Seusai berbicara, Roger berkacak pinggang sembari mengomel, “Jujur saja! Jadi asisten itu tidak gampang. Kalau bukan mengelola perusahaan, kerjaanku malah jadi kurir antar makanan. Gajiku bukannya bertambah, malah dipotong ….”Izza menatap Roger dengan tatapan datar. “Aku akan sampaikan apa yang kamu katakan tadi kepada Tuan Javier.”Roger segera menutup mulutnya. “Jangan!” Dia melirik sekeliling, lalu melanjutkan, “Aku cuma bercanda. Astaga, aku mohon! Bagaimanapun juga, kita sudah bekerja sama-sama selama 3 tahun. Apa kita tidak bisa berhubungan dengan baik?” Tiba-tiba tatapan Roger tertuju pada laporan dan termos di tangan Izza. “Apa itu?”Izza menyerahkannya kepada Roger. “Coba kamu baca sendiri.”Roger membaca isi laporan. Raut wajahnya seketika berubah.Izza kembali ke ruang kerja, lalu menyerahkan laporan kepada Claire. Dia juga memberi tahu masalah dirinya bertemu Roger di bawah tadi.Claire melihat tulisan yang tertera di atas laporan: [ Konsumsi dalam jumlah besar akan menga
Lucy tidak berpikir banyak. Sekarang kondisi sangat mendesak, dia membutuhkan uang itu.Setelah panggilan diakhiri, Lucy bergegas berjalan ke seberang jalan raya. Tetiba … sebuah mobil melaju kencang menabrak diri Lucy.Suara tabrakan keras terdengar. Lucy tertabrak hingga terpental beberapa meter. Satu sepatunya jatuh ke lantai. Layar ponselnya juga sudah retak.Lucy memalingkan kepalanya dengan kedua mata terbuka lebar menatap ke sisi depan. Jari tangan tak berhenti bergetar. Darah juga mulai mengalir dari belakang kepalanya.Seorang lelaki berjalan ke sisi Lucy. Dia mengenakan sarung tangan untuk memungut ponsel tersebut. Kemudian, dia membelah kartu SIM dan membuangnya ke taman bunga di tengah jalan. Si lelaki melanjutkan langkahnya ke mobil yang diparkirkan di seberang. Listya yang duduk di baris belakang pun tersenyum. “Ayo, jalan!”Claire menelepon Hendri meminta nomor telepon Lucy. Hanya saja, panggilan tidak bisa tersambung. Claire menyuruh Izza untuk memeriksa keberadaan Lucy
“Ibu, jangan banyak bicara lagi. Sekarang Lucy sudah berbaring di dalam sana, apa lagi yang kamu inginkan.” Riandy merasa tidak senang.Gabriana spontan terdiam.Claire juga tidak memasukkan ucapan Gabriana ke hati. Dia menatap Riandy. “Aku akan bayar biaya kremasi Lucy. Setelah masalah kecelakaannya berhasil diselidiki, kita semua akan tahu apa yang telah terjadi.”Di Grup Angkasa.Roger berjalan ke sisi Javier. “Tuan Javier, aku sudah berhasil menemukan klub malam tempat Lucy bekerja. Bos dari klub itu bernama Diandra. Dia juga adalah bos rentenir. Klub malamnya itu juga memiliki fasilitas pelayanan ‘khusus’. Dia sering menekan karyawan wanita dengan memotong gaji mereka. Jadi, para karyawan terpaksa melayani tamu demi membayar utang mereka.”Javier memandang ke depan. “Siapa orang di belakangnya?”Roger membaca dokumen sekilas. “Di dalam daftar klien mereka, terdapat perusahaan bahan bangunan milik Pak Suryadi. Tiga tahun lalu, Pak Suryadi pernah memiliki hubungan bisnis dengan Grup
Di atas kartu pekerjanya tertera tulisan:[ Listya, Departemen Perencanaan. ] Listya memeluk sepotong jas di tangannya. Jas itu terlihat sangat familier bagi Claire. Sepertinya Javier mengenakan jas itu di saat keluar rumah tadi pagi.Claire mengangkat-angkat alisnya sembari tersenyum. “Nona, ada urusan apa?”Listya menunduk, lalu menyerahkan jas kepadanya. “Tuan Javier meninggalkan jasnya. Kamu istrinya Tuan Javier, ‘kan? Tolong kembalikan jas ini kepada Tuan, ya.”Claire menatap jas di tangannya, lalu tatapannya berhenti di wajah Listya. Claire tidak mengambilnya, melainkan menyuruh Izza untuk mengambilnya.Setelah jas diambil Izza, Claire juga tidak berkata lain lagi. Dia membawa Izza ke dalam lift. Pintu lift ditutup secara perlahan. Ketika pintu sudah tertutup rapat dan lift bergerak ke atas, tetiba Listya tersenyum. Dia menatap dirinya yang berada di dalam cermin. Dia sungguh puas saat ini.Claire memasuki ruangan Javier. Tampak Javier memang tidak mengenakan jas, melainkan hany
