, sebaiknya biarkan Lilakanti makan dulu," celetuk Rumaisha. "Ayo, Nak. Silakan dinikmati," sambungnya seraya tersenyum. 

Kendatipun Rumaisha juga penasaran dengan Lilakanti, tetapi dia berusaha untuk menjadi pemilik hajat yang baik. 

Acara makan itu berlangsung dalam keheningan. Hanya Farisyasa yang berbincang dengan Dharvan, sedangkan yang lainnya tetap diam. 

"Kita ulangi, statusmu, bagaimana?" tanya Nazeem, sesaat setelah Lilakanti menghabiskan hidangan. 

"Saya janda, Pak. Punya anak satu, perempuan. Usianya 4 tahun," terang Lilakanti. Meskipun sudah menduga akan diinterogasi, tetap saja dia merasa tidak nyaman diperlakukan seperti itu. 

"Cerai hidup?" 

"Ya." 

"Kenapa?" 

"Ayah, itu terlalu pribadi," sela Farisyasa. 

"Enggak apa-apa, Mas," sahut Lilakanti. "Wajar kalau Bapak nanya begitu, dan aku nggak keberatan buat jawabnya," tambahnya. 

"Tapi, ini pertemuan pertama. Itu bisa ditanyakan kapan-kapan." 

"Aku nggak masalah buat jujur." 

"Enggak perlu. Apa pun alasanmu bercerai, nggak semua orang berhak tahu." Farisyasa mengarahkan pandangan pada ayahnya yang tetap diam. "Yah, ini acara penting. Jadi, interogasinya dilanjutkan nanti saja," pintanya. 

"Nanti kapan?" tanya Nazeem. 

"Tunggu kami berkunjung ke rumah Ayah," ungkap Farisyasa. 

Nazeem melengos. "Kamu itu cuma janji saja mau datang. Tapi, tidak muncul juga." 

"Yang nanti, aku beneran datang. Sekalian aku mau memperkenalkan Azrina." 

"Siapa itu?" 

"Anak Lilakanti, yang nantinya akan jadi anakku." 

Nazeem tercenung. Dia hendak kembali berucap, tetapi Rumaisha telanjur memegangi paha kirinya. Nazeem melirik sang istri yang mengangguk samar, seolah-olah tengah meminta agar sang suami tidak menolak kunjungan itu. 

Puluhan menit selanjutnya terasa sangat lama bagi Lilakanti. Dia harus menyalami semua orang yang kentara sekali penasaran dengan dirinya. 

Malam bergerak larut. Acara usai tepat pukul 21.30 WIB. Lilakanti mengikuti langkah Farisyasa dan keluarganya menuju tempat parkir. Kemudian dia menyalami kedua orang tua Farisyasa, sebelum mereka memasuki mobil Mercedes-Benz hitam bersama Elmeira. 

Setelah mobil sedan mewah itu bergerak menjauh, Dharvan menyolek lengan kanan kakaknya. Kedua pria tersebut berbisik-bisik, sebelum Dharvan berpamitan pada Farisyasa dan Lilakanti. 

Pria berusia 29 tahun tersebut melenggang menuju mobilnya. Sedangkan Farisyasa mengajak Lilakanti memasuki mobil yang mesinnya telah dinyalakan Andi. 

"Harusnya tadi kamu diam saja. Enggak perlu jawab semua pertanyaan Ayah," cakap Farisyasa, sesaat setelah mobil berada di jalan raya. 

"Enggak sopan kalau aku begitu," balas Lilakanti. "Lagi pula, tadi Mas bilang jika aku harus jujur tentang hal pribadi," kilahnya. 

"Ya, tapi bagian yang itu nggak usah." 

"Kenapa?" 

"Aku jadi tersindir." 

"Maksudnya?" 

"Nanti saja kita bicarakan." 

"Aku benar-benar penasaran." 

Farisyasa memandangi perempuan yang sedang merapikan bagian depan rambutnya. "Aku akan cerita kalau sudah siap." 

