Selama dalam perjalanan pulang ke rumah, Audi berceloteh panjang mengenai fashion show yang baru saja selesai, sedangkan di sebelahnya Dypta mencoba untuk konsentrasi menyetir. Ocehan Audi yang menggebu-gebu serta suara antusias gadis itu membuat fokusnya agak terganggu. Selain itu, Dypta juga tidak tertarik mendengarnya. Yang ada di pikirannya saat ini adalah Audry."Tapi beneran lho, Ko, kayak yang dibilang Stella dan Disti tadi. Kita tuh udah harus menikah. Apalagi sih yang ditunggu? Kamu udah settle, aku juga. Kalo mengutip kata-kata Papi, niat baik harus disegerakan.""Aku belum siap." Dypta memberi satu jawaban singkat yang membuat Drey membelalak."Belum siap gimana?""Kita masih muda. Aku masih mau melakukan banyak hal.""Kamu bisa melakukan apa pun. Menikah nggak bakal menghalangi kamu untuk melakukan ap apun. Kamu mau kerja, kamu mau berprestasi, kamu mau bergaul, atau apa pun itu aku nggak akan menghalangi kamu. Yang penting kita ada ikatan dulu biar hubungan kita semakin k
Audry mengetuk-ngetuk meja dengan buku jarinya. Suara ketukan itu menimbulkan suara pelan.Sementara matanya menatap kosong ke layar laptop, memandangi tulisan yang beberapa menit lalu diketiknya di sana. Apa pun yang tertera di layar kertas digital itu semuanya adalah tentang Dypta. Dypta lagi dan Dypta terus.Semalam hal itu terjadi lagi. Jeff memintanya lagi dan Audry tidak punya alasan untuk menolak atau laki-laki itu akan marah dan curiga padanya.Audry merasa bersalah karena menganggap dirinya mengkhianati Dypta. Tapi bagaimana dengan Dypta? Apa dia juga merasakan hal yang sama? Apa tidak terlintas di hatinya perasaan serupa lantaran telah menyakiti Audry?Audry bahkan tidak yakin perasaan itu ada. Audry bahkan mulai berpikir jangan-jangan Dypta menikmati permainannya. Lelaki mana yang tidak akan tergoda oleh perempuan seksi dan secantik Drey? Bahkan Audry yang jelas-jelas adalah seorang wanita sangat terpesona oleh kesempurnaan fisik perempuan itu.'Mikir apa sih aku?' Audry
"Soal penting apa, Dyp? Nggak bisa sekarang aja?" Audry sudah tidak sabar ingin tahu apa yang akan disampaikan Dypta."Nanti aja pulang dari dokter."Audry mengangguk dan tidak bertanya lagi.Mereka kemudian saling diam dihanyutkan pikiran masing-masing. Satu-satunya suara yang terdengar adalah lagu melankolis yang mengalun dari radio mobil."Situasi di rumah gimana, Yang?" Pertanyaan itu menyentak Audry dan membuatnya menoleh ke arah Dypta."Biasa aja.""Kabar Tania gimana?""Dia sehat, masih seceria biasa.""Kalau Om Jeff?""Kayak yang aku bilang kemarin. Dia agak berubah setelah aku ngelakuin apa yang kamu suruh. Tapi ..." Audry berhenti, rasanya tidak sanggup untuk meneruskannya. Suara Audry yang tercekat rupanya menarik perhatian Dypta untuk menoleh. "Tapi apa, Yang?" burunya ingin tahu."Jeff minta itu lagi," jawab Audry lirih."Dan kamu kasih?"Audry mengangguk pelan. "Aku nggak mungkin menolak. Nanti dia bakal curiga. Selama masih serumah sama dia aku nggak akan bisa menolak
Audry menatap Dypta lebih dekat di sela-sela keheranannya. Audry ingin agar Dypta memperjelas kata-katanya. Meski hampir bisa membacanya, namun Audry tidak ingin berasumsi.“Dyp, jadi yang mau kamu omongin sebenarnya apa?”Dypta tidak langsung menjawab. Ia menelan salivanya. Rasanya tidak ingin menyakiti perempuan berparas manis di sebelahnya ini. Tapi keadaan memaksanya. Ia sudah terlanjur masuk ke dalam permainan yang dibuatnya sendiri. Dan dirinya juga yang harus menyelesaikannya.”Dyp, ayo dong! Kamu bilang semua ini maksudnya apa?” desak Audry tidak lagi bisa membendung rasa ingin tahu. Seharusnya dari tadi Dypta mengatakannya.“Aku akan menikahi Audi,” ucap Dypta lirih. Hal yang sesungguhnya tidak ingin ia sampaikan.Audry langsung terdiam setelah mendengar ucapan Dypta. Tolong katakan padanya, Audry tidak salah dengar kan? Dypta pasti sedang bergurau. Gurauan yang nggak ada lucu-lucunya.“Dyp, aku nggak ngerti deh, kamu ngomong begini ke aku maksudnya apa? Kamu pengen becandain
