Claire menggeleng, lalu duduk di pangkuan Javier dan menjawab, “Aku hanya merasa agak sayang. Roy punya reputasi yang sangat bagus di dunia perhiasan dan sudah menjalankan bisnisnya selama 30 tahun lebih. Awalnya, aku kira dia akan mewariskan bisnisnya kepada putrinya. Tak disangka, dia malah memberikannya kepada orang lain.”Javier menaruh rambut panjang Claire ke punggungnya, lalu menjawab, “Mungkin saja Roy sadar dia sudah kehilangan waktu untuk membimbing dan menemani putrinya selama ini. Bagi seorang ayah, reputasi dan keuntungan tidak lebih penting dari keluarganya.”Claire pun tertegun setelah mendengar jawaban Javier. Dia menatap Javier sambil berkata, “Kalau itu Jessie, apa kamu juga akan ....”“Aku akan melakukan apa pun demi kalian. Selama ada kalian, aku bisa hidup tanpa ketenaran ataupun kekayaan,” jawab Javier sambil menempelkan dahinya ke dahi Claire.Claire langsung merasa terharu dan tersenyum. Kemudian, Javier memeluknya dan mengecup kepalanya.Pada saat yang sama, di
Javier mengulurkan tangannya untuk memeluk Claire dan menjawab, “Karena aku lebih ingin memelukmu.”Claire tertawa, lalu berkata sambil merapikan kerah baju Javier, “Berhubung langit belum gelap, aku mau ke sebuah tempat dulu sebelum pulang ke Kediaman Fernando.”Javier mengiakan, lalu menggenggam tangannya sambil menjawab, “Aku akan menemanimu.”Claire membeli dua ikat bunga krisan putih di toko bunga, lalu mobil mereka melaju ke sebuah pemakaman. Setelah meletakkan kedua ikat bunga itu di makam orang tuanya, Claire berkata, “Ayah, Ibu, sudah mau Imlek lagi. Dulu, aku sangat membenci Imlek karena nggak bisa berbaur dengan keluarga itu. Tapi, semuanya sudah berbeda sekarang. Aku punya suami yang sangat menyayangiku, juga sudah jadi seorang ibu. Jadi, kalian nggak perlu khawatir padaku lagi.”Claire menghela napas dalam-dalam untuk menahan air matanya dan berusaha menunjukkan seulas senyum di hadapan foto orang tuanya. Dalam perjalanan pulang, dia bersandar di bahu Javier, sedangkan Ja
Javier menambahkan dengan datar, “Seorang lelaki yang sudah berumur 40-an tahun memang tidak perlu buru-buru.”Benn juga tersenyum dengan hormat. Orang di samping juga ikut tersenyum. Ketika mendengar suara kembang api di luar sana, Jessie meletakkan peralatan makannya. “Kakak-kakak, kalian makannya yang cepat. Sudah saatnya kita main kembang api!”Anak-anak meletakkan kembang api yang dibeli mereka di depan pintu. Roger membantu mereka untuk menyalakannya. Saat kembang api dilepaskan di atas langit, anak-anak pun merasa sangat gembira.Claire berdiri di dalam halaman melihat kembang api yang berkilauan itu. Dia menoleh menatap Javier. Kebetulan Javier juga sedang menatapnya.….Lampu di dalam ruangan tidak dinyalakan. Hans duduk di samping jendela sembari memandang ke luar jendela. Jalanan yang dipadati mobil terasa kosong baginya. Dia mengeluarkan ponselnya untuk melihat gambar di layarnya. Entah sejak kapan, foto di layar ponselnya telah berubah menjadi foto Noni.Noni sudah meningg
Seandainya semuanya bisa dimulai dari awal. Sayangnya, semuanya tidak memungkinkan.Saat ini, di Negara Mardani.Noni sedang duduk di dalam kamar pasien. Dokter sedang melepaskan perban yang membaluti wajah Noni. Suster pun mengambil cermin, lalu mengarahkannya ke hadapan Noni.Noni melihat wajah asing di dalam cermin itu. Setelah melakukan operasi plastik sebanyak dua kali, wajahnya masih kelihatan agak membengkak.Dokter berpesan, “Nona Noni, setengah tahun ini adalah masa pemulihan lukamu. Usahakan jangan menggosok wajahmu dengan terlalu kuat. Dengan begitu, wajahmu baru akan pulih dengan cepat.”Nona tersenyum. “Terima kasih.”Setelah dokter meninggalkan tempat, Nona melihat dirinya dari dalam cermin, lalu tersenyum. Mulai saat ini, dia akan berpamitan dengan masa lalu.Dalam sekilas mata, waktu tiga tahun telah berlalu.Media melaporkan bahwa Perusahaan Soulna telah menduduki peringkat keenam di jajaran dalam negeri. Perusahaan Soulna berhasil memasuki sepuluh besar. Posisinya ham
Mobil berhenti di depan pintu hotel. Mereka berdua memasuki restoran. Selain pelayan yang sedang menunggu, tidak ada satu pun pelanggan di dalam restoran. Kelihatan sekali Javier telah mereservasi satu restoran.Para pelayan yang berbaris rapi menyapa, “Selamat datang!”Claire berjalan ke meja putih yang sudah dipersiapkan. Tampak ada sebuket mawar hitam di atas meja. Dia spontan tersenyum, lalu membalikkan tubuhnya melihat ke sisi Javier. “Ini kejutan yang kamu maksud?”Javier menarik bangku mempersilakan Claire untuk duduk. Dia membungkukkan tubuhnya mendekati Claire. “Demi merayakan terwujudnya impian Claire.”Javier duduk di seberang Claire, lalu menyuruh pelayan untuk membukakan botol anggur merah. Claire menopang dagu dengan satu tangan sembari menatap Javier dengan tersenyum. “Namanya juga demi mengejar langkahmu. Kalau nggak, jarak di antara kita terlalu jauh.”Javier mengambil botol anggur merah. “Sudah bagus bisa masuk peringkat sepuluh besar.”Claire mengangkat-angkat alisny
“Apa?” Cherry menatap Claire.Claire menggeleng dengan tersenyum. “Nggak kenapa-napa.” Seandainya anak itu tidak gugur akibat kecelakaan, sekarang Claire pun sudah memiliki empat anak. Mungkin inilah yang dinamakan takdir. Itulah sebabnya Claire tidak pernah mengungkit untuk meminta anak keempat.Pada saat yang sama, di ruang wawancara Grup Angkasa.Seorang wanita sedang berhadapan dengan tiga orang penguji. Dia sedang menganalisa data yang bersangkutan dengan Grup Angkasa. Rasa percaya diri si wanita sungguh memuaskan hati ketiga penguji.Mereka membuka CV-nya. Listya, 29 tahun, tamatan S2 dari universitas arsitektur ternama di Negara Shawana. Latar pendidikannya boleh dikatakan cukup bagus.Salah seorang penguji berdiri, lalu berkata, “Nona Listya, tunggu kabar baik dari kami.”Listya berdiri, lalu mengangguk sedikit kepalanya. “Terima kasih.” Dia mengambil tas, lalu berjalan meninggalkan ruangan.Kebetulan Roger melewati sisi Listya. Dia refleks melirik sekilas. Listya pun tersenyum
Lucy mengangkat kepalanya dengan gemetar. Dia memeluk kakinya, lalu berkata, “Pak Diandra, aku … aku bukan sengaja ingin melarikan diri. Hanya saja, orang itu terlalu menakutkan. Aku … aku nggak ingin layani dia, dia bisa membunuhku.”Diandra menjambak rambut Lucy. “Kamu itu kerjaannya jual diri. Sekarang kamu malah pilih pelanggan?”Tamparan dilayangkan ke wajah Lucy. Wajahnya seketika membengkak.Diandra meludah ke lantai. “Aku beri kamu 2 pilihan, bayar 2 miliar atau pergi minta maaf sama tamu. Kalau tidak, aku akan bunuh kamu sekarang.”Lucy merangkak, lalu bersujud di hadapan Diandra. “Aku … aku pilih untuk bayar uang ganti rugi! Aku akan ganti rugi!”Lucy sungguh tidak ingin menghadapi tamu yang kehilangan kewarasannya itu. Lucy bisa mati nantinya!“Tiga hari!” Diandra menjambak rambut Lucy, lalu bertatapan dengannya. “Kalau aku nggak melihat uang dalam waktu tiga hari, aku akan cabik-cabik kamu untuk dijadikan makanan ikan.”Diandra membawa anggotanya meninggalkan tempat, hanya
“Claire, kamu … sekarang kamu curiga aku lagi bohongin kamu, ya? Aku nggak lagi bohong!” Lucy merasa panik. Tentu saja dia tidak berani mengatakan bahwa dia mengetahuinya. Sebab, dia takut nantinya Claire tidak akan meminjamkan uang kepadanya.“Lucy, kamu seharusnya tahu aku orangnya nggak suka dibohongi. Setelah berbohong sekali, kamu pasti akan berbohong untuk kedua kalinya. Kalau jobdesk sudah tertera jelas di dalam kontrak, kamu malah menandatanganinya, itu berarti kamu cari gara-gara sendiri. Kalau kamu dibohongi, aku akan membantumu dengan menggunakan jalur hukum,” jelas Claire dengan perlahan.Ketika Lucy mendengar penjelasan itu, dia langsung merasa putus asa. “Claire, kamu bahkan nggak bersedia untuk pinjamin uang 2 miliar sama aku? Aku itu adik sepupumu. Dengan statusmu sekarang, apa uang 2 miliar itu berharga bagi kamu?”“Uang 2 miliar juga uang.” Raut wajah Claire tampak serius. “Memangnya uangku itu jatuh dari langit? Kamu itu memang adalah sepupuku, tapi aku nggak berkewa
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka