Claire mengerutkan keningnya dan bertanya, “Bagaimana tampangnya?”“Umm ... aku juga kurang jelas. Waktu itu, aku lagi jaga anak di dalam rumah. Jadi, aku nggak terlalu memperhatikannya. Aku hanya mendengar suara wanita berkata dia itu temannya Lucy dan datang untuk membantu Lucy membereskan barang-barangnya.”Menantu korban berpikir dengan saksama, lalu melanjutkan, “Waktu kembali, ibu mertuaku juga menerima 4 juta. Dia bilang itu adalah tip yang diberikan wanita itu dan terlihat sangat gembira.”...Di dalam mobil.Claire melipat tangannya dan duduk bersandar di kursi mobil sambil memikirkan hal itu. Apa mungkin wanita yang datang ke tempat tinggal Lucy adalah Sylvie? Jika benar, apa yang ingin dicarinya di sana? Apa mungkin dia hendak menghancurkan bukti tertentu?Selain itu, pemilik rumah ini juga telah terbunuh hari ini. Claire merasa semua hal ini terlalu kebetulan dan agak disengajakan, seolah-olah wanita misterius bernama Sylvie itu memang ingin menghancurkan semua bukti yang t
Claire mengangguk begitu menyadarinya. Sofie memang sedikit lebih pendek darinya. Jadi, Aaron seharusnya mencurigai Rosy yang menyamar menjadi Sofie meskipun Rosy mungkin berusaha mencari alasan untuk berbohong.Namun, alasan Aaron tidak curiga sudah jelas. Di dalam data ini, tertulis bahwa tinggi badan “Sylvie” adalah 167 cm yang kurang lebih sama dengan Rosy. Mungkin, bahkan Rosy juga tidak mengetahui “kebetulan” ini. Jika tahu Sofie memiliki saudara kembar, dia mungkin tidak akan berani mencelakai Sofie dengan semudah itu.Roger berkata sambil menggaruk kepalanya, “Kalau begitu, malah tambah aneh dong. Kenapa wanita ini tidak pernah membongkar identitas asli Rosy dan membiarkannya berada di sisi Aaron selama itu dengan menggunakan identitas Sofie? Penjelasan ini kurang masuk akal.”Claire pun terdiam. Di sisi lain, Javier mematikan komputernya dan menjawab, “Kita baru akan tahu jelas alasannya begitu menemukan orangnya.”“Buat apa kamu berdiri di depan pintu?” Tiba-tiba, terdengar s
“Bayangan?”“Benar.” Listya menopang dagunya dan menjawab, “Nyonya tahu maksudku, ‘kan? Seorang bayangan hanya bisa hidup di bawah bayang-bayang orang lain dan menonjolkan orang itu. Semua orang mengenal Sofie, tapi malah tidak mengetahui Sofie memiliki seorang adik bernama Sylvie.”Sylvie adalah saudara kembarnya Sofie. Sejak kecil, ibu mereka selalu lebih menyayangi Sofie karena merasa Sofie adalah anak yang paling unggul di antara mereka berdua. Apalagi, Sofie memang memiliki prestasi yang sangat bagus dari kecil.Sebaliknya, ibu mereka selalu mengeluh karena Sylvie tidak memiliki prestasi sebaik kakaknya. Bahkan di depan kerabat dan tamu lainnya, ibu mereka juga hanya selalu menyuruh Sofie untuk menjamu mereka dan mengunci Sylvie di dalam kamar. Bagi ibu mereka, Sylvie hanyalah seorang putri yang tidak diperlukan dan tidak mampu membuatnya bangga.Setelah tamat SMA, Sylvie tidak diterima di Universitas Seni Toron, tetapi malah berhasil diterima di universitas yang diimpi-impikan So
Claire bertanya, “Di mana mobil itu?”Seorang polisi menunjukkan foto yang diambil pihak polisi sambil berkata, “Di pinggiran kota. Mobil itu sudah dibakar hingga hanya tersisa kerangkanya dan tidak ada orang di dalam mobil. Jadi, kami curiga bahwa kecelakaan itu memang adalah pembunuhan yang disengaja. Setelah menabrak korban, pelaku langsung membakar mobilnya.”Claire bertanya, “Bagaimana dengan rekaman dalam mobil?”“Rekamannya sudah dibawa pergi,” jawab polisi itu.Claire pun terdiam. Sepertinya, kecelakaan ini memang adalah pembunuhan yang disengaja. Jika tidak, pelaku tidak mungkin menangani masalah ini tanpa meninggalkan jejak sedikit pun. Claire bertanya lagi, “Pak Diandra dan yang lain juga nggak jelas mengenai hal ini?”“Kami sudah menginterogasi mereka beberapa kali dan mereka bisa menjadi saksi satu sama lain. Mereka mengaku pernah menggunakan kekerasan untuk mengancam korban, tapi tidak membunuhnya.”Setelah meninggalkan ruangan polisi itu, Claire berdiri di koridor dengan
Malam ini, Claire berbaring di atas tempat tidur sambil memeriksa data akuntansi dari laptopnya. Setelah selesai mandi, Javier meletakkan handuk yang dipakainya di samping, lalu berjalan mendekati Claire.Javier naik ke atas tempat tidur dan menempelkan tubuhnya ke tubuh Claire sambil berkata, “Kamu masih sibuk?”Begitu merasakan kehangatan tubuh Javier dan mencium aroma sabun yang segar, Claire pun membalikkan badannya dan menahan dada Javier sambil menjawab, “Apa boleh buat, aku hanya bisa menangani masalah perusahaan di malam hari.”Javier mencium kening Claire sebelum berpindah ke bibirnya. Sementara itu, Claire mengulurkan tangannya untuk memeluk Javier dan berdesah, “Javier.”“Aku ada di sini,” jawab Javier sambil menciumnya dengan penuh perhatian.Claire berkata dengan susah payah, “Aku sangat takut karena masih belum menemukan hubungan di antara Listya dengan Sylvie. Sepertinya ... target Sylvie itu aku.”Javier menghentikan ciumannya, lalu memusatkan perhatiannya pada Claire.
Padahal Listya adalah pelakunya, dia malah mampu menjelaskan dirinya sendiri sebagai orang yang tidak terlibat dengan tenang. Dia bisa membuat orang lain tidak mencurigainya.Claire melihat ke belakang melalui kaca spion, lalu mengernyit perlahan. Bukankah mobil yang mengikuti di belakangnya adalah mobil yang terparkir di luar kantor polisi?Tiba-tiba, mobil di belakangnya itu meningkatkan kecepatan dan melewati mobilnya. Namun, pada saat itu, roda depan mobil Claire tiba-tiba mengalami kerusakan. Bagian depan mobilnya kehilangan kendali dan hampir menabrak. Claire terpaksa membanting setir dengan cepat. Mobilnya pun tergelincir kuat dan menabrak papan petunjuk di pinggir jalan.Tabrakan mendadak ini membuat kepalanya berdengung. Tatapannya agak kabur ketika melihat mobil tersebut pergi setelah berhenti selama beberapa menit.Pada saat yang sama, di Grup Angkasa.Javier dan Roger berjalan keluar dari ruang rapat. Setelah Roger mengangkat telepon, dia segera menyusul bosnya untuk melapo
Tatapan Javier pun menjadi tajam. Dia memutuskan panggilan telepon, lalu berbalik ke arah Claire sembari berkata, "Tunggu aku di rumah." Kemudian, dia segera bangkit dan keluar.Claire tampak bersandar di kepala ranjang. Saat pintu tertutup, dia merasa kebingungan. Hans tidak akan mungkin menyerangnya tanpa alasan yang jelas. Ini terlalu aneh. Apa sebenarnya alasannya?....Saat itu, Javier dan Roger membawa beberapa orang langsung ke Grup Jetmadi. Tanpa menunggu staf resepsionis memberi tahu Hans, mereka langsung naik dengan sendirinya. Rombongan Javier sepertinya telah menakuti staf resepsionis tersebut. Begitu tersadar kembali, dia segera menelepon asisten Hans.Ketika asisten itu menerima kabar, dia terlihat agak bingung. Dia hendak pergi ke kantor Hans untuk melaporkan, tetapi Javier sudah keluar dari pintu lift pada saat ini.Javier melihat asisten itu dengan ekspresi datar sambil bertanya, "Pak Hans ada di kantor?"Asisten itu mengangguk sembari menjawab, "Ada ...."Mendengar in
Meskipun telah melakukan penyelidikan terhadap Claire, tidak mungkin Listya bisa mengetahui begitu banyak informasi tentangnya, seolah-olah sangat akrab dengannya.Apalagi, kalau Listya bertujuan membalas dendam atas kematian Sofie, seharusnya dendamnya itu lebih ditujukan kepada Rosy. Jelas bahwa Rosy yang telah membunuh Sofie. Lantas, kenapa dia malah membalas dendam kepada Claire?Javier yang berdiri di depan lift, memasang kancingnya sambil mendengar keluh kesah dari Roger. Tak lama kemudian, dia memiringkan kepala sembari berkata, "Ini bukan untuk balas dendam."Begitu pintu lift terbuka, Roger mengikutinya masuk. Sembari menekan tombol lift, Roger bertanya, "Kalau bukan untuk balas dendam, lalu apa? Hanya sekadar bermain-main?"Javier tertawa sebelum menjawab, "Kalau ingin balas dendam, apa kamu akan langsung membunuh musuhmu?"Roger terdiam sejenak, lalu berucap, "Tentu saja, asalkan itu diizinkan oleh hukum.""Itu dia." Ekspresi Javier terlihat sangat paham. Dia melanjutkan, "K
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka