"Kamu cemburu, ya?" Javier tersenyum sambil memeluk Claire, lalu berkata, "Sayangnya, kekhawatiranmu sia-sia."Claire sontak tertegun dan bertanya, "Apa maksudmu?"Javier tersenyum lebar seraya menimpali, "Kamu mengira dia suka padaku. Selama ini, aku sudah berikan banyak kesempatan untuknya, tapi dia tidak mendekatiku. Jelas sekali, dia tidak tertarik berhubungan denganku."Clare menyipitkan matanya sembari bertanya, "Apa karena kamu sudah makin tua, jadi nggak menarik lagi?"Javier tertawa dan mencubit pipi Claire. Dia bertanya, "Apa yang kamu pikirkan? Apa kamu benar-benar berharap dia mendekatiku?"Claire juga tertawa karena lelucon ini. Namun, jika Javier benar-benar membiarkan Listya mendekatinya, Claire akan mengulitinya nanti. Dia duduk bersandar di kursi sambil berujar, "Nggak disangka, Listya bisa tertarik padamu. Tapi, dia memintamu berada di sisinya untuk menghancurkan hubungan kita. Benar-benar keterlaluan."Javier mencondongkan tubuhnya ke arah Claire, lalu mengusap ujung
Siswi berambut panjang berdiri di hadapan Lisa dan menatapnya dari atas. Dia berujar dengan sinis, "Kamu pikir bisa menjadi putri keluarga kaya hanya karena Jessie menganggapmu teman? Identitasmu sebagai orang miskin nggak akan pernah bisa berubah. Nggak ada salahnya menjadi orang miskin. Yang salah itu kamu nggak boleh pamer."Lisa mengepalkan tangannya dengan erat. Siswi itu setengah berjongkok. Dia menarik pergelangan tangan Lisa dan melihat jam tangannya, lalu bertanya, "Lihat. Memangnya kamu pantas pakai jam tangan 40 juta? Kamu sangat berterima kasih pada Jessie, 'kan? Apa dia tahu temannya yang satu ini tukang pamer?"Kedua pundak Lisa sudah gemetaran. Dia menunduk dan mengelak, "Aku bukan tukang pamer ....""Kamu masih berani bilang bukan tukang pamer?" Siswi itu berjalan mendekati Lisa sembari menambahkan, "Aku tahu rahasiamu."Wajah Lisa sontak memucat."Yura!" teriak Jessie yang akhirnya tiba. Jessie melihat Yura menarik Lisa yang masih duduk di atas lantai. Lantaran tidak t
Izza mengangguk. Kemudian, dia menyeret pria itu berdiri, lalu menendangnya ke dalam mobil tanpa belas kasihan.Di ruang privat Klub Garzia, beberapa pengawal menghajar pria itu habis-habisan. Berhubung kedua tangannya dibelenggu, dia sama sekali tidak bisa membalas. Para pengawal ini baru berhenti saat Claire tiba di sana.Claire duduk di sofa. Dia menatap pria yang terbaring dengan kondisi mengenaskan di lantai dan bertanya, "Kamu orang yang menabrak Lucy sampai mati, 'kan?"Melihat pria itu hanya diam, salah seorang pengawal lantas berkata, "Nyonya, orang ini sangat keras kepala. Bagaimana kalau kami menghajarnya lagi?""Biar dipukul sampai mati pun, dia nggak akan bicara. Kita nggak bisa pakai cara kekerasan saja," ujar Claire sambil tersenyum.Pengawal itu menggaruk kepalanya dan menyahut dengan canggung, "Nyonya benar juga."Claire berdiri, lalu menghampiri pria itu sambil berkata, "Listya ... ups salah, maksudku Sylvie. Sepertinya hubunganmu dengannya nggak sekadar berbasis untu
