Pernikahan Audry dan Dypta akhirnya digelar hari ini. Intimate wedding tersebut berlangsung lancar, intim, dan berkesan. Audry tidak mengenal seorang pun tamu yang datang. Kebanyakan dari mereka adalah warga negara setempat.Acara pernikahan mereka diadakan di atas hamparan salju, tepat di samping resort yang bersebelahan dengan danau. tamu-tamu yang datang kebanyakan memakai coat yang membuat suasana musim dingin semakin kental terasa.Audry begitu jelita dalam balutan gaun pengantin putihnya. Gaun itu adalah pilihan sang mertua dan Audry sangat menyukainya. Senada dengan sang istri, Dypta mengenakan setelan tuxedo broken white yang membuatnya tampak gagak paripurna.Lantunan instrumental Beautiful in White terdengar mengalun hingga acara tersebut selesai.“Absurd banget ya kita,” cetus Audry begitu memasuki kamar pengantin.“Absurd gimana?” Dypta balas bertanya.“Udah tahu dingin kita malah nikah di luar, harusnya indoor aja.””Nggak apa-apa, kan cuma sekali seumur hidup.”Audry ter
Di antara semua kehamilannya, kehamilan kali ini adalah yang paling sulit dirasakan Audry. Salah satu penyebabnya adalah faktor usia yang tidak lagi muda. Kehamilannya sangat berisiko. Tidak hanya padanya, namun juga terhadap calon bayinya.Tanpa terasa saat ini kandungan Audry sudah memasuki bulan kesembilan. Tinggal beberapa hari lagi maka putri ketiganya akan launching ke dunia. Iya, putri. Dari hasil USG diperkirakan kalau anak keduanya dengan Dypta adalah perempuan. Pada akhirnya penantian panjang sepasang suami istri itu berakhir dengan manis.Audry menjalani kehamilannya dengan susah payah. Tidak hanya berkutat seputar morning sickness, namun juga pada tekanan darahnya yang tinggi. Beberapa kali Audry harus bed rest total. Dan dalam rentang waktu itu Dyptalah yang menggantikan tugasnya mengurus anak-anak.Dypta sedang memijit pinggang Audry saat Tania akan masuk ke kamar mereka. Langkah gadis itu terhenti ketika mendengar percakapan kedua orang tuanya."Sakit banget, Dyp, aku u
Detik demi detik berlalu. Dypta dan Tania menanti di luar dengan perasaan yang tidak bisa lagi dijabarkan dengan kata-kata. Berbagai pikiran buruk menjajah dengan liar tanpa bisa dikendalikan.Setelah lelah menangis Tania akhirnya terkulai sambil menyandarkan kepalanya di pundak Dypta. Dypta mengusap lengan gadis itu tanpa suara. Ia juga lelah dengan pikiran yang memengaruhinya.Namun, keduanya tak henti berdoa untuk keselamatan Audry serta anak dalam kandungannya."Kalo Kakak capek Kakak boleh istirahat di rumah," ujar Dypta sambil mengusap lagi lengan Tania."Tata di sini aja, Om, Tata nggak mau pulang." Gadis itu bersikeras untuk bertahan di sana. Ia tidak akan meninggalkan rumah sakit sebelum memastikan sendiri keadaan ibu dan adiknya."Nggak apa-apa, Kak, biar Om sendiri di sini. Kakak pasti capek," ucap Dypta pengertian."Tata nggak akan pulang sebelum tahu keadaan Mommy, Om." Tania bersikukuh tak ingin pergi."Ya udah. Kita tunggu sama-sama ya, semoga operasinya cepat selesai.
“Pa, itu Kakak!” Rogen berseru pada Dypta, lalu mereka berjalan mendekat. Tania mengembangkan senyum lebar menyambut orang-orang kesayangannya. Hari ini adalah hari wisuda Tania. Setelah lebih kurang empat tahun menempuh pendidikan di sebuah perguruan tinggi bergengsi, akhirnya Tania berhasil menyelesaikan pendidikannya dengan predikat cumlaude. Ia membuat bangga kedua orang tuanya. “Selamat ya, Sayang …” “Makasih, Mommy.” Tania menyambut pelukan Audry di tubuhnya. “Kakak hebat, Mommy bangga sama Kakak,” ucap Audry terharu. Bagaimana tidak. Tania adalah lulusan terbaik tahun ini di fakultasnya. “Mommy juga hebat, Tata begini adalah berkat Mommy dan Om juga,” ujar Tania sambil melirik Dypta yang berdiri tepat di sebelah Audry. Selama ini kedua orang tuanyalah yang paling berjasa menyokong kesuksesannya. Dypta menerbitkan senyum dari bibirnya. Sama seperti yang dilakukan Audry tadi, lelaki itu memberikan pelukan hangat untuk sang putri. Tania memejamkan matanya. Sekian tahun berl
Tania berbaring sambil memandangi satu demi satu foto-foto wisudanya tempo hari. Ada foto bersama orang tua dan adik-adik, teman-teman, hingga dosennya. Jari Tania berhenti menggulir menu di ponsel. Fotonya berdua dengan Dypta begitu menarik perhatiannya. Di foto itu Tania berdiri bersisian dengan Dypta. Lelaki itu merangkul punggungnya, sedangkan Tania menggenggam buket mawar merah. Buket bunga itu merupakan pemberian Dypta untuknya. Tanpa sadar senyum terselip di bibir Tania. Tania kemudian meletakkan ponsel. Ia beralih pada buket bunga yang diletakkannya di nakas. Tania mengambil lalu menciumnya. Pintu yang tiba-tiba terbuka membuat Tania terkejut. Ia langsung menyimpan senyum dan meletakkan buket bunga itu kembali ke tempatnya ketika mengetahui Audrylah yang datang. “Mommy boleh masuk?” tanya Audry dari sisi pintu. “Masuk aja, Mommy.” Audry menarik langkah menghampiri Tania. Ia ikut duduk di tepi ranjang bersama sang putri. Sepasang mata Audry tidak lepas dari buket bunga di
Pesawat yang membawa Tania dan sahabatnya Claudia baru saja mendarat dengan mulus di Phuket International Airport. Kedua gadis itu tersenyum lebar membayangkan liburan indah mereka selama beberapa hari ke depan.Dari bandara mereka langsung menuju ke hotel setelah taksi yang sebelumnya dipesan khusus datang menjemput. Tania dan Claudia bersahabat dekat. Sebagai best friend forever keduanya sudah saling mengenal luar dalam satu sama lain. Hanya saja tentu Tania tidak akan berbagi rahasia besarnya mengenai Dypta."Bokap nyokap lo bilang apa, Ta?" tanya Claudia pada Tania dalam perjalanan menuju hotel."Tentang apa?" Tania membuka kacamata hitamnya lalu memasukkan ke dalam tas."Kita liburan ke sini.""Nggak bilang apa-apa sih, paling cuma disuruh jaga diri baek-baek.""Enak banget ya bokap nyokap lo." Ada nada cemburu dalam nada suara Claudia.Segaris senyum terbit di bibir Tania. Secara otomatis wajah Audry dan Dypta melintas di depan matanya."Mommy dan Om Dypta emang baik banget," g
Titania Tamara menyandarkan punggung setelah menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Hingga detik ini debar jantungnya masih tak terkendali. Emosinya mengubun-ubun mengingat apa yang baru saja dialaminya.Bagaimana mungkin pria itu bisa masuk ke kamar lalu dengan leluasa menyaksikan pergerakannya? Ingin rasanya Tania melaporkan pria itu pada petugas hotel.Tania beranjak dari sisi pintu. Ia segera memakai pakaiannya dengan terburu-buru. Khawatir kalau-kalau orang itu masuk lagi seperti maling.Tania langsung melirik ke arah pintu ketika terdengar ketukan di sana. Jantungnya kembali menghentak, sementara matanya menatap nyalang ke arah tersebut. Kalau-kalau yang datang adalah orang tadi.“Tata! Buka pintunya, Ta!”Seketika Tania merasa lega ketika mendengar suara Claudia.“Muka lo kenapa jadi tegang gitu?” tanya Claudia setelah Tania membuka pintu dan mendapati wajah tegang sahabatnya.“Lo dari mana aja, Clau? Tadi tuh ada cowok mesum masuk ke sini,” ucap Tania jengkel. Ia masih merasa ger
Empat hari di Phuket, Tania dan Claudia mengakhiri liburan mereka. Keduanya kembali membawa banyak pengalaman baru. Namun yang paling berkesan bagi Tania adalah insiden di kamar hotel.Claudia menebar senyum lebar begitu melihat kekasihnya sudah menanti di terminal kedatangan.“Ta, gue duluan ya! Lo gimana? Mau bareng sama gue?”“Gue dijemput Om Dypta,” jawab Tania.“Terus Om Dypta-nya mana?”“Mungkin lagi di jalan, paling bentar lagi nyampe.” Tania memandang jam tangannya.“Ya udah, gue duluan.” Claudia meninggalkan Tania sendiri.Tania mengedarkan pandangannya mencari-cari sosok sang penjemput. Tadi sebelum berangkat Tania menelepon Dypta agar menjemputnya. Dypta pun menyanggupi. Namun sudah lebih sepuluh menit dari waktu yang dijanjikan Dypta masih belum menampakkan diri.Tania baru akan berencana menelepon Dypta ketika melihat Audry beberapa meter di depannya. Perempuan itu berjalan mendekat ke arahnya.“Kak, sorry Mommy agak telat, Kakak udah lama nyampenya?”Tania menjauhkan po