Audry terdiam begitu lama, sementara Dypta yang sedang menyetir di sebelahnya terus menanti jawaban perempuan itu. Audry tidak ingin Dypta menikah dengan Audi. Ia tidak yakin Dypta bisa melepaskan diri dari perempuan itu setelahnya. Audry memang tidak mengenal Audi secara pribadi. Namun melihat sikap yang ditunjukkan perempuan itu pada Audry, ia yakin semua tidaklah segampang yang dipikirkan Dypta. Audi membenci Audry, apalagi jika nanti tahu siapa ia sebenarnya.Dypta menepi kemudian berhenti di pinggir jalan. Pembahasan ini tidak bisa dilakukan secara sambil lalu.“Gimana, Yang? Aku udah kasih pilihan dan semua ada risiko masing-masing. Aku siap menjalankan apa pun yang kamu pilih. Aku menikah dengan Audi tapi kamu harus sabar sementara waktu. Atau aku muncul di hadapan Om Jeff dan kita mengakui semuanya dengan konsekuensi kita sama-sama berada pada posisi yang tidak aman. Aku akan kehilangan pekerjaan, kehilangan uang, kehilangan segalanya. Aku nggak punya apa-apa.””Tapi kamu ngg
Masuk ke dalam rumah, Dypta duduk sendiri di ruang tamu. Audry meninggalkannya sesaat.Kilasan percakapan tadi terngiang lagi di telinga Dypta. Sebelum memutuskan untuk mengaku dan menemui Jeff, mereka berbicara sangat lama dan panjang sebelum akhirnya mencapai keputusan itu."Ini semua tentang harga diri. Kamu nggak akan ngerti," ujar Dypta pada Audry."Aku hidup tanpa harga diri selama bertahun-tahun, tapi aku tetap hidup. Kita nggak akan mati hanya karena dianggap rendah dan dilecehkan, Dyp," jawab Audry membalas perkataan Dypta.Dypta terpaksa membelokkan rencananya dari tujuan awal setelah Audry memohon-mohon padanya. Menyerahkan diri pada Jeff sama dengan menuju tiang gantungan. Jeff akan membunuhnya untuk kedua kali. Entahlah. Dypta tidak tahu apa kali ini ia akan betul-betul mati. *Jef mengendara serampangan. Ia juga membunyikan klakson dengan keras dan tidak sekali dua kali menyalib kendaraan di depannya dari sebelah kiri. Berita yang disampaikan Nora tadi padanya membuat
Jeff terkejut setengah mati. Tidak hanya karena kemunculan Dypta yang begitu mendadak dan tidak pernah ada dalam prediksinya. Namun juga karena pengakuan laki-laki itu. Ia tidak tahu bukti apa yang dimiliki Dypta. Tapi membuatnya cukup gentar.Jujur saja Dypta yang duduk di depannya saat ini begitu berbeda dengan Dypta keponakannya yang dikenalnya dulu. Siapapun dia dan meskipun suaranya sama tapi sukses membuat Jeff tertipu."Untuk apa Om pertahankan Audry? Dia tidak mencintai Om. Om juga tidak mencintai dia." Dypta memecah lamunan singkat pamannya.'Tahu apa bajingan kecil ini tentang perasaanku?!' Jeff menggeram di dalam hati."Audry memang istri Om tapi hidupnya sangat tersiksa karena Om nggak berhenti menganiayanya lahir dan batin. Om bisa dapat perempuan yang jauh lebih baik dari Audry. Aku ingin Om lepaskan Audry dan Tania. Aku juga ingin memberi Om penawaran.""Penawaran apa?" tanya Jeff dingin."Om jangan anggap aku main-main. Aku mempunyai barang buktinya, Om. Om bisa dipenj
“Dyp, putar balik, kita pulang aja!” cetus Audry tiba-tiba.Sudah sejak tadi Audry hanya diam dan larut dalam renungan panjang. Audry memikirkan Tania. Audry khawatir jika Jeff berbuat nekat pada putri mereka.Dypta yang sedang menyetir terkejut mendengar seruan Audry dan refleks menoleh ke sebelahnya. “Jangan,” larangnya tidak setuju.“Tapi aku takut kalau Jeff bakalan nekat dan nyakitin Tania.””Aku juga takut, tapi Tania anak dia, anak kalian berdua. Jeff mungkin bisa ngelakuin apa pun ke kamu, tapi bukan pada Tania. Kamu tenang aja, besok pagi-pagi kita datang ke rumah dan ketemu sama Tania,” ujar Dypta mencoba menenangkan Audry sambil mengusap lembut pundaknya.Sesungguhnya Dypta jauh lebih khawatir dibandingkan Audry. Kenapa? Karena semua terasa sangat mudah. Jeff percaya begitu saja bahwa Dypta memiliki barang bukti atas kejahatannya. Dan Jeff juga begitu gampang menyerahkan Audry pada Dypta.Mereka tiba di North Apartment tak lama kemudian. Meski Dypta sudah semaksimal menenan