Izza yang telah mengintai sejak lama pun mendapatkan mangsanya.Javier bertanya sambil memicingkan matanya, "Apa orang-orang sudah disiapkan?""Sudah. Semua sudah bersiaga di dekat pelabuhan, bandara, dan juga jalan perbatasan darat," sahut Roger.Javier melangkah keluar sambil berkata, "Kalau begitu, kita bergerak sekarang."Ketika mobil Listya mendekati area sekitar dermaga, dari kejauhan dia melihat beberapa mobil terparkir di dermaga. Dia segera menghentikan mobilnya, lalu menelepon seseorang. "Kalian di mana?" tanyanya.Orang di seberang telepon menjawab bahwa mereka masih di dalam perjalanan. Dia menambahkan bahwa ada pemeriksaan mobil di jalan.Listya memandang mobil-mobil di dermaga. Sorot matanya perlahan berubah muram. Katanya, "Nggak usah datang, kalian cari cara untuk menjauh dulu."Tanpa menunggu jawaban dari orang yang diteleponnya, Listya langsung mematikan panggilan dengan tegas. Dia melirik ke arah dermaga lagi, lalu segera melajukan mobilnya pergi.Di sisi lain, Clair
Listya berkata, "Aku berterima kasih pada Sofie, kakakku yang berbaik hati memberiku kesempatan untuk bersekolah di Universitas Seni Toron. Tapi, dia sebenarnya meremehkanku dan takut aku akan mempermalukan dirinya. Jadi, dia selalu ikut campur dalam pendidikanku.""Setiap kali guru memujiku, yang disebutnya adalah nama Sofie. Aku membenci Sofie. Jadi, saat Rosy membakarnya hingga mati, aku merasa lega karena akhirnya bisa lepas dari bayang-bayangnya," tambah Listya.Hawa dingin menjalari punggung Claire saat dia mendengar kata-kata Listya. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya, "Apa maksudmu mengatakan semua ini?"Listya kembali tertawa dan berkata, "Kamu nggak tahu kenapa Rosy berhasil membunuh Sofie, 'kan? Orang yang tertidur nyenyak sekalipun akan bangun saat tersedak kabut asap. Kalian kira Rosy membunuhnya, baru menyalakan api, bukan? Asumsi kalian salah besar."Claire tercengang. Selama ini, mereka percaya bahwa Rosy membunuh Sofie, lalu sengaja membuat kebakaran untuk me
Di sebuah sekolah swasta.Para siswa sekolah menengah berduyun-duyun keluar dari gedung sekolah. Mayoritas siswa di sekolah itu diantar jemput oleh keluarganya. Penampakan mobil mewah di luar area sekolah sudah bukan hal yang aneh.Lisa yang mengenakan pakaian Jessie berdiri di luar gerbang sekolah sambil menunggu temannya. Berhubung Jessie belum datang, dia mulai bergaya dan mengambil swafoto dengan ponselnya. Saat beberapa siswa meliriknya, Lisa segera menyimpan ponselnya dan menunduk malu.Beberapa siswa mengomentari pakaiannya, "Pakaiannya bagus juga, harganya pasti mahal.""Ada banyak orang kaya di sekolah ini, nggak heran kalau dia memakai pakaian bermerek."Lisa tahu mereka sedang mendiskusikan pakaiannya. Dia berpura-pura tidak mendengar, padahal hatinya sangat gembira."Lisa, mau ikut mobilku? Aku bisa mengantarmu pulang," ujar Jessie sambil menghampiri Lisa.Lisa sebenarnya ingin mengiakan, tetapi saat dia melihat tatapan Yura dan yang lainnya, dia langsung menunduk dan berka
Javier merangkul Claire dan membawanya ke ruang kerja. Usai menutup pintu, dia berujar, "Sudah ada titik terang soal latar belakang Sylvie.""Benarkah?" tanya Claire setelah tertegun sejenak.Javier mengeluarkan sebuah dokumen dari laci dan menaruhnya di atas meja sambil berkata, "Ini berkat Jody."Mata Claire mengambil dokumen itu dan terkejut saat membaca hasil laporan tes DNA di dalamnya. Tingkat kecocokan gen Sylvie dan Rosy mencapai 95%."Mereka kakak beradik?" tanya Claire tidak percaya."Saudara tiri," sahut Javier dengan datar.Claire tiba-tiba teringat bagaimana Sylvie mendeskripsikan ibunya di telepon tadi. Ternyata ibu Sylvie dan Rosy adalah wanita Ronan!"Sylvie juga mengetahui hal ini," ujar Claire setelah menarik napas dalam-dalam. Sylvie tahu bahwa Rosy adalah saudara satu ayahnya.Javier melonggarkan dasinya dan berujar lagi, "Coba lihat tanggal laporannya."Claire membaca tanggal yang tertera di dokumen itu. Hasil tes DNA ini dilakukan beberapa tahun yang lalu, tepat k
Wajah Lisa memucat. Kaki dan tangannya terasa sangat dingin. Wanita itu menyuruhnya mengajak Jessie bertemu. Namun, apa dia sanggup mengkhianati Jessie? Jessie itu temannya!Melihat kebimbangan di wajah Lisa, Sylvie pun melepaskannya. Kemudian, dia menegakkan tubuh dan berujar dingin, "Kalau kamu menolak, apa kamu mau mati menggantikannya?"Lisa yang ketakutan berkata dengan terisak-isak, "Ta ... tapi aku ....""Tapi apa? Pertemanan itu sesuatu yang sangat rapuh. Dia putri Keluarga Fernando, nyawanya lebih berharga darimu. Apa kamu pikir mati demi dia itu sepadan?" sela Sylvie.Sylvie berlutut, lalu membelai rambut Lisa dan melanjutkan, "Demi bertahan hidup, ada kalanya kita harus rela mengorbankan semuanya, termasuk teman.""Kalau kamu nggak tega mengorbankan temanmu, kamulah yang harus mati. Kamu mau hidup atau mati? Katakan!" bentak Sylvie sambil tiba-tiba menjambak rambut Lisa.Lisa kesakitan karena dijambak, tetapi dia tidak berani menangis dengan keras. Dia berkata, "Aku ... aku
“Hujan terlalu lebat. Kami tidak bisa melihat wajah orang itu. Tapi, dari gerak-gerik mereka, sepertinya mereka itu preman.”Jules melihat ke sisi kamar pasien. Beberapa saat kemudian, dia berkata, “Kalian jaga dia dengan baik.”“Yang Mulia, tenang saja.”Jules meninggalkan rumah sakit, lalu memasuki mobil. Dia sungguh merasa geram. Saking geramnya, dia memukul setir mobil. Urat hijau kelihatan menonjol di punggung tangannya. Hanya saja, saat ini Jules semakin yakin lagi bahwa masalah ini berhubungan dengan pengurus rumah Keluarga Taylor.Namun sekarang Derrick belum siuman. Mereka tidak memiliki bukti untuk melaporkan masalah ini kepada pihak berwajib. …Beberapa hari kemudian, sebuah rekaman suara dipublikasikan oleh peretas. “Transaksi” Reyhan dan anggota menteri yang tidak diketahui orang-orang viral di internet dan menggemparkan semua orang.Mereka memang sudah menghabiskan banyak uang untuk menekan berita itu. Hanya saja, berita itu sudah dicetak di majalah dan juga sudah terjua
Usai berbicara, Benn mengangkat kepalanya untuk melihat orang-orang itu. “Jadi, anak dan istri Pangeran baik-baik saja. Untuk apa Pangeran balas dendam?”Semua menteri di dalam ruangan terdiam membisu. Jika benar seperti itu, Jules memang tidak memiliki kemungkinan untuk meracuni narapidana. Silvia memecahkan suasana tegang. “Kalian semua juga sudah mendengarnya. Aku sangat memahami putraku. Seandainya aku memilih untuk melindunginya, untuk apa aku membiarkannya diselidiki oleh pihak kepolisian? Kalau putraku dan menantuku dipersulit, apa tidak seharusnya aku maju?”“Urusan negara memang adalah urusanku. Tapi, urusan keluargaku juga urusanku. Kalau aku tidak sanggup untuk mengurus keluargaku, apa aku sanggup untuk mengurus urusan negara? Aku menerima banyak tekanan sejak aku duduk di posisi ini. Apa ini yang dinamakan rasa setia kalian? Atau aku mesti menyerahkan posisiku kepada kalian?”“Yang Mulia, kami tidak bermaksud seperti itu ….”“Tidak bermaksud seperti ini? Sudah berapa banya
