Javier melonggarkan dasinya sambil menyahut datar, "Jangan menebak yang tidak-tidak."Melihat ekspresi masam Claire, Listya pun menjelaskan, "Bu Claire, kamu salah paham. Tuan Javier ....""Kamu nggak perlu ikut campur dalam urusan kami," sindir Claire sambil menatap Listya dengan dingin.Melihat ini, mata Listya justru berbinar puas. Katanya, "Bu Claire, bagaimana kamu bisa mencurigai Tuan Javier? Hubunganku dengan Tuan Javier cuma sebatas atasan dan bawahan. Lagi pula, sebagai istri Tuan Javier, kamu seharusnya percaya padanya."Claire tersenyum setengah hati pada Listya, lalu berkata, "Kenapa, kamu nggak tega padanya? Kamu juga tahu kalau aku istrinya. Kalau aku nggak datang, kamu mungkin sudah menempelkan tubuhmu padanya, 'kan?"Senyuman di mata Javier hampir tidak bisa disembunyikan. Namun, dia tetap memasang ekspresi dingin saat berkata, "Claire, pulanglah dulu.""Aku tanya padamu, apa kamu harus mempertahankan wanita ini?" seru Claire.Javier menyahut sambil mengernyit, "Ini mas
Claire menghampiri mereka. Ketika melihat mata Roger yang bengkak, Claire tertawa dan berkata, "Maaf, Roger. Sandiwara tetap harus terlihat realistis. Kamu harus sedikit menderita. Lagi pula, Izza sudah berusaha tinju pelan-pelan.""Kalian sangat kejam!" gerutu Roger dengan kesal sembari turun dari mobil.Setelah kejadian ini, banyak orang yang percaya dengan rumor tentang pertengkaran Claire dan Javier. Hal ini bahkan sampai di telinga Steven. Begitu Javier tiba di vilanya, dia langsung dipanggil ke ruang kerja. Steven membanting meja dan membentak, "Javier, apa kamu sudah bosan hidup?"Javier sudah mendengarnya dari Herman, jadi dia tahu alasan Steven mencarinya. Dia menggosok hidungnya seraya menjelaskan, "Ayah, kejadiannya tidak seperti yang kamu pikirkan.""Bukan seperti yang aku pikirkan?" Steven mengetuk-ngetuk meja sambil menyergah, "Javier, saat itu kamu yang meminta Claire menikah denganmu. Kenapa setelah menikah, kamu malah tidak menghargai pernikahanmu? Rumah tangga kalian
Usia Jody memang baru 13 tahun, tetapi tinggi badannya sudah mencapai 170 cm. Ketika mengenakan seragam sekolah, dia terlihat seperti pemeran utama tampan di dalam drama.Setelah sekelompok pria berbaju hitam menggeledah rumah itu cukup lama, salah satu dari mereka mengambil sesuatu dan bergegas ke arah mobil. Ketika Jody menurunkan jendela, orang itu melaporkan, "Tuan Jody, kami menemukan kotak ini di dalam rumah itu."Jody mengambil kotak itu, lalu membukanya. Terlihat sebuah jam saku kuno berwarna tembaga. Jam saku ini bisa dibuka. Di dalamnya ada foto kecil.Para pria berbaju hitam berbaris di halaman Balai Pertemuan Fernando. Begitu melihat Jody masuk, mereka semua memberi hormat dan menyapa, "Tuan Jody."Jody berjalan melewati mereka sambil bertanya, "Di mana Kakek?"Salah satu di antara mereka menjawab, "Ada di ruang kerja." Setelah mengatakan ini, dia langsung mengantarkan Jody ke ruang kerja.Ketika Jody masuk, Berwin yang tadinya sedang membaca dokumen seketika menengadah. Di
"Kamu cemburu, ya?" Javier tersenyum sambil memeluk Claire, lalu berkata, "Sayangnya, kekhawatiranmu sia-sia."Claire sontak tertegun dan bertanya, "Apa maksudmu?"Javier tersenyum lebar seraya menimpali, "Kamu mengira dia suka padaku. Selama ini, aku sudah berikan banyak kesempatan untuknya, tapi dia tidak mendekatiku. Jelas sekali, dia tidak tertarik berhubungan denganku."Clare menyipitkan matanya sembari bertanya, "Apa karena kamu sudah makin tua, jadi nggak menarik lagi?"Javier tertawa dan mencubit pipi Claire. Dia bertanya, "Apa yang kamu pikirkan? Apa kamu benar-benar berharap dia mendekatiku?"Claire juga tertawa karena lelucon ini. Namun, jika Javier benar-benar membiarkan Listya mendekatinya, Claire akan mengulitinya nanti. Dia duduk bersandar di kursi sambil berujar, "Nggak disangka, Listya bisa tertarik padamu. Tapi, dia memintamu berada di sisinya untuk menghancurkan hubungan kita. Benar-benar keterlaluan."Javier mencondongkan tubuhnya ke arah Claire, lalu mengusap ujung
Siswi berambut panjang berdiri di hadapan Lisa dan menatapnya dari atas. Dia berujar dengan sinis, "Kamu pikir bisa menjadi putri keluarga kaya hanya karena Jessie menganggapmu teman? Identitasmu sebagai orang miskin nggak akan pernah bisa berubah. Nggak ada salahnya menjadi orang miskin. Yang salah itu kamu nggak boleh pamer."Lisa mengepalkan tangannya dengan erat. Siswi itu setengah berjongkok. Dia menarik pergelangan tangan Lisa dan melihat jam tangannya, lalu bertanya, "Lihat. Memangnya kamu pantas pakai jam tangan 40 juta? Kamu sangat berterima kasih pada Jessie, 'kan? Apa dia tahu temannya yang satu ini tukang pamer?"Kedua pundak Lisa sudah gemetaran. Dia menunduk dan mengelak, "Aku bukan tukang pamer ....""Kamu masih berani bilang bukan tukang pamer?" Siswi itu berjalan mendekati Lisa sembari menambahkan, "Aku tahu rahasiamu."Wajah Lisa sontak memucat."Yura!" teriak Jessie yang akhirnya tiba. Jessie melihat Yura menarik Lisa yang masih duduk di atas lantai. Lantaran tidak t
Izza mengangguk. Kemudian, dia menyeret pria itu berdiri, lalu menendangnya ke dalam mobil tanpa belas kasihan.Di ruang privat Klub Garzia, beberapa pengawal menghajar pria itu habis-habisan. Berhubung kedua tangannya dibelenggu, dia sama sekali tidak bisa membalas. Para pengawal ini baru berhenti saat Claire tiba di sana.Claire duduk di sofa. Dia menatap pria yang terbaring dengan kondisi mengenaskan di lantai dan bertanya, "Kamu orang yang menabrak Lucy sampai mati, 'kan?"Melihat pria itu hanya diam, salah seorang pengawal lantas berkata, "Nyonya, orang ini sangat keras kepala. Bagaimana kalau kami menghajarnya lagi?""Biar dipukul sampai mati pun, dia nggak akan bicara. Kita nggak bisa pakai cara kekerasan saja," ujar Claire sambil tersenyum.Pengawal itu menggaruk kepalanya dan menyahut dengan canggung, "Nyonya benar juga."Claire berdiri, lalu menghampiri pria itu sambil berkata, "Listya ... ups salah, maksudku Sylvie. Sepertinya hubunganmu dengannya nggak sekadar berbasis untu
Izza yang telah mengintai sejak lama pun mendapatkan mangsanya.Javier bertanya sambil memicingkan matanya, "Apa orang-orang sudah disiapkan?""Sudah. Semua sudah bersiaga di dekat pelabuhan, bandara, dan juga jalan perbatasan darat," sahut Roger.Javier melangkah keluar sambil berkata, "Kalau begitu, kita bergerak sekarang."Ketika mobil Listya mendekati area sekitar dermaga, dari kejauhan dia melihat beberapa mobil terparkir di dermaga. Dia segera menghentikan mobilnya, lalu menelepon seseorang. "Kalian di mana?" tanyanya.Orang di seberang telepon menjawab bahwa mereka masih di dalam perjalanan. Dia menambahkan bahwa ada pemeriksaan mobil di jalan.Listya memandang mobil-mobil di dermaga. Sorot matanya perlahan berubah muram. Katanya, "Nggak usah datang, kalian cari cara untuk menjauh dulu."Tanpa menunggu jawaban dari orang yang diteleponnya, Listya langsung mematikan panggilan dengan tegas. Dia melirik ke arah dermaga lagi, lalu segera melajukan mobilnya pergi.Di sisi lain, Clair
Listya berkata, "Aku berterima kasih pada Sofie, kakakku yang berbaik hati memberiku kesempatan untuk bersekolah di Universitas Seni Toron. Tapi, dia sebenarnya meremehkanku dan takut aku akan mempermalukan dirinya. Jadi, dia selalu ikut campur dalam pendidikanku.""Setiap kali guru memujiku, yang disebutnya adalah nama Sofie. Aku membenci Sofie. Jadi, saat Rosy membakarnya hingga mati, aku merasa lega karena akhirnya bisa lepas dari bayang-bayangnya," tambah Listya.Hawa dingin menjalari punggung Claire saat dia mendengar kata-kata Listya. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya, "Apa maksudmu mengatakan semua ini?"Listya kembali tertawa dan berkata, "Kamu nggak tahu kenapa Rosy berhasil membunuh Sofie, 'kan? Orang yang tertidur nyenyak sekalipun akan bangun saat tersedak kabut asap. Kalian kira Rosy membunuhnya, baru menyalakan api, bukan? Asumsi kalian salah besar."Claire tercengang. Selama ini, mereka percaya bahwa Rosy membunuh Sofie, lalu sengaja membuat kebakaran untuk me