“Claire, kamu … sekarang kamu curiga aku lagi bohongin kamu, ya? Aku nggak lagi bohong!” Lucy merasa panik. Tentu saja dia tidak berani mengatakan bahwa dia mengetahuinya. Sebab, dia takut nantinya Claire tidak akan meminjamkan uang kepadanya.“Lucy, kamu seharusnya tahu aku orangnya nggak suka dibohongi. Setelah berbohong sekali, kamu pasti akan berbohong untuk kedua kalinya. Kalau jobdesk sudah tertera jelas di dalam kontrak, kamu malah menandatanganinya, itu berarti kamu cari gara-gara sendiri. Kalau kamu dibohongi, aku akan membantumu dengan menggunakan jalur hukum,” jelas Claire dengan perlahan.Ketika Lucy mendengar penjelasan itu, dia langsung merasa putus asa. “Claire, kamu bahkan nggak bersedia untuk pinjamin uang 2 miliar sama aku? Aku itu adik sepupumu. Dengan statusmu sekarang, apa uang 2 miliar itu berharga bagi kamu?”“Uang 2 miliar juga uang.” Raut wajah Claire tampak serius. “Memangnya uangku itu jatuh dari langit? Kamu itu memang adalah sepupuku, tapi aku nggak berkewa
Listya menutup jendela mobil, kemudian mobil pun melaju pergi. Lucy masih terbengong di tempat, menatap kartu nama di tangannya. …Sore hari, di Vila Blue Canyon.Claire baru saja selesai mandi. Dia membalut tubuh dan juga rambutnya dengan handuk. Claire berdiri di depan meja rias, lalu mengoles krim wajahnya.Saat ini, Javier memasuki kamar. Dia melempar jas yang digantungnya di lengan ke atas ranjang, lalu memeluk Claire dari belakang. Dia mendekati telinga Claire dan berkata, “Begitu pulang langsung tampak sisi seksi Claire.”Claire menatap Javier dari dalam cermin. “Apa sih yang ada di otakmu?”Javier tersenyum. “Aku kangen sama Claire.”Claire mengoles krim di wajahnya, lalu memalingkan kepalanya. Saat Claire hendak mengoleskan sisa krim ke wajah Javier, Javier spontan mengelak, lalu meraih pergelangan tangannya sembari tersenyum. “Kamu bandel, ya.”Misi Claire tidak kesampaian. Dia pun mencemberutkan bibirnya sembari menurunkan tangannya. “Licik.”Javier memeluk Claire, lalu mem
Resepsionis mengangguk. “Oh begitu.” Kemudian, dia pun berbicara dengan karyawan yang 1 lagi.Si karyawan wanita juga tidak curiga lagi. Dia pun memberi tahu, “Kamu anak baru, ‘kan? Teh di sini khusus untuk departemen administrasi. Bu Claire suka minum jenis ini, tapi airnya jangan terlalu panas.”Lucy mengangguk, lalu menatap teko teh yang ditaruh bubuk tadi. Setelah karyawan wanita memasukkan air ke dalam teko, air pun dididihkan di atas kompor listrik. Detik demi detik berlalu, Lucy tidak berani berbicara terlalu banyak lantaran takut akan ketahuan.Setelah air mendidih, karyawan wanita memasukkan daun teh yang dipersiapkan khusus untuk Claire ke dalam termos. Kemudian, dia menuangkan air yang dipanaskan tadi ke dalam termos.Lucy menarik napas dalam-dalam. Keningnya spontan berkeringat dingin. Hanya saja, Listya pernah mengatakan bahwa bubuk itu tidak mematikan, Claire hanya akan merasa tidak nyaman selama sehari saja. Jadi, Lucy baru berani melakukannya.Karyawan wanita memalingka
Seusai berbicara, Roger berkacak pinggang sembari mengomel, “Jujur saja! Jadi asisten itu tidak gampang. Kalau bukan mengelola perusahaan, kerjaanku malah jadi kurir antar makanan. Gajiku bukannya bertambah, malah dipotong ….”Izza menatap Roger dengan tatapan datar. “Aku akan sampaikan apa yang kamu katakan tadi kepada Tuan Javier.”Roger segera menutup mulutnya. “Jangan!” Dia melirik sekeliling, lalu melanjutkan, “Aku cuma bercanda. Astaga, aku mohon! Bagaimanapun juga, kita sudah bekerja sama-sama selama 3 tahun. Apa kita tidak bisa berhubungan dengan baik?” Tiba-tiba tatapan Roger tertuju pada laporan dan termos di tangan Izza. “Apa itu?”Izza menyerahkannya kepada Roger. “Coba kamu baca sendiri.”Roger membaca isi laporan. Raut wajahnya seketika berubah.Izza kembali ke ruang kerja, lalu menyerahkan laporan kepada Claire. Dia juga memberi tahu masalah dirinya bertemu Roger di bawah tadi.Claire melihat tulisan yang tertera di atas laporan: [ Konsumsi dalam jumlah besar akan menga
Lucy tidak berpikir banyak. Sekarang kondisi sangat mendesak, dia membutuhkan uang itu.Setelah panggilan diakhiri, Lucy bergegas berjalan ke seberang jalan raya. Tetiba … sebuah mobil melaju kencang menabrak diri Lucy.Suara tabrakan keras terdengar. Lucy tertabrak hingga terpental beberapa meter. Satu sepatunya jatuh ke lantai. Layar ponselnya juga sudah retak.Lucy memalingkan kepalanya dengan kedua mata terbuka lebar menatap ke sisi depan. Jari tangan tak berhenti bergetar. Darah juga mulai mengalir dari belakang kepalanya.Seorang lelaki berjalan ke sisi Lucy. Dia mengenakan sarung tangan untuk memungut ponsel tersebut. Kemudian, dia membelah kartu SIM dan membuangnya ke taman bunga di tengah jalan. Si lelaki melanjutkan langkahnya ke mobil yang diparkirkan di seberang. Listya yang duduk di baris belakang pun tersenyum. “Ayo, jalan!”Claire menelepon Hendri meminta nomor telepon Lucy. Hanya saja, panggilan tidak bisa tersambung. Claire menyuruh Izza untuk memeriksa keberadaan Lucy
“Ibu, jangan banyak bicara lagi. Sekarang Lucy sudah berbaring di dalam sana, apa lagi yang kamu inginkan.” Riandy merasa tidak senang.Gabriana spontan terdiam.Claire juga tidak memasukkan ucapan Gabriana ke hati. Dia menatap Riandy. “Aku akan bayar biaya kremasi Lucy. Setelah masalah kecelakaannya berhasil diselidiki, kita semua akan tahu apa yang telah terjadi.”Di Grup Angkasa.Roger berjalan ke sisi Javier. “Tuan Javier, aku sudah berhasil menemukan klub malam tempat Lucy bekerja. Bos dari klub itu bernama Diandra. Dia juga adalah bos rentenir. Klub malamnya itu juga memiliki fasilitas pelayanan ‘khusus’. Dia sering menekan karyawan wanita dengan memotong gaji mereka. Jadi, para karyawan terpaksa melayani tamu demi membayar utang mereka.”Javier memandang ke depan. “Siapa orang di belakangnya?”Roger membaca dokumen sekilas. “Di dalam daftar klien mereka, terdapat perusahaan bahan bangunan milik Pak Suryadi. Tiga tahun lalu, Pak Suryadi pernah memiliki hubungan bisnis dengan Grup
Di atas kartu pekerjanya tertera tulisan:[ Listya, Departemen Perencanaan. ] Listya memeluk sepotong jas di tangannya. Jas itu terlihat sangat familier bagi Claire. Sepertinya Javier mengenakan jas itu di saat keluar rumah tadi pagi.Claire mengangkat-angkat alisnya sembari tersenyum. “Nona, ada urusan apa?”Listya menunduk, lalu menyerahkan jas kepadanya. “Tuan Javier meninggalkan jasnya. Kamu istrinya Tuan Javier, ‘kan? Tolong kembalikan jas ini kepada Tuan, ya.”Claire menatap jas di tangannya, lalu tatapannya berhenti di wajah Listya. Claire tidak mengambilnya, melainkan menyuruh Izza untuk mengambilnya.Setelah jas diambil Izza, Claire juga tidak berkata lain lagi. Dia membawa Izza ke dalam lift. Pintu lift ditutup secara perlahan. Ketika pintu sudah tertutup rapat dan lift bergerak ke atas, tetiba Listya tersenyum. Dia menatap dirinya yang berada di dalam cermin. Dia sungguh puas saat ini.Claire memasuki ruangan Javier. Tampak Javier memang tidak mengenakan jas, melainkan hany
“Oh ya, apa masalah kecelakaan Lucy sudah ada hasilnya?” Claire beralih ke topik utama. Dia hampir saja melupakan tujuan kedatangannya ke Grup Angkasa.Javier berjalan ke depan meja kerjanya, lalu mengambil sebuah dokumen. “Tempat kerja Lucy, termasuk tamu yang pernah dilayaninya dan juga atasannya. Semua data ada di sini.”Claire menghampiri Javier, lalu membaca dokumen di tangannya. Ternyata semuanya sesuai dengan dugaan Claire. Klub tempat Lucy bekerja melakukan transaksi gelap. Lucy tidak mungkin tidak mengetahui isi pekerjaannya. Seandainya dia tidak bersedia, dia pasti akan mencari Claire untuk meminta pertolongan.Javier duduk di bangku kerjanya. “Aku sudah menyuruh Hans untuk mencari tahu. Kebetulan perusahaan rentenir itu ada hubungannya dengan cinta pertama Hans pada 3 tahun silam.”Claire tertegun sejenak. Dia lanjut membaca dokumennya. “Bunga pinjaman tinggi, menekan karyawan, meminjam uang dengan menggunakan tubuh sebagai jaminan! Kenapa perusahaan seperti ini nggak diperi