"Oke." Lilakanti mengamati pria bermata sipit. "Mas, kenapa Azrina dilibatkan dalam sandiwara ini?" desaknya. 

"Aku cuma asal nyebut. Nanti dia nggak usah ikut." 

"Gimana ngejelasinnya sama orang tua Mas?" 

"Cari alasan apa gitu. Misalnya, lagi ikut ayahnya belanja atau main." 

Lilakanti berdecih. "Itu jelas-jelas bohong." 

"Kenapa?" 

"Mas Baron sudah nggak peduli sama Azrina. Bahkan, dari lahir juga, dia cuek aja. Boro-boro ngajak main, gendong anaknya aja jarang." 

"Maksudmu, dia nggak berlaku sebagaimana harusnya Ayah?" 

"Ya." 

Lilakanti menatap lurus ke depan. Kenangan pahit itu kembali terbayang di pelupuk mata, seolah-olah baru terjadi dan bukan sudah lama terlewati. 

Rasa sesak dalam dada membuat Lilakanti mengalihkan pandangan ke kiri. Dia mengerjap-ngerjapkan mata yang mulai berkaca-kaca, karena kembali teringat hal yang membuat hatinya hancur. 

Sentuhan di lengan kanan menjadikan Lilakanti menjengit. Dia spontan menoleh ke kanan dan beradu pandang dengan Farisyasa. 

Pria berkumis tipis dan berjanggut, termangu menyaksikan kabut di mata besar Lilakanti. Hati Farisyasa mencelos, saat menyadari jika perempuan tersebut kemungkinan tengah menahan tangisan. 

Bab terkait

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 04

    04Hari berganti hari. Semenjak pertemuannya malam itu dengan Lilakanti, Farisyasa mulai sering memikirkan perempuan tersebut. Dia penasaran dengan kehidupan Lilakanti saat masih bersama Ayah Azrina. Terutama karena perempuan berambut panjang itu tetap diam saat ditanya Farisyasa, tentang penyebab matanya berkaca-kaca. Farisyasa bisa menebak mungkin dulunya kehidupan rumah tangga Lilakanti dan mantan suaminya, tidak berjalan dengan baik. Farisyasa teringat pernikahannya bersama Naura Charisma. Betapa Farisyasa menyesali sikapnya yang tak jauh berbeda dibandingkan Baron, yakni menyia-nyiakan istri. Terbayang kembali kenangan 4 tahun silam, di mana Farisyasa terpaksa menikahi Naura atas permintaan almarhumah neneknya, yang merupakan kerabat jauh Naura. Kendatipun tidak saling mencintai, tetapi Naura melayani Farisyasa dengan bersungguh-sungguh. Perempuan tersebut bahkan rela berhenti bekerja hanya demi menjadi Ibu rumah tangga sepenuhnya. Akan tetapi, saat itu Farisyasa tengah mab

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 05

    05Grup Tim 3 PC Yoga Pratama : @Kang Farisyasa, posisi di mana? Farisyasa Kagendra : Di ruang tunggu bandara. Idris Darusman ; Mau ke mana, @Farisyasa? Farisyasa : Singapura, @Bang Idris. Hendri Danantya : Bohong. Kang Farisyasa mau ke Yunani. Farzan Bramanty : Dia ngapel Dewi Athena?Nandito Sumitro : Bukan. Kang Farisyasa mau mandiin patung Dewa Zeus.Bertrand Luiz : Salah. Dia mau ngapel aku. Jevera Patibrata : Muncul aja orang Spanyol, chat langsung kacau. Olavius Aristide : Aku lagi meeting, nahan ketawa sampai kentut. Darius Prabaswara : Ya, ampun, Mas @Olavius. Aku ngakak! Farisyasa : Baek-baek ada ampasnya, @Olavius. Yoga : Buruan cebok! Idris : Aku ngikik, dipandangi Pak Sultan.Hendri : Yang lagi rapat, dimohon serius, ya. Farzan : Mana bisa serius kalau chat grup ini on. Nandito : Grup utama lagi heboh. Bertrand : Ada apaan? Aku belum cek ke sana. Jevera : Katanya, PC mau dipecah dua. Olavius : Beneran? Darius : Aku baru dengar. Farisyasa : Masih wacana,

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 06

    06Di luar dugaan Lilakanti, ternyata dirinya dan Azrina disambut Nazeem serta Rumaisha dengan ramah. Begitu pula dengan Elmeira, yang langsung mengajak Azrina bermain ayunan di halaman belakang. Lilakanti yang sedang berada di ruang tengah, sekali-sekali akan memandangi putrinya yang terlihat senang di ayunan. Lilakanti turut tersenyum jika mendengar tawa Azrina yang sedang dicandai Elmeira. "Jadi, saat kamu bercerai dulu, Azrina baru berumur 3 tahun?" tanya Nazeem sembari memerhatikan perempuan bergaun hijau muda di kursi seberang. "Belum sampai 3 tahun, Pak. Sekitar 2 tahun 8 bulan," terang Lilakanti. "Apa dia tidak merindukan papanya?" "Saya rasa nggak. Karena saat kami masih bersama pun, papanya sibuk di luar rumah dan jarang punya waktu buat Azrina." Nazeem tertegun sesaat. Dia melirik putra sulungnya yang tengah menunduk. "Maksudmu, mantan suami termasuk orang yang tidak perhatian?" "Saya sebenarnya tidak mau membuka cerita lama, Pak. Tapi memang itu kenyataannya." Naze

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 07

    07Suasana rapat di kantor HnB yang semula tenang, seketika berubah ricuh akibat perdebatan Arudra dan Arman. Keduanya saling memelototi sembari bergaya aneh-aneh yang menimbulkan gelakak hadirin. Bayu Setiawan, Ayah Arman, hanya bisa menggeleng menyaksikan tingkah putra ketiganya yang masih saling meledek dengan Arudra. Perkelahian pura-pura itu pun usai, setelah Hadrian Danadyaksha dan Linggha Atthaya Pangestu turun tangan mendamaikan kedua belah pihak yang sedang berseteru. "Sudah, cukup bercandanya," tukas Bayu. "Saya mau ketemu Hilman, kalian lanjutkan rapatnya," ungkapnya sambil berdiri dan merapikan jas biru tua yang dikenakannya. Farisyasa dan rekan-rekannya serentak berdiri untuk menyalami komisaris 2 HnB Grup. Kemudian mereka duduk kembali dan memandangi Arman yang masih berdiri di ujung kanan meja. "Fokusku sudah buyar, gara-gara si borokokok eta!" sungut Arman sambil mendelik pada putra sulung Rahmadi Janardana. "Didinya nu mulai ti heula," sanggah Arudra sembari mer

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-09
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 08

    08Pekikan Azrina menyambut kehadiran Farisyasa pagi itu. Pria berkemeja putih pas badan, turun dari mobil dan jalan menuju teras rumah, di mana Azrina telah menunggu. Hati Farisyasa menghangat kala Azrina menyalaminya dengan takzim. Pria berjanggut membiarkan dirinya ditarik gadis kecil yang rambutnya dikuncir dua, memasuki ruang tamu. Farisyasa menyalami Damhuri dan Salma. Mereka berbincang sesaat, sembari menunggu Lilakanti keluar. Ketika perempuan tersebut muncul, Farisyasa spontan mengulaskan senyuman yang dibalas hal serupa oleh Lilakanti. "Kita langsung berangkat. Teman-teman sudah nunggu di kantor PC," tukas Farisyasa. Lilakanti tidak menyahut. Dia langsung menyalami kedua orang tuanya dengan takzim. Farisyasa dan Azrina menyusul berpamitan pada pasangan tua tersebut. Kemudian ketiganya mengayunkan tungkai menuju mobil. Damhuri memerhatikan hingga mobil MPV hitam bergerak menjauh. Dia masih penasaran dengan hubungan sang putri dan Farisyasa, yang diakui Lilakanti sebagai

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 09

    09Pesta pernikahan Daffin, Adik bungsu Andra Kastara, anggota tim 3 PG, malam itu berlangsung meriah. Ballroom hotel bintang lima di kawasan Jakarta Selatan, terlihat ramai orang dengan berbagai tampilan. Andra dan Elena, istrinya, tampak sibuk berkeliling untuk menyapa semua tamu mereka. Terutama yang berasal dari PG, PC dan PBK. Selain para pengusaha muda, beberapa pebisnis senior juga turut hadir. Sultan Pramudya, Gustavo Baltissen, Frederick Adhitama, Frans Adhitama, Finley Adhitama, Katon Hayaka, Rafael Janitra, Peter Aryeswara, Ahmad Yafiq Latief, Bachtiar Ganendra, Nazran Pangestu, Hilman Gilbran dan Bayu Setiawan, terlihat senang bisa berkumpul di tempat VIP 1.Lilakanti mengamati kumpulan pengusaha senior tersebut dengan penuh kekaguman. Dia tidak menyangka bisa bertemu mereka yang selama itu hanya dilihatnya di layar kaca ataupun media sosial lainnya.Lilakanti deg-degan ketika diajak Mayuree untuk berkenalan dengan Ayah dan ibunya. Lilakanti menyalami Sultan dan Winarti

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-10
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 01 - Calon Suami

    01Ketukan palu hakim pengadilan agama Bandung yang menandakan bahwa sidang perceraian telah usai, membuat hati Lilakanti Risniar hancur berkeping-keping.Perempuan berambut sebahu itu sekuat tenaga menahan tangisan yang hampir keluar. Dia menggigit bibir bawah sambil mempererat pegangan ke tangan Anita, sahabat karibnya. Lilakanti berdiri dengan kaki yang sedikit goyah. Dia tetap berpegangan pada Anita yang menuntunnya menuju meja hakim dan menyalami pria berkumis tipis yang memandanginya dengan sorot mata prihatin. Kemudian Lilakanti dan Anita menyambangi tim kuasa hukum untuk berbincang sesaat. Sementara pria yang berada tidak jauh dari tempat Lilakanti dan Anita berdiri, menyalami hakim dengan wajah semringah. Sekilas pria tersebut melirik Lilakanti, kemudian membalikkan tubuh dan jalan bersama pengacaranya ke luar ruang sidang. Lilakanti menatap punggung Baron dengan hati yang sangat hancur. Pengabdiannya selama lima tahun lebih pernikahan ternyata tidak berarti apa-apa buat B

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19
  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 02 - Kekasih Bayaran

    02Lilakanti sangat menikmati perubahan ekspresi wajah Baron. Pria itu kentara sekali tengah terkejut mendengar penuturan lelaki berjanggut di samping kiri Lilakanti. "Ehm, Kagendra Grup, betul?" tanya Baron setelah bisa menguasai diri. "Ya," jawab Farisyasa. "Apanya Pak Nazeem?" "Saya anak tertua beliau." "Ehm, ya." "Kamu kerja di mana?""DS Grup." "Salam buat Om Ghandi." "Ya, nanti saya sampaikan." Farisyasa menoleh ke kanan. "Sayang, kita ditunggu Koko Dante di ruang VIP," ungkapnya yang dibalas anggukan Lilakanti. Farisyasa kembali mengarahkan pandangan ke depan. "Sorry, saya ada pertemuan dengan keluarga Adhitama. Permisi," cakapnya seraya tersenyum. Baron tidak menyahut dan hanya mengangguk. Dia mengamati pria yang menggandeng lengan kiri Lilakanti sembari bergerak menjauh. "Mas, dia siapa?" tanya Calista sembari memerhatikan pasangan yang tengah melenggang dengan santai. "Tadi dia bilang anak tertua Pak Nazeem. Berarti CEO Kagendra Grup," jelas Baron."Kok, pembant

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-19

Bab terbaru

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 09

    09Pesta pernikahan Daffin, Adik bungsu Andra Kastara, anggota tim 3 PG, malam itu berlangsung meriah. Ballroom hotel bintang lima di kawasan Jakarta Selatan, terlihat ramai orang dengan berbagai tampilan. Andra dan Elena, istrinya, tampak sibuk berkeliling untuk menyapa semua tamu mereka. Terutama yang berasal dari PG, PC dan PBK. Selain para pengusaha muda, beberapa pebisnis senior juga turut hadir. Sultan Pramudya, Gustavo Baltissen, Frederick Adhitama, Frans Adhitama, Finley Adhitama, Katon Hayaka, Rafael Janitra, Peter Aryeswara, Ahmad Yafiq Latief, Bachtiar Ganendra, Nazran Pangestu, Hilman Gilbran dan Bayu Setiawan, terlihat senang bisa berkumpul di tempat VIP 1.Lilakanti mengamati kumpulan pengusaha senior tersebut dengan penuh kekaguman. Dia tidak menyangka bisa bertemu mereka yang selama itu hanya dilihatnya di layar kaca ataupun media sosial lainnya.Lilakanti deg-degan ketika diajak Mayuree untuk berkenalan dengan Ayah dan ibunya. Lilakanti menyalami Sultan dan Winarti

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 08

    08Pekikan Azrina menyambut kehadiran Farisyasa pagi itu. Pria berkemeja putih pas badan, turun dari mobil dan jalan menuju teras rumah, di mana Azrina telah menunggu. Hati Farisyasa menghangat kala Azrina menyalaminya dengan takzim. Pria berjanggut membiarkan dirinya ditarik gadis kecil yang rambutnya dikuncir dua, memasuki ruang tamu. Farisyasa menyalami Damhuri dan Salma. Mereka berbincang sesaat, sembari menunggu Lilakanti keluar. Ketika perempuan tersebut muncul, Farisyasa spontan mengulaskan senyuman yang dibalas hal serupa oleh Lilakanti. "Kita langsung berangkat. Teman-teman sudah nunggu di kantor PC," tukas Farisyasa. Lilakanti tidak menyahut. Dia langsung menyalami kedua orang tuanya dengan takzim. Farisyasa dan Azrina menyusul berpamitan pada pasangan tua tersebut. Kemudian ketiganya mengayunkan tungkai menuju mobil. Damhuri memerhatikan hingga mobil MPV hitam bergerak menjauh. Dia masih penasaran dengan hubungan sang putri dan Farisyasa, yang diakui Lilakanti sebagai

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 07

    07Suasana rapat di kantor HnB yang semula tenang, seketika berubah ricuh akibat perdebatan Arudra dan Arman. Keduanya saling memelototi sembari bergaya aneh-aneh yang menimbulkan gelakak hadirin. Bayu Setiawan, Ayah Arman, hanya bisa menggeleng menyaksikan tingkah putra ketiganya yang masih saling meledek dengan Arudra. Perkelahian pura-pura itu pun usai, setelah Hadrian Danadyaksha dan Linggha Atthaya Pangestu turun tangan mendamaikan kedua belah pihak yang sedang berseteru. "Sudah, cukup bercandanya," tukas Bayu. "Saya mau ketemu Hilman, kalian lanjutkan rapatnya," ungkapnya sambil berdiri dan merapikan jas biru tua yang dikenakannya. Farisyasa dan rekan-rekannya serentak berdiri untuk menyalami komisaris 2 HnB Grup. Kemudian mereka duduk kembali dan memandangi Arman yang masih berdiri di ujung kanan meja. "Fokusku sudah buyar, gara-gara si borokokok eta!" sungut Arman sambil mendelik pada putra sulung Rahmadi Janardana. "Didinya nu mulai ti heula," sanggah Arudra sembari mer

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 06

    06Di luar dugaan Lilakanti, ternyata dirinya dan Azrina disambut Nazeem serta Rumaisha dengan ramah. Begitu pula dengan Elmeira, yang langsung mengajak Azrina bermain ayunan di halaman belakang. Lilakanti yang sedang berada di ruang tengah, sekali-sekali akan memandangi putrinya yang terlihat senang di ayunan. Lilakanti turut tersenyum jika mendengar tawa Azrina yang sedang dicandai Elmeira. "Jadi, saat kamu bercerai dulu, Azrina baru berumur 3 tahun?" tanya Nazeem sembari memerhatikan perempuan bergaun hijau muda di kursi seberang. "Belum sampai 3 tahun, Pak. Sekitar 2 tahun 8 bulan," terang Lilakanti. "Apa dia tidak merindukan papanya?" "Saya rasa nggak. Karena saat kami masih bersama pun, papanya sibuk di luar rumah dan jarang punya waktu buat Azrina." Nazeem tertegun sesaat. Dia melirik putra sulungnya yang tengah menunduk. "Maksudmu, mantan suami termasuk orang yang tidak perhatian?" "Saya sebenarnya tidak mau membuka cerita lama, Pak. Tapi memang itu kenyataannya." Naze

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 05

    05Grup Tim 3 PC Yoga Pratama : @Kang Farisyasa, posisi di mana? Farisyasa Kagendra : Di ruang tunggu bandara. Idris Darusman ; Mau ke mana, @Farisyasa? Farisyasa : Singapura, @Bang Idris. Hendri Danantya : Bohong. Kang Farisyasa mau ke Yunani. Farzan Bramanty : Dia ngapel Dewi Athena?Nandito Sumitro : Bukan. Kang Farisyasa mau mandiin patung Dewa Zeus.Bertrand Luiz : Salah. Dia mau ngapel aku. Jevera Patibrata : Muncul aja orang Spanyol, chat langsung kacau. Olavius Aristide : Aku lagi meeting, nahan ketawa sampai kentut. Darius Prabaswara : Ya, ampun, Mas @Olavius. Aku ngakak! Farisyasa : Baek-baek ada ampasnya, @Olavius. Yoga : Buruan cebok! Idris : Aku ngikik, dipandangi Pak Sultan.Hendri : Yang lagi rapat, dimohon serius, ya. Farzan : Mana bisa serius kalau chat grup ini on. Nandito : Grup utama lagi heboh. Bertrand : Ada apaan? Aku belum cek ke sana. Jevera : Katanya, PC mau dipecah dua. Olavius : Beneran? Darius : Aku baru dengar. Farisyasa : Masih wacana,

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 04

    04Hari berganti hari. Semenjak pertemuannya malam itu dengan Lilakanti, Farisyasa mulai sering memikirkan perempuan tersebut. Dia penasaran dengan kehidupan Lilakanti saat masih bersama Ayah Azrina. Terutama karena perempuan berambut panjang itu tetap diam saat ditanya Farisyasa, tentang penyebab matanya berkaca-kaca. Farisyasa bisa menebak mungkin dulunya kehidupan rumah tangga Lilakanti dan mantan suaminya, tidak berjalan dengan baik. Farisyasa teringat pernikahannya bersama Naura Charisma. Betapa Farisyasa menyesali sikapnya yang tak jauh berbeda dibandingkan Baron, yakni menyia-nyiakan istri. Terbayang kembali kenangan 4 tahun silam, di mana Farisyasa terpaksa menikahi Naura atas permintaan almarhumah neneknya, yang merupakan kerabat jauh Naura. Kendatipun tidak saling mencintai, tetapi Naura melayani Farisyasa dengan bersungguh-sungguh. Perempuan tersebut bahkan rela berhenti bekerja hanya demi menjadi Ibu rumah tangga sepenuhnya. Akan tetapi, saat itu Farisyasa tengah mab

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 03 - Interogasi

    03Malam itu, suasana di sebuah restoran di pusat Kota Bandung terlihat ramai. Semua orang merupakan undangan untuk menghadiri acara ulang tahun pernikahan Nazeem Kagendra dan Rumaisha yang ke-35 tahun. Hampir setiap tahun pasangan tua tersebut merayakan hari jadi pernikahan mereka. Keduanya melakukan itu untuk memberikan contoh yang baik buat semua anak dan cucu keluarga Kagendra. Mobil yang dikemudikan Andi berhenti di tempat parkir paling belakang. Pria berkemeja batik merah keluar dan membukakan pintu buat bosnya. Kemudian Andi memutari mobil untuk membuka pintu sisi kiri. Lilakanti keluar sembari mengucapkan terima kasih pada Andi. Perempuan bergaun biru tua mengilat yang warnanya sama dengan jas Farisyasa, memandangi bangunan besar di hadapannya dengan dada berdebar-debar. "Ayo," ajak Farisyasa. Lilakanti mengangguk, sebelum mengayunkan tungkai menuju anak tangga di dekat teras. Perempuan bermata besar, tertegun kala Farisyasa mengarahkan lengan kirinya agar digamit Lilakan

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 02 - Kekasih Bayaran

    02Lilakanti sangat menikmati perubahan ekspresi wajah Baron. Pria itu kentara sekali tengah terkejut mendengar penuturan lelaki berjanggut di samping kiri Lilakanti. "Ehm, Kagendra Grup, betul?" tanya Baron setelah bisa menguasai diri. "Ya," jawab Farisyasa. "Apanya Pak Nazeem?" "Saya anak tertua beliau." "Ehm, ya." "Kamu kerja di mana?""DS Grup." "Salam buat Om Ghandi." "Ya, nanti saya sampaikan." Farisyasa menoleh ke kanan. "Sayang, kita ditunggu Koko Dante di ruang VIP," ungkapnya yang dibalas anggukan Lilakanti. Farisyasa kembali mengarahkan pandangan ke depan. "Sorry, saya ada pertemuan dengan keluarga Adhitama. Permisi," cakapnya seraya tersenyum. Baron tidak menyahut dan hanya mengangguk. Dia mengamati pria yang menggandeng lengan kiri Lilakanti sembari bergerak menjauh. "Mas, dia siapa?" tanya Calista sembari memerhatikan pasangan yang tengah melenggang dengan santai. "Tadi dia bilang anak tertua Pak Nazeem. Berarti CEO Kagendra Grup," jelas Baron."Kok, pembant

  • Kepincut Duda Berjanggut    Bab 01 - Calon Suami

    01Ketukan palu hakim pengadilan agama Bandung yang menandakan bahwa sidang perceraian telah usai, membuat hati Lilakanti Risniar hancur berkeping-keping.Perempuan berambut sebahu itu sekuat tenaga menahan tangisan yang hampir keluar. Dia menggigit bibir bawah sambil mempererat pegangan ke tangan Anita, sahabat karibnya. Lilakanti berdiri dengan kaki yang sedikit goyah. Dia tetap berpegangan pada Anita yang menuntunnya menuju meja hakim dan menyalami pria berkumis tipis yang memandanginya dengan sorot mata prihatin. Kemudian Lilakanti dan Anita menyambangi tim kuasa hukum untuk berbincang sesaat. Sementara pria yang berada tidak jauh dari tempat Lilakanti dan Anita berdiri, menyalami hakim dengan wajah semringah. Sekilas pria tersebut melirik Lilakanti, kemudian membalikkan tubuh dan jalan bersama pengacaranya ke luar ruang sidang. Lilakanti menatap punggung Baron dengan hati yang sangat hancur. Pengabdiannya selama lima tahun lebih pernikahan ternyata tidak berarti apa-apa buat B

DMCA.com Protection Status