Claire yang terkejut pun bertanya, "Nggak suka?"Herman mulai menjelaskan, "Sylvani berasal dari keluarga neneknya Rosy, bisa dibilang mereka masih punya hubungan kerabat. Ini memang sudah era reformasi, tapi Keluarga Tandiono masih mempertahankan beberapa pandangan tradisional. Karena Ronan adalah laki-laki, dia mendapatkan pendidikan yang lebih baik.""Tapi berbeda dengan Sylvani. Dia tidak seberuntung Ronan. Dua orang dengan pemikiran dan pandangan yang berbeda memang sulit untuk hidup bersama. Apalagi, saat itu, Sylvani bisa dibilang adalah adik sepupu Ronan. Karena dipaksa menikahi adik sepupu sendiri, meski bukan saudara kandung, tidak semua orang bisa menerima hal ini pada waktu itu," tambah Herman.Claire cukup terkejut mendengarnya. Pernikahan kerabat kerap terjadi di zaman kuno. Di zaman sekarang, hal ini juga masih sering terjadi, terutama di keluarga kaya. Sebab, mereka tidak ingin kekayaan mereka menjadi milik orang lain.Layaknya keluarga kerajaan di beberapa negara saat
Pada masa itu, Berwin berulang kali percaya pada Rosy, hanya karena ingin memberinya kesempatan untuk memperbaiki diri. Sebenarnya, Berwin tidak pernah sepenuhnya memercayai Rosy. Hanya saja, prasangkanya terhadap Claire dan keteguhannya sendiri membuatnya memilih untuk tidak melihat kenyataan.Berwin sangat baik terhadap Rosy. Sayangnya, dia tidak tahu bahwa kebaikan bisa sebaliknya mendorong Rosy menuju kehancuran.Claire bersandar di pundak Javier sambil berkata, "Kalau dia punya keluarga yang utuh dan bahagia, mungkin ...." Mungkin Rosy tidak akan berakhir seperti ini."Jadi, kamu sudah sangat hebat," sela Javier sambil tersenyum. Dia menopang pipi Claire di telapak tangannya sebelum menambahkan, "Setidaknya, kamu masih sangat baik."Claire berucap seraya tersenyum, "Bagaimanapun, ibuku sangat menyayangiku." Meskipun orang tuanya tidak bersatu karena cinta, ibunya memang sangat mencintainya. Setelah teringat dengan sesuatu, Claire pun menatap suaminya sembari berkata, "Omong-omong,
Roger memasang raut murung, padahal di dalam hati dia tengah mengagumi kemampuan akting Javier. Hanya saja, sepertinya atasannya itu terlalu mendalami peran sampai menendangnya keluar!Saat itu, Listya mendadak muncul dan menghampiri Roger. "Pak Roger," panggilnya.Roger tertegun sejenak ketika menoleh dan melihat sosok Listya. Namun, dia segera memasang senyum dan berkata, "Nona Listya, suasana hati Tuan Javier sedang kurang baik. Kalau kamu mau menemuinya untuk masalah pekerjaan, mungkin bisa ditunda dulu."Listya pasti sudah mendengar rumor yang beredar di perusahaan. Menurut logika, seharusnya dia memanfaatkan kesempatan ini untuk mengusik Claire. Bagaimanapun juga, sandiwara Claire dan Javier pagi ini kembali memberi wanita itu kesempatan. Selama Listya tidak curiga, seharusnya dia akan bertindak. Di luar dugaan, dia malah datang ke sini! Apa dia memiliki tujuan tertentu?"Oh, begitu, ya? Tapi, ada yang ingin kubicarakan dengan Tuan Javier. Apa Pak Roger bisa memberiku pengecualia
Javier berkata dengan ekspresi misterius, "Jadi, menurutmu keuntungan perusahaan juga harus dipertimbangkan, 'kan?"Listya tersenyum dan menyahut, "Pebisnis mana yang nggak memikirkan keuntungan?"Listya maju satu langkah, lalu mencondongkan tubuh sedikit ke depan sambil berkata, "Kalau suamiku juga seorang pebisnis, aku pasti mendukungnya memilih keuntungan. Bagaimana seorang wanita bisa menjadi istri yang baik kalau dia bahkan nggak bisa menyelesaikan masalah pribadinya dan harus melibatkan bisnis suami?"Ekspresi Javier tidak terbaca. Dia hanya menatap Listya tanpa mengatakan apa-apa.Listya memasukkan sebuah lipstik ke dalam saku jas Jaiver, lalu berujar sambil tersenyum manis, "Kalau Tuan Javier percaya padaku, aku bisa membantumu sepenuh hati seperti Pak Roger."Javier tertawa kecil dan membalasnya, "Oke. Karena kamu sangat percaya diri, aku akan memberimu kesempatan."Listya menegakkan tubuhnya, lalu mengulum senyum dan berkata, "Aku nggak akan mengecewakanmu, Tuan Javier."Sete