“Oh ya, apa masalah kecelakaan Lucy sudah ada hasilnya?” Claire beralih ke topik utama. Dia hampir saja melupakan tujuan kedatangannya ke Grup Angkasa.Javier berjalan ke depan meja kerjanya, lalu mengambil sebuah dokumen. “Tempat kerja Lucy, termasuk tamu yang pernah dilayaninya dan juga atasannya. Semua data ada di sini.”Claire menghampiri Javier, lalu membaca dokumen di tangannya. Ternyata semuanya sesuai dengan dugaan Claire. Klub tempat Lucy bekerja melakukan transaksi gelap. Lucy tidak mungkin tidak mengetahui isi pekerjaannya. Seandainya dia tidak bersedia, dia pasti akan mencari Claire untuk meminta pertolongan.Javier duduk di bangku kerjanya. “Aku sudah menyuruh Hans untuk mencari tahu. Kebetulan perusahaan rentenir itu ada hubungannya dengan cinta pertama Hans pada 3 tahun silam.”Claire tertegun sejenak. Dia lanjut membaca dokumennya. “Bunga pinjaman tinggi, menekan karyawan, meminjam uang dengan menggunakan tubuh sebagai jaminan! Kenapa perusahaan seperti ini nggak diperi
Claire melihat ekspresi Diandra. Akan ketahuan jika seseorang sedang berbohong. Diandra memang kelihatan sangat emosional dan juga gugup, tetapi tatapannya tidak mengelak sama sekali. Dia sedang menjelaskan lantaran takut akan menanggung hukuman yang bukan miliknya.Polisi berjalan keluar ruang interogasi. Dia menatap Javier. “Tuan Javier, masalah kecelakaan mobil itu seharusnya bukan ulah mereka.”Setelah Javier dan polisi berbicara, polisi pun membawa Diandra keluar ruangan. Tetiba Claire berjalan ke hadapannya. “Sebentar.”Polisi dan Diandra serempak melihat ke sisi Claire.Claire berjalan ke hadapan Diandra. “Waktu itu, kamu mencari Lucy. Apa dia mengatakan sesuatu kepadamu?”Kali ini, Diandra kembali terbengong. Dia melihat polisi sekilas, lalu membalas, “Aku suruh dia segera membayar dendanya. Dia janji bisa menyerahkannya.”“Apa kamu yang mencabut kartu SIM ponselnya?” tanya Claire lagi.Diandra menarik napas dalam-dalam. Kesabarannya sudah hampir hilang. “Untuk apa aku cabut ka
Javier tersenyum, lalu merangkul pundaknya. Dia mengambil kertas, lalu membalas, “Bisa, tapi ….” Javier mendekati Claire seolah-olah sedang meminta “hadiah”.Claire melirik Roger. “Nggak boleh ngintip.”Roger sungguh kehabisan kata-kata. Dia segera memalingkan kepala melihat ke luar jendela. “Tidak! Tapi Nyonya Claire yang cepat, ya. Aku masih harus setir mobil.”Claire mencium bibir Javier. Senyuman di wajah Javier semakin kental lagi. Dia menahan belakang kepala Claire, lalu memberinya ciuman yang lebih dalam lagi.Satu menit kemudian, Claire keluar dari pelukan Javier dengan wajah merona. Dia berdeham, lalu berkata, “Roger, kamu sudah boleh lanjut berkendara.”Roger menghela napas. Dia tidak seharusnya berada di dalam mobil, seharusnya berada di bawah mobil.Javier membuka laptop, lalu mulai mengutak-atiknya. Claire mencondongkan tubuh untuk mendekatinya. Ketika melihat ada rambut yang menghalangi pandangan Javier, Javier pun tersenyum dengan tidak berdaya. Dia mengulurkan tangannya
“Jangan-jangan ada yang salah dengan omonganku?” Jerry berdecak. “Kalian bahkan janjian untuk nonton bareng di akhir pekan. Kalau nantinya dia nggak menganggap kamu sebagai temannya dan mempermainkanmu, kamu jangan menangis di hadapanku, ya!”Sama seperti di saat Jessie dicampakkan Jules dulu. Bukankah Jessie menangis di hadapan Jerry, lalu mengatakan Jules tidak menganggapnya sebagai teman?“Kamu ….” Saking emosinya, Jessie pun tidak ingin makan lagi. Dia langsung berlari ke lantai atas.Jerry masih duduk dan menyantap makanannya. Tidak ada yang mengakui kekalahan.Claire sungguh tidak berdaya. Dia menaruh sepotong daging rusuk ke atas piring Jerry. “Kamu itu abangnya, kenapa kamu nggak bisa mengalah?”Apa mesti Jerry mengungkit luka lama Jessie?“Aku sudah mengalah,” balas Jerry dengan malas-malasan. “Aku hanya ingin dia belajar dari pengalaman saja. Jangan karena mengenal seorang kakak baru, malah terus menempel sama kakak itu. Siapa tahu cowok itu punya maksud jahat sama Jessie?”I