Hari ini Audry dan Dypta mengemasi barang-barang. Dypta sudah mendapat rumah kosong yang pas untuk ditempati berempat. Walau tidak terlalu besar tapi jauh lebih luas dari sebelumnya. Anak-anak juga jadi memiliki ruangannya sendiri.Wulan yang ikut membantu nampak sedih karena akan berpisah dengan Dypta.“Cemberut aja, Lan, ada masalah?” tegur Dypta yang menyadari perubahan ekspresi Wulan.“Ulan sedih, Bang,” jawab Wulan jujur.“Sedih kenapa? Diputusin pacar? Sedih sih boleh aja tapi jangan sampai bunuh diri ya.”“Ih, Abang, bukan ituuu …” Gadis itu memberengut. “Ulan mana punya pacar.”Dypta tertawa pelan. ”Jadi sedih kenapa dong?”Wulan mengangkat wajahnya, lantas menatap Dypta dengan tatapan yang begitu dalam. “Ulan sedih karena Bang Dypta mau pindah.”“Emang kenapa kalo Abang pindah?”“Ulan jadi nggak bisa ketemu Abang lagi.”“Siapa bilang? Masih kok. Kita masih bisa ketemu di resto.”Dypta sudah memutuskan tetap mempekerjakan Wulan bersamanya. Gadis muda itu berjasa begitu banyak
Audry tidak pernah menyangka semua yang terjadi dalam hidupnya begitu mengejutkan. Setelah lika-liku kisah kehidupannya yang pahit, pada akhirnya ia sampai pada titik yang diinginkan setiap manusia.Di saat Audry berbahagia, orang-orang yang selama ini menjahatinya mendapat cobaan bertubi-tubi. Mulai dari Jeff hingga Nora dan Inggrid. Inggrid akhirnya diamputasi. Kakinya tak tertolong lagi.Audry tidak tahu bagaimana perkembangan terakhir Jeff karena ia memilih fokus pada kehidupannya yang baru dengan Dypta.Operasi kedua Rogen sudah selesai dilakukan lebih tepatnya awal bulan ini atau dua minggu yang lalu. Mereka memutuskan operasi dilakukan sebelum Rogen merayakan ulang tahun yang pertama. Rogen baru akan memperingati hari lahirnya beberapa hari lagi.Sementara itu Dypta sudah disibukkan dengan usaha lamanya namun dalam kemasan baru. Mereka pun sepakat memberi merek dagang usaha mereka yaitu DFC. DFC bukanlah Dypta fried chicken melainkan Delicious Fried Chicken.Sesekali Audry data
"Ada peristiwa apa, Bu? Kami sudah lama nggak ke sini." Dypta mewakili Audry berbicara.Ibu-ibu itu saling sikut hingga akhirnya pemilik warung memutuskan untuk memberitahu."Kamu benar Riry?" tanyanya sambil memindai sosok Audry dari puncak kepala hingga ujung kaki. Penampakan fisik Audry dan penampilannya membuat perempuan itu pangling."Iya, Bu. Saya adalah Riry atau Audry. Orang tua saya baik-baik aja kan, Bu?" kejar Audry tidak sabar. Perasaan khawatir mulai melingkupi seluruh diri. Ia mengencangkan doa di dalam hati demi kebaikan kedua orang tuanya."Sekitar enam atau tujuh tahun yang lalu, tidak lama setelah anak gadisnya pergi dan menikah dengan orang kota, terjadi kebakaran besar di rumah Pak Harlan, tepat tengah malam di saat semua orang sedang tidur. Pak Harlan, istri dan anak-anaknya ikut terbakar."Sekujur tubuh Audry mendadak lemas. Lututnya goyah, wajahnya berubah pucat pasi saat mendengar penuturan dari pemilik warung."Yang, yang kuat," bisik Dypta. Ia langsung menyan
Audry dan Dypta akhirnya tiba di rumah setelah perjalanan panjang yang melelahkan.Anak-anak terlihat penat. Keduanya langsung terkapar. Ini adalah perjalanan darat terjauh mereka.Audry ikut membaringkan badan. Selain lelah ia juga digerogoti kesedihan yang mendalam. Rasa sedihnya tak habis-habis yang membuatnya terbunuh rasa bersalah. Kenapa ia tidak mengetahui jika keluarganya telah lama tiada? Satu pertanyaannya kini, apa Jeff mengetahui semua itu?Meskipun Audry sudah putus hubungan dengan keluarganya, tapi setidaknya Jeff memberitahu jika mereka sudah berpulang.Dypta masuk ke kamar dengan membawa nampan berisi sepiring nasi dan segelas teh hangat. Setelah meletakkan di nakas, ia duduk di tepi ranjang sambil membelai kepala Audry yang berbaring memunggunginya.“Yang, makan dulu yuk.”Tidak ada respon dari Audry. Air matanya kembali menitik ketika teringat orang tua dan adik-adiknya yang telah tiada.“Kamu belum makan dari tadi, Yang, nanti kamu bisa sakit. Aku suapin ya?”“Aku n
Welcome to Toronto.Setelah penerbangan panjang melelahkan lebih dari dua puluh empat jam, akhirnya Dypta, Audry, Tania serta Rogen tiba di Toronto. Toronto merupakan salah satu kota besar di Canada. Di kota itulah Dypta menghabiskan sebagian besar usia dewasanya.Mereka pergi meninggalkan semua masalah di Indonesia. Meninggalkan semua duka, luka, dan air mata.Pengakuan Jeff yang didengar Audry dan Dypta merupakan titik kulminasi dari segalanya. Namun keduanya memutuskan untuk membuang benci serta dendam dan menggantinya dengan kata maaf.Toronto membuat mereka terdistraksi padahal mereka baru beberapa jam di sana.Tania adalah yang paling antusias dengan perjalanan mereka. Tania tidak berhenti bertanya tentang apa saja yang menarik perhatiannya. Mulai dari kenapa di pesawat tidak boleh menelepon, kenapa mereka harus transit berjam-jam, dan masih banyak lagi pertanyaan kenapa.Dengan sabar Dypta menjawab dan menjelaskan semua pada Tania. Dypta yang begitu kebapakan membuat Audry meng
Pagi ini Dypta, Audry serta anak-anak terbang ke Montreal. Montreal merupakan ibu kota Quebec, sebuah provinsi di Canada. Di sanalah kedua orang tua Dypta tinggal.Montreal merupakan kota terbesar kedua di Canada sekaligus juga kota terbesar nomor satu di provinsi Quebec. Selain itu kota tersebut juga terkenal dengan hutan maple dan autumn wood-nya.Setibanya di Montreal, dari bandara, Dypta langsung membawa Audry dan anak-anak ke rumah orang tuanya.Semakin dekat jarak mereka, Audry tak kuasa menenangkan perasaan. Audry harap nanti orang tua Dypta benar-benar bisa menerimanya dan anak-anak. Semoga orang tua Dypta tidak seperti orang tua Jeff."Kamu nervous, Yang?" Dypta menggenggam tangan Audry yang duduk di sebelahnya."Bangeeeett," jawab Audry setelah memandang Dypta. Gimana mungkin Audry nggak gugup jika ini adalah pertemuan pertamanya dengan calon mertua.Dypta tersenyum lalu menenangkan Audry, meyakinkan jika semua akan baik-baik saja."Mama orangnya baik kok, kamu nggak bakal
Gista seketika terdiam. Ia tidak sanggup menjawab pertanyaan itu, karena dulu kisahnya jauh lebih pelik. Tapi siapa sangka jika kisah cinta anak lelakinya ternyata juga akan serumit ini. Gista sungguh tak ingin bagian kisah cintanya yang pahit akan terulang kembali pada putra putrinya."Cinta nggak salah, Dyp, tapi-" Gista menggantung ucapannya saat melihat Devan, suaminya keluar dari kamar. Hari itu Devan memang berada di rumah.Devan tentu terkejut ketika mengetahui keberadaan Dypta di sana. Baru dua puluh empat jam yang lalu ia dan sang istri membicarakan sang putra yang pergi dari rumah. Lelaki itu sangat merindukannya. Namun secepat itu juga harapannya terkabul."Dev, Dypta sudah pulang," beritahu Gista pada lelaki itu.Devan mengangguk singkat lantas melintas begitu saja tanpa berkata apa-apa."Ma, Papa masih marah ya sama aku?" tanya Dypta melihat reaksi yang ditunjukkan sang ayah.Gista hanya bisa mengembuskan napas panjang. Ia ikut meninggalkan Dypta di sana lalu menyusul sua
Hari itu akhirnya datang juga. Hari yang sangat membahagiakan bagi pasangan muda itu. Setelah liku-liku yang panjang perjalanan cinta mereka akhirnya Dypta dan Audry sampai di titik itu.Besok mereka akan menikah secara resmi. Keduanya akan menjadi pasangan yang sah baik secara agama maupun negara. Awalnya Dypta dan Audry ingin menikah di Indonesia, tapi kedua orang tua Dypta meminta agar dilangsungkan di negara mereka."Keluarga kita di sini, Dyp, ngapain nikah di Indonesia?" kata kedua orang tuanya kala itu.Akhirnya Dypta dan Audry setuju untuk melangsungkan pernikahan mereka di Canada. Orang tua Dypta benar, mereka tidak punya siapa-siapa di Indonesia. Hal yang paling Dypta syukuri adalah karena kedua orang tuanya dengan lapang dada menerima Audry dengan segala kisah masa lalunya. Latar belakang serta cerita kelam hidupnya dulu.Acara pernikahan mereka akan dilangsungkan besok. Dan saat ini mereka sedang menginap di salah satu resort yang terletak di dekat danau di bagian tengga