Pria tua itu mempersilakan Derrick memasuki rumah. Istri dari pria tua itu menyuguhkan segelas teh hangat untuk Derrick. Si pria menyuruh istrinya untuk istirahat dulu, lalu bertanya, “Kira-kira apa yang ingin Tuan tanyakan?”“Begini, beberapa waktu lalu Brayden dibunuh. Aku menerima perintah atasanku untuk menyelidiki alasan kematian Tuan Brayden.”Ketika pria tua itu mendengar masalah kematian Brayden, dia pun terbengong. “Apa? Brayden sudah mati?”Derrick mengangguk. “Aku dengar-dengar sebelumnya kamu pernah menjadi tetangga Brayden. Apa kamu tahu masalah Tuan Brayden, termasuk masalah keluarganya?”Hujan di luar sana semakin deras saja.Setelah beberapa saat kemudian, Derrick berpamitan dengan pria tua itu. Saat dia berjalan ke depan mobilnya, dia menyadari ada yang aneh dengan sekitar, dia segera menghentikan langkahnya.Di tengah hujan, beberapa pria berpakaian hitam mendekati Derrick.Lampu di dalam ruang baca Keluarga Taylor kelihatan menyala. Reyhan berdiri di belakang jendel
Raut wajah Reyhan berubah muram. Dia berusaha untuk menahan amarahnya. “Masalah ini tidak ada hubungannya dengan Sissae. Wanita itu yang memanfaatkan Sissae. Sissae tidak mungkin melakukan hal yang akan mencelakai keturunan keluarga kerajaan.”“Oh, ya?” Silvia mengangkat cangkir teh. Tatapannya tertuju pada teh yang bening itu. “Kalau begitu, kenapa putraku dianggap sebagai tersangka ketika memeriksa penyebab kematian pengurus rumah itu?”“Yang Mulia, semua yang Pangeran adalah demi balas dendam terhadap istrinya. Pangeran mengutus anggotanya untuk mencari pelaku pembunuhan. Hanya saja, orang itu malah ditemukan dalam kondisi mati mengenaskan. Dalam masalah ini, Pangeran memang patut dicurigai.”“Kalau Jules patut dicurigai, memangnya Nona Sissae tidak patut untuk dicurigai?”Raut wajah Reyhan berubah tegang.Silvia mengangkat kepalanya untuk menatap Reyhan. Setiap ucapan yang dilontarkan sangat jelas. “Tahanan wanita itu memperalat Nona Sissae? Apa mungkin? Apa keuntungan baginya deng
Jules tidak berharap Jessie akan marah lagi. Nantinya Jules akan kesulitan untuk membujuknya.Kali ini, Derrick baru berkata, “Aku menemukan beberapa petunjuk. Pengurus Keluarga Taylor satu kampung dengan Brayden, sama-sama dari area utara.”Jules mengusap dagunya sembari berpikir. “Dari area utara. Petunjuk ini sangat berguna. Kamu utus anggota untuk memastikan di area utara. Oh, ya, kamu sebarkan saja berita ini. Alangkah bagusnya kalau berita ini terdengar sampai ke telinga orang itu.”Derrick mengangguk. “Aku mengerti.”Setelah Derrick meninggalkan tempat, Jessie pun menarik Jules. “Kak Jules, kematian Wika ada hubungannya dengan Keluarga Taylor, ‘kan?”Jules memiringkan kepalanya sembari menggenggam tangan Jessie. “Kemungkinannya seperti itu. Hanya saja, masih butuh bukti.” Usai berbicara, Jules memeluk Jessie, lalu mencium keningnya. “Tenang saja, aku sanggup menyelesaikannya.”…Setelah Sissae pulang dari kantor polisi, dia semakin murka saja. Dia membanting barang-barang dan me
Jules mengangkat-angkat pundaknya dengan acuh tak acuh. “Aku memang arogan karena orang yang seharusnya duduk di dalam tahanan bukan aku. Sebenarnya tidak sulit bagiku untuk bisa terlepas dari rasa curiga ini. Hanya saja, semuanya tergantung aku bersedia atau tidak saja.”Sissae tersenyum dingin, lalu menggertakkan giginya. “Jangan membohongi diri sendiri. Jules, sekarang hanyalah seorang pangeran yang nggak bisa melindungi diri sendiri. Selain aku, nggak ada lagi yang bisa menyelamatkanmu!”Pada saat ini, tiba-tiba polisi membuka pintu ruangan. “Tuan Jules, kamu sudah boleh pergi.”Raut wajah Sissae langsung berubah. “Mana mungkin?”Jules paling mencurigakan dalam masalah ini. Mana mungkin dia dilepaskan?Jules menyipitkan matanya sembari berpikir. Saat ini, terdengar lagi suara polisi. “Istrimu sudah memberi bukti kuat, bukan kamu yang meracuni Wrenka.”Jules tertegun sejenak. Dia segera berdiri, lalu meninggalkan ruangan interogasi tanpa menoleh sama sekali.Sissae masih terpaku di
Di dalam tahanan, di bawah bantuan Benn, Jerremy memperoleh kesempatan untuk bertemu dengan Jules. “Sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kenapa kamu malah masuk tahanan?”Jules bersandar di bangku, lalu melihat ke luar. “Kenapa kamu ada waktu luang untuk mengunjungiku?”“Siapa yang datang untuk mengunjungimu? Aku datang untuk bertanya sebenarnya apa yang kamu lakukan? Kamu juga sudah menyelidiki masalah adikku. Semua itu ada masalahnya dengan putri dari Keluarga Taylor. Bukannya yang mati hanya seorang pengurus rumah saja? Untuk apa kamu melanjutkan pemeriksaan lagi?”Alhasil Jules masuk ke dalam jebakan?Jules tersenyum. “Dengan mengandalkan rekaman suara yang kamu ekspos, Keluarga Taylor masih belum bisa mengalah. Kematian Wrenka berhubungan dengan Keluarga Taylor. Hanya saja, saksi mata sudah mati. Kita tidak memiliki bukti lagi. Kalau aku tidak duduk di sini, siapa lagi yang akan duduk di sini?”Jerremy melipat kedua tangan di depan dada. “Apa rencanamu selanjutnya?”Jules kembali ter
Miya pergi menyeduh teh.Jessie berjalan ke hadapan Dacia. “Apa sudah terjadi sesuatu dengan Jules?”Dacia tertegun sejenak. “Jessie ….”“Dacia, beri tahu aku, dia sudah dua hari nggak pulang. Ketika Derrick pulang waktu itu, dia hanya bilang ada yang mesti diurus Jules. Tapi aku tahu, meski dia ada urusan penting, dia juga bakal telepon buat kabari aku.”Seandainya bukan karena terjadi sesuatu terhadap Jules, mana mungkin dia akan meminta Derrick untuk menyampaikan ucapannya. Selama dua hari ini, Jules bahkan tidak mengirim pesan kepadanya.Dacia tahu masalah ini tidak bisa ditutupi lagi. Dia pun menunduk. “Maaf, Jessie. Seharusnya dia nggak ingin membuatku khawatir. Hanya saja, seharusnya kamu percaya sama dia.”Jessie duduk. “Kalian nggak beri tahu apa-apa sama aku. Gimana aku bisa percaya?”Dacia menarik napas dalam-dalam, lalu berkata dengan perlahan, “Jules ditahan untuk melakukan pemeriksaan. Pihak kepolisian curiga kematian dia dan wanita itu ada hubungannya untuk menyingkirkan
Dacia menyadari maksud dari ucapan polisi itu. Dia pun melihat ke sisi Diago. “Aku bisa menjamin bahwa masalah ini nggak ada hubungannya dengan Pangeran.”Kening si pria berkerut. Dia tidak berbicara.Diago memperkenalkan si pria dengan tersenyum. “Pak Arthur, dia muridku. Kebetulan dia juga ingin menyelidiki kasus ini.”Polisi yang bernama Arthur mengerutkan keningnya. Dia merasa bingung. “Apa hubungan dia dengan korban?”“Bukan, dia berhubungan dengan Pangeran. Dia adalah putrinya Lidya Ozara.”Arthur mengangguk. “Ternyata seperti itu.”Dacia melihat ke sisi Arthur, lalu bertanya, “Apa aku boleh tanya satu pertanyaan? Kenapa kamu merasa masalah ini ada hubungannya dengan Pangeran? Apa karena saat korban meninggal, anggota Pangeran kebetulan ada di tempat?”Arthur terdiam beberapa detik. “Memang tidak bisa membuktikan ada kaitan langsung dengan Yang Mulia, tapi Yang Mulia adalah orang pertama yang mencurigai bahwa Brayden meracuni makanan. Kematian Brayden jelas adalah tindakan pembun