Di atas kartu pekerjanya tertera tulisan:[ Listya, Departemen Perencanaan. ] Listya memeluk sepotong jas di tangannya. Jas itu terlihat sangat familier bagi Claire. Sepertinya Javier mengenakan jas itu di saat keluar rumah tadi pagi.Claire mengangkat-angkat alisnya sembari tersenyum. “Nona, ada urusan apa?”Listya menunduk, lalu menyerahkan jas kepadanya. “Tuan Javier meninggalkan jasnya. Kamu istrinya Tuan Javier, ‘kan? Tolong kembalikan jas ini kepada Tuan, ya.”Claire menatap jas di tangannya, lalu tatapannya berhenti di wajah Listya. Claire tidak mengambilnya, melainkan menyuruh Izza untuk mengambilnya.Setelah jas diambil Izza, Claire juga tidak berkata lain lagi. Dia membawa Izza ke dalam lift. Pintu lift ditutup secara perlahan. Ketika pintu sudah tertutup rapat dan lift bergerak ke atas, tetiba Listya tersenyum. Dia menatap dirinya yang berada di dalam cermin. Dia sungguh puas saat ini.Claire memasuki ruangan Javier. Tampak Javier memang tidak mengenakan jas, melainkan hany
“Oh ya, apa masalah kecelakaan Lucy sudah ada hasilnya?” Claire beralih ke topik utama. Dia hampir saja melupakan tujuan kedatangannya ke Grup Angkasa.Javier berjalan ke depan meja kerjanya, lalu mengambil sebuah dokumen. “Tempat kerja Lucy, termasuk tamu yang pernah dilayaninya dan juga atasannya. Semua data ada di sini.”Claire menghampiri Javier, lalu membaca dokumen di tangannya. Ternyata semuanya sesuai dengan dugaan Claire. Klub tempat Lucy bekerja melakukan transaksi gelap. Lucy tidak mungkin tidak mengetahui isi pekerjaannya. Seandainya dia tidak bersedia, dia pasti akan mencari Claire untuk meminta pertolongan.Javier duduk di bangku kerjanya. “Aku sudah menyuruh Hans untuk mencari tahu. Kebetulan perusahaan rentenir itu ada hubungannya dengan cinta pertama Hans pada 3 tahun silam.”Claire tertegun sejenak. Dia lanjut membaca dokumennya. “Bunga pinjaman tinggi, menekan karyawan, meminjam uang dengan menggunakan tubuh sebagai jaminan! Kenapa perusahaan seperti ini nggak diperi
Claire melihat ekspresi Diandra. Akan ketahuan jika seseorang sedang berbohong. Diandra memang kelihatan sangat emosional dan juga gugup, tetapi tatapannya tidak mengelak sama sekali. Dia sedang menjelaskan lantaran takut akan menanggung hukuman yang bukan miliknya.Polisi berjalan keluar ruang interogasi. Dia menatap Javier. “Tuan Javier, masalah kecelakaan mobil itu seharusnya bukan ulah mereka.”Setelah Javier dan polisi berbicara, polisi pun membawa Diandra keluar ruangan. Tetiba Claire berjalan ke hadapannya. “Sebentar.”Polisi dan Diandra serempak melihat ke sisi Claire.Claire berjalan ke hadapan Diandra. “Waktu itu, kamu mencari Lucy. Apa dia mengatakan sesuatu kepadamu?”Kali ini, Diandra kembali terbengong. Dia melihat polisi sekilas, lalu membalas, “Aku suruh dia segera membayar dendanya. Dia janji bisa menyerahkannya.”“Apa kamu yang mencabut kartu SIM ponselnya?” tanya Claire lagi.Diandra menarik napas dalam-dalam. Kesabarannya sudah hampir hilang. “Untuk apa aku cabut ka
Javier tersenyum, lalu merangkul pundaknya. Dia mengambil kertas, lalu membalas, “Bisa, tapi ….” Javier mendekati Claire seolah-olah sedang meminta “hadiah”.Claire melirik Roger. “Nggak boleh ngintip.”Roger sungguh kehabisan kata-kata. Dia segera memalingkan kepala melihat ke luar jendela. “Tidak! Tapi Nyonya Claire yang cepat, ya. Aku masih harus setir mobil.”Claire mencium bibir Javier. Senyuman di wajah Javier semakin kental lagi. Dia menahan belakang kepala Claire, lalu memberinya ciuman yang lebih dalam lagi.Satu menit kemudian, Claire keluar dari pelukan Javier dengan wajah merona. Dia berdeham, lalu berkata, “Roger, kamu sudah boleh lanjut berkendara.”Roger menghela napas. Dia tidak seharusnya berada di dalam mobil, seharusnya berada di bawah mobil.Javier membuka laptop, lalu mulai mengutak-atiknya. Claire mencondongkan tubuh untuk mendekatinya. Ketika melihat ada rambut yang menghalangi pandangan Javier, Javier pun tersenyum dengan tidak berdaya. Dia mengulurkan tangannya
“Jangan-jangan ada yang salah dengan omonganku?” Jerry berdecak. “Kalian bahkan janjian untuk nonton bareng di akhir pekan. Kalau nantinya dia nggak menganggap kamu sebagai temannya dan mempermainkanmu, kamu jangan menangis di hadapanku, ya!”Sama seperti di saat Jessie dicampakkan Jules dulu. Bukankah Jessie menangis di hadapan Jerry, lalu mengatakan Jules tidak menganggapnya sebagai teman?“Kamu ….” Saking emosinya, Jessie pun tidak ingin makan lagi. Dia langsung berlari ke lantai atas.Jerry masih duduk dan menyantap makanannya. Tidak ada yang mengakui kekalahan.Claire sungguh tidak berdaya. Dia menaruh sepotong daging rusuk ke atas piring Jerry. “Kamu itu abangnya, kenapa kamu nggak bisa mengalah?”Apa mesti Jerry mengungkit luka lama Jessie?“Aku sudah mengalah,” balas Jerry dengan malas-malasan. “Aku hanya ingin dia belajar dari pengalaman saja. Jangan karena mengenal seorang kakak baru, malah terus menempel sama kakak itu. Siapa tahu cowok itu punya maksud jahat sama Jessie?”I
Itulah sebabnya Jessie tidak memberi tahu masalah mereka kepada Jerry. Jessie juga sudah berjanji dengan Hiro, tidak mungkin dia memungkiri janjinya.Claire mengusap kepala Jessie. “Ibu paham, kamu nggak ingin membuat temanmu merasa malu, ‘kan?”Jessie mengangguk. Senyuman Claire semakin lembut lagi. “Sebenarnya kamu bisa terus terang sama Jerry. Coba kamu lihat, kamu nggak beri tahu pemikiranmu kepada Jerry, kamu malah telah melukai perasaan orang terdekatmu. Jerry cuma perhatian sama kamu, makanya dia galakin kamu.”Jessie merenung selama beberapa saat. Tetiba emosi di hati Jessy spontan menghilang. Dia pun berdiri. “Ibu, sekarang aku pergi cari Kak Jerry dulu.”Jessie langsung berlari keluar kamar.Saat Claire berjalan keluar kamar, dia pun dikejutkan oleh Javier yang sedang bersandar di dinding sembari melipat kedua tangannya. “Sejak kapan kamu di sini?”“Barusan.” Javier melihat Claire dengan tersenyum. “Cepat juga kamu membujuk Jessie.”“Namanya anak aku!” Claire mengangkat alisn
Claire mengerutkan keningnya dan bertanya, “Bagaimana tampangnya?”“Umm ... aku juga kurang jelas. Waktu itu, aku lagi jaga anak di dalam rumah. Jadi, aku nggak terlalu memperhatikannya. Aku hanya mendengar suara wanita berkata dia itu temannya Lucy dan datang untuk membantu Lucy membereskan barang-barangnya.”Menantu korban berpikir dengan saksama, lalu melanjutkan, “Waktu kembali, ibu mertuaku juga menerima 4 juta. Dia bilang itu adalah tip yang diberikan wanita itu dan terlihat sangat gembira.”...Di dalam mobil.Claire melipat tangannya dan duduk bersandar di kursi mobil sambil memikirkan hal itu. Apa mungkin wanita yang datang ke tempat tinggal Lucy adalah Sylvie? Jika benar, apa yang ingin dicarinya di sana? Apa mungkin dia hendak menghancurkan bukti tertentu?Selain itu, pemilik rumah ini juga telah terbunuh hari ini. Claire merasa semua hal ini terlalu kebetulan dan agak disengajakan, seolah-olah wanita misterius bernama Sylvie itu memang ingin menghancurkan semua bukti yang t
Claire mengangguk begitu menyadarinya. Sofie memang sedikit lebih pendek darinya. Jadi, Aaron seharusnya mencurigai Rosy yang menyamar menjadi Sofie meskipun Rosy mungkin berusaha mencari alasan untuk berbohong.Namun, alasan Aaron tidak curiga sudah jelas. Di dalam data ini, tertulis bahwa tinggi badan “Sylvie” adalah 167 cm yang kurang lebih sama dengan Rosy. Mungkin, bahkan Rosy juga tidak mengetahui “kebetulan” ini. Jika tahu Sofie memiliki saudara kembar, dia mungkin tidak akan berani mencelakai Sofie dengan semudah itu.Roger berkata sambil menggaruk kepalanya, “Kalau begitu, malah tambah aneh dong. Kenapa wanita ini tidak pernah membongkar identitas asli Rosy dan membiarkannya berada di sisi Aaron selama itu dengan menggunakan identitas Sofie? Penjelasan ini kurang masuk akal.”Claire pun terdiam. Di sisi lain, Javier mematikan komputernya dan menjawab, “Kita baru akan tahu jelas alasannya begitu menemukan orangnya.”“Buat apa kamu berdiri di depan pintu?” Tiba-tiba, terdengar s