Javier melonggarkan dasinya sambil menyahut datar, "Jangan menebak yang tidak-tidak."Melihat ekspresi masam Claire, Listya pun menjelaskan, "Bu Claire, kamu salah paham. Tuan Javier ....""Kamu nggak perlu ikut campur dalam urusan kami," sindir Claire sambil menatap Listya dengan dingin.Melihat ini, mata Listya justru berbinar puas. Katanya, "Bu Claire, bagaimana kamu bisa mencurigai Tuan Javier? Hubunganku dengan Tuan Javier cuma sebatas atasan dan bawahan. Lagi pula, sebagai istri Tuan Javier, kamu seharusnya percaya padanya."Claire tersenyum setengah hati pada Listya, lalu berkata, "Kenapa, kamu nggak tega padanya? Kamu juga tahu kalau aku istrinya. Kalau aku nggak datang, kamu mungkin sudah menempelkan tubuhmu padanya, 'kan?"Senyuman di mata Javier hampir tidak bisa disembunyikan. Namun, dia tetap memasang ekspresi dingin saat berkata, "Claire, pulanglah dulu.""Aku tanya padamu, apa kamu harus mempertahankan wanita ini?" seru Claire.Javier menyahut sambil mengernyit, "Ini mas
Claire menghampiri mereka. Ketika melihat mata Roger yang bengkak, Claire tertawa dan berkata, "Maaf, Roger. Sandiwara tetap harus terlihat realistis. Kamu harus sedikit menderita. Lagi pula, Izza sudah berusaha tinju pelan-pelan.""Kalian sangat kejam!" gerutu Roger dengan kesal sembari turun dari mobil.Setelah kejadian ini, banyak orang yang percaya dengan rumor tentang pertengkaran Claire dan Javier. Hal ini bahkan sampai di telinga Steven. Begitu Javier tiba di vilanya, dia langsung dipanggil ke ruang kerja. Steven membanting meja dan membentak, "Javier, apa kamu sudah bosan hidup?"Javier sudah mendengarnya dari Herman, jadi dia tahu alasan Steven mencarinya. Dia menggosok hidungnya seraya menjelaskan, "Ayah, kejadiannya tidak seperti yang kamu pikirkan.""Bukan seperti yang aku pikirkan?" Steven mengetuk-ngetuk meja sambil menyergah, "Javier, saat itu kamu yang meminta Claire menikah denganmu. Kenapa setelah menikah, kamu malah tidak menghargai pernikahanmu? Rumah tangga kalian
Usia Jody memang baru 13 tahun, tetapi tinggi badannya sudah mencapai 170 cm. Ketika mengenakan seragam sekolah, dia terlihat seperti pemeran utama tampan di dalam drama.Setelah sekelompok pria berbaju hitam menggeledah rumah itu cukup lama, salah satu dari mereka mengambil sesuatu dan bergegas ke arah mobil. Ketika Jody menurunkan jendela, orang itu melaporkan, "Tuan Jody, kami menemukan kotak ini di dalam rumah itu."Jody mengambil kotak itu, lalu membukanya. Terlihat sebuah jam saku kuno berwarna tembaga. Jam saku ini bisa dibuka. Di dalamnya ada foto kecil.Para pria berbaju hitam berbaris di halaman Balai Pertemuan Fernando. Begitu melihat Jody masuk, mereka semua memberi hormat dan menyapa, "Tuan Jody."Jody berjalan melewati mereka sambil bertanya, "Di mana Kakek?"Salah satu di antara mereka menjawab, "Ada di ruang kerja." Setelah mengatakan ini, dia langsung mengantarkan Jody ke ruang kerja.Ketika Jody masuk, Berwin yang tadinya sedang membaca dokumen seketika menengadah. Di
"Kamu cemburu, ya?" Javier tersenyum sambil memeluk Claire, lalu berkata, "Sayangnya, kekhawatiranmu sia-sia."Claire sontak tertegun dan bertanya, "Apa maksudmu?"Javier tersenyum lebar seraya menimpali, "Kamu mengira dia suka padaku. Selama ini, aku sudah berikan banyak kesempatan untuknya, tapi dia tidak mendekatiku. Jelas sekali, dia tidak tertarik berhubungan denganku."Clare menyipitkan matanya sembari bertanya, "Apa karena kamu sudah makin tua, jadi nggak menarik lagi?"Javier tertawa dan mencubit pipi Claire. Dia bertanya, "Apa yang kamu pikirkan? Apa kamu benar-benar berharap dia mendekatiku?"Claire juga tertawa karena lelucon ini. Namun, jika Javier benar-benar membiarkan Listya mendekatinya, Claire akan mengulitinya nanti. Dia duduk bersandar di kursi sambil berujar, "Nggak disangka, Listya bisa tertarik padamu. Tapi, dia memintamu berada di sisinya untuk menghancurkan hubungan kita. Benar-benar keterlaluan."Javier mencondongkan tubuhnya ke arah Claire, lalu mengusap ujung
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka