Sorry, ada typo di bab sebelumnya pada bagian author's note. Seharusnya mencintai tapi tertulis mencinyai. Udah diedit tapi nggak berubah.
Pesawat yang membawa Tania dan sahabatnya Claudia baru saja mendarat dengan mulus di Phuket International Airport. Kedua gadis itu tersenyum lebar membayangkan liburan indah mereka selama beberapa hari ke depan.Dari bandara mereka langsung menuju ke hotel setelah taksi yang sebelumnya dipesan khusus datang menjemput. Tania dan Claudia bersahabat dekat. Sebagai best friend forever keduanya sudah saling mengenal luar dalam satu sama lain. Hanya saja tentu Tania tidak akan berbagi rahasia besarnya mengenai Dypta."Bokap nyokap lo bilang apa, Ta?" tanya Claudia pada Tania dalam perjalanan menuju hotel."Tentang apa?" Tania membuka kacamata hitamnya lalu memasukkan ke dalam tas."Kita liburan ke sini.""Nggak bilang apa-apa sih, paling cuma disuruh jaga diri baek-baek.""Enak banget ya bokap nyokap lo." Ada nada cemburu dalam nada suara Claudia.Segaris senyum terbit di bibir Tania. Secara otomatis wajah Audry dan Dypta melintas di depan matanya."Mommy dan Om Dypta emang baik banget," g
Titania Tamara menyandarkan punggung setelah menutup pintu kamarnya rapat-rapat. Hingga detik ini debar jantungnya masih tak terkendali. Emosinya mengubun-ubun mengingat apa yang baru saja dialaminya.Bagaimana mungkin pria itu bisa masuk ke kamar lalu dengan leluasa menyaksikan pergerakannya? Ingin rasanya Tania melaporkan pria itu pada petugas hotel.Tania beranjak dari sisi pintu. Ia segera memakai pakaiannya dengan terburu-buru. Khawatir kalau-kalau orang itu masuk lagi seperti maling.Tania langsung melirik ke arah pintu ketika terdengar ketukan di sana. Jantungnya kembali menghentak, sementara matanya menatap nyalang ke arah tersebut. Kalau-kalau yang datang adalah orang tadi.“Tata! Buka pintunya, Ta!”Seketika Tania merasa lega ketika mendengar suara Claudia.“Muka lo kenapa jadi tegang gitu?” tanya Claudia setelah Tania membuka pintu dan mendapati wajah tegang sahabatnya.“Lo dari mana aja, Clau? Tadi tuh ada cowok mesum masuk ke sini,” ucap Tania jengkel. Ia masih merasa ger
Empat hari di Phuket, Tania dan Claudia mengakhiri liburan mereka. Keduanya kembali membawa banyak pengalaman baru. Namun yang paling berkesan bagi Tania adalah insiden di kamar hotel.Claudia menebar senyum lebar begitu melihat kekasihnya sudah menanti di terminal kedatangan.“Ta, gue duluan ya! Lo gimana? Mau bareng sama gue?”“Gue dijemput Om Dypta,” jawab Tania.“Terus Om Dypta-nya mana?”“Mungkin lagi di jalan, paling bentar lagi nyampe.” Tania memandang jam tangannya.“Ya udah, gue duluan.” Claudia meninggalkan Tania sendiri.Tania mengedarkan pandangannya mencari-cari sosok sang penjemput. Tadi sebelum berangkat Tania menelepon Dypta agar menjemputnya. Dypta pun menyanggupi. Namun sudah lebih sepuluh menit dari waktu yang dijanjikan Dypta masih belum menampakkan diri.Tania baru akan berencana menelepon Dypta ketika melihat Audry beberapa meter di depannya. Perempuan itu berjalan mendekat ke arahnya.“Kak, sorry Mommy agak telat, Kakak udah lama nyampenya?”Tania menjauhkan po
“Tania, ini lho anak Tante, namanya Gatra. Ayo, Gat, kenalan dulu sama Tania.”Sepasang anak muda itu saling tatap. Begitu mata mereka bertemu keduanya membeku di tempat masing-masing. Muka Tania mendadak tegang, begitu pun dengan Gatra. Pertemuan pertama mereka yang tidak menyenangkan memberi kesan yang begitu melekat hingga saat ini.“Gat, ayo! Kenapa malah bengong? Kamu tuh ya nggak bisa ngeliat cewek cantik dikit.” Lena tersenyum sambil menarik tangan Gatra yang mendadak beku di tempatnya.Gatra langsung mengubah ekspresi. Ia menyembunyikan rasa terkejut sejauh mungkin dan bersikap sewajarnya seakan tidak ada yang terjadi. Gatra melangkah tepat ke arah Tania lalu mengulurkan tangan. “Hai, aku Gatra,” sambil menyebutkan nama.Tania tidak bereaksi apa-apa. Ia membiarkan tangan Gatra menggantung di udara. Sementara matanya menyorot pada laki-laki itu dengan tatapan menusuk.“Ta!” tegur Audry sambil menyikut Tania.Tania terpaksa mengulurkan tangan menyambut tangan Gatra sambil menyeb
Tania mendadak gelagapan. Demi apa pun ia sudah menyembunyikan rahasia hidupnya paling besar jauh di dasar hati paling dalam. Jadi kalau ada seseorang yang mengungkit bahkan hanya sekadar menyebut nama Dypta jantungnya langsung menggigil.“Kak?” Audry menegur sang putri yang membungkam mulut tiba-tiba. Ia merasa butuh jawaban tersebut detik ini juga.“Semua orang pasti pengen punya pasangan kayak Om Dypta, siapa sih yang nggak mau?” Tania berhasil memberi jawaban setelah susah payah merangkai kalimat yang pas tanpa membuat Audry jadi curiga.“Emangnya Papa gimana? Kenapa semua orang pengen punya pasangan kayak Papa?” Audry terus memancing. Well, itu pertanyaan jebakan. Audry harap Tania tidak menyadarinya.“Om Dypta baik, penyayang dan juga setia. Dan Om Dypta hanya akan menikah satu kali. Istri Om Dypta hanya Mommy.” Tania menguraikan satu demi satu poin-poin positif dari seorang Pradypta Syailendra.Audry tersenyum lebar. Senang mendengarkan sang putri menjabarkannya dengan tepat.
Gatra menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia tidak habis pikir. Bagaimana mungkin mamanya berpikir untuk menjodohkannya dengan orang yang tidak Gatra kenal? Tapi inti pertanyaannya bukan itu, melainkan, bagaimana mungkin mamanya bisa memikirkan untuk menjodohkan dirinya di zaman serba canggih begini?Gatra kira perjodohan hanya ada di film-film atau buku cerita. Nyatanya saat ini mamanya malah ikut-ikutan menjadi tokoh antagonis dalam cerita tersebut. Bagaimana Gatra tidak menyebutnya sebagai antagonis, Gatra tidak pernah percaya pada konsep perjodohan macam apa pun. Menurutnya perjodohan hanya dilakukan karena terpaksa oleh dua orang yang tidak saling mencintai. Hal tersebut sangat bertentangan dengan prinsip hidup yang Gatra pegang dengan teguh. Gatra hanya akan menikah dengan orang yang ia cintai dan juga mencintainya."Selama ini Mama nggak pernah minta apa-apa sama kamu. Tapi untuk kali ini boleh kan kalau Mama meminta?"Gatra mengembuskan napas panjang. Tidak perlu dijelaskan lagi
“Ta! Tania! Kamu dengar suara aku kan?” Gatra meningkatkan volume suara lantaran ia pikir Tania tidak mendengarnya.“Are you insane?” Akhirnya suara emas itu terdengar juga menjawab pertanyaan Gatra.“Apa? Kamu bilang aku gila hanya karena ngajak kamu nikah?” Gatra tertawa terbahak. “Aneh kamu, Ta. Justru karena aku masih waras makanya aku ngajak kamu nikah. Emang ada yang salah? Kalo aku gila kamu kuajak tidur bareng, bukannya nikah. Lagian kita nggak usah pura-pura bodohlah. Tujuan orang tua kita ngenalin kita adalah buat ngejodohin kita, dan ujung-ujungnya adalah pernikahan. Masa gitu aja kamu nggak ngerti?” Gatra mencerocos panjang lebar. Di ujung telepon sana Tania melongo mendengar ocehan panjang laki-laki itu. Apa yang baru saja tertangkap oleh gendang telinganya sangat mengejutkannya."Tania, hei, jangan diam aja dong! Aku tuh lagi ngomong sama kamu. Direspon dong kata-kata aku! Mau ya nikah sama aku? Kamu nggak usah takut soal malam pertama, aku janji bakal pelan-pelan.”"Or
Tania terperanjat. Begitu pun dengan Audry. Keduanya sama-sama terkejut. Audry kaget menyadari dirinya bisa lepas kendali setelah bertahun-tahun mampu menyimpannya sendiri. Seharusnya tadi ia tidak terpancing emosi. Semestinya ia bisa lebih sabar lagi menghadapi Tania seperti yang sudah-sudah. Ia hanya perlu menanti sampai Tania membuka hati untuk Gatra.Wajah Tania memucat dalam hitungan detik. Apa artinya Audry mengetahui semuanya mengenai perasaan Tania terhadap Dypta? Tapi bagaimana mungkin? Audry tahu dari mana? Tania pastikan tidak ada yang mengetahui rahasia itu selain dirinya dan sang pencipta. Audry melirik kiri kanannya, meyakinkan tidak ada orang di sekitar mereka. Lalu menarik tangan Tania ke kamar. Tania menurut tanpa perlawanan.Begitu tiba di sana Audry mengunci pintu rapat-rapat. Ia merasa perlu bicara dari hati ke hati dengan sang putri. Ia tidak mau saat mereka berbicara nanti terinterupsi seseorang.Audry bersedekap sambil berdiri memandang pada Tania yang duduk d