Lucy tidak berpikir banyak. Sekarang kondisi sangat mendesak, dia membutuhkan uang itu.Setelah panggilan diakhiri, Lucy bergegas berjalan ke seberang jalan raya. Tetiba … sebuah mobil melaju kencang menabrak diri Lucy.Suara tabrakan keras terdengar. Lucy tertabrak hingga terpental beberapa meter. Satu sepatunya jatuh ke lantai. Layar ponselnya juga sudah retak.Lucy memalingkan kepalanya dengan kedua mata terbuka lebar menatap ke sisi depan. Jari tangan tak berhenti bergetar. Darah juga mulai mengalir dari belakang kepalanya.Seorang lelaki berjalan ke sisi Lucy. Dia mengenakan sarung tangan untuk memungut ponsel tersebut. Kemudian, dia membelah kartu SIM dan membuangnya ke taman bunga di tengah jalan. Si lelaki melanjutkan langkahnya ke mobil yang diparkirkan di seberang. Listya yang duduk di baris belakang pun tersenyum. “Ayo, jalan!”Claire menelepon Hendri meminta nomor telepon Lucy. Hanya saja, panggilan tidak bisa tersambung. Claire menyuruh Izza untuk memeriksa keberadaan Lucy
“Ibu, jangan banyak bicara lagi. Sekarang Lucy sudah berbaring di dalam sana, apa lagi yang kamu inginkan.” Riandy merasa tidak senang.Gabriana spontan terdiam.Claire juga tidak memasukkan ucapan Gabriana ke hati. Dia menatap Riandy. “Aku akan bayar biaya kremasi Lucy. Setelah masalah kecelakaannya berhasil diselidiki, kita semua akan tahu apa yang telah terjadi.”Di Grup Angkasa.Roger berjalan ke sisi Javier. “Tuan Javier, aku sudah berhasil menemukan klub malam tempat Lucy bekerja. Bos dari klub itu bernama Diandra. Dia juga adalah bos rentenir. Klub malamnya itu juga memiliki fasilitas pelayanan ‘khusus’. Dia sering menekan karyawan wanita dengan memotong gaji mereka. Jadi, para karyawan terpaksa melayani tamu demi membayar utang mereka.”Javier memandang ke depan. “Siapa orang di belakangnya?”Roger membaca dokumen sekilas. “Di dalam daftar klien mereka, terdapat perusahaan bahan bangunan milik Pak Suryadi. Tiga tahun lalu, Pak Suryadi pernah memiliki hubungan bisnis dengan Grup
Di atas kartu pekerjanya tertera tulisan:[ Listya, Departemen Perencanaan. ] Listya memeluk sepotong jas di tangannya. Jas itu terlihat sangat familier bagi Claire. Sepertinya Javier mengenakan jas itu di saat keluar rumah tadi pagi.Claire mengangkat-angkat alisnya sembari tersenyum. “Nona, ada urusan apa?”Listya menunduk, lalu menyerahkan jas kepadanya. “Tuan Javier meninggalkan jasnya. Kamu istrinya Tuan Javier, ‘kan? Tolong kembalikan jas ini kepada Tuan, ya.”Claire menatap jas di tangannya, lalu tatapannya berhenti di wajah Listya. Claire tidak mengambilnya, melainkan menyuruh Izza untuk mengambilnya.Setelah jas diambil Izza, Claire juga tidak berkata lain lagi. Dia membawa Izza ke dalam lift. Pintu lift ditutup secara perlahan. Ketika pintu sudah tertutup rapat dan lift bergerak ke atas, tetiba Listya tersenyum. Dia menatap dirinya yang berada di dalam cermin. Dia sungguh puas saat ini.Claire memasuki ruangan Javier. Tampak Javier memang tidak mengenakan jas, melainkan hany
“Oh ya, apa masalah kecelakaan Lucy sudah ada hasilnya?” Claire beralih ke topik utama. Dia hampir saja melupakan tujuan kedatangannya ke Grup Angkasa.Javier berjalan ke depan meja kerjanya, lalu mengambil sebuah dokumen. “Tempat kerja Lucy, termasuk tamu yang pernah dilayaninya dan juga atasannya. Semua data ada di sini.”Claire menghampiri Javier, lalu membaca dokumen di tangannya. Ternyata semuanya sesuai dengan dugaan Claire. Klub tempat Lucy bekerja melakukan transaksi gelap. Lucy tidak mungkin tidak mengetahui isi pekerjaannya. Seandainya dia tidak bersedia, dia pasti akan mencari Claire untuk meminta pertolongan.Javier duduk di bangku kerjanya. “Aku sudah menyuruh Hans untuk mencari tahu. Kebetulan perusahaan rentenir itu ada hubungannya dengan cinta pertama Hans pada 3 tahun silam.”Claire tertegun sejenak. Dia lanjut membaca dokumennya. “Bunga pinjaman tinggi, menekan karyawan, meminjam uang dengan menggunakan tubuh sebagai jaminan! Kenapa perusahaan seperti ini nggak diperi
Claire melihat ekspresi Diandra. Akan ketahuan jika seseorang sedang berbohong. Diandra memang kelihatan sangat emosional dan juga gugup, tetapi tatapannya tidak mengelak sama sekali. Dia sedang menjelaskan lantaran takut akan menanggung hukuman yang bukan miliknya.Polisi berjalan keluar ruang interogasi. Dia menatap Javier. “Tuan Javier, masalah kecelakaan mobil itu seharusnya bukan ulah mereka.”Setelah Javier dan polisi berbicara, polisi pun membawa Diandra keluar ruangan. Tetiba Claire berjalan ke hadapannya. “Sebentar.”Polisi dan Diandra serempak melihat ke sisi Claire.Claire berjalan ke hadapan Diandra. “Waktu itu, kamu mencari Lucy. Apa dia mengatakan sesuatu kepadamu?”Kali ini, Diandra kembali terbengong. Dia melihat polisi sekilas, lalu membalas, “Aku suruh dia segera membayar dendanya. Dia janji bisa menyerahkannya.”“Apa kamu yang mencabut kartu SIM ponselnya?” tanya Claire lagi.Diandra menarik napas dalam-dalam. Kesabarannya sudah hampir hilang. “Untuk apa aku cabut ka
Javier tersenyum, lalu merangkul pundaknya. Dia mengambil kertas, lalu membalas, “Bisa, tapi ….” Javier mendekati Claire seolah-olah sedang meminta “hadiah”.Claire melirik Roger. “Nggak boleh ngintip.”Roger sungguh kehabisan kata-kata. Dia segera memalingkan kepala melihat ke luar jendela. “Tidak! Tapi Nyonya Claire yang cepat, ya. Aku masih harus setir mobil.”Claire mencium bibir Javier. Senyuman di wajah Javier semakin kental lagi. Dia menahan belakang kepala Claire, lalu memberinya ciuman yang lebih dalam lagi.Satu menit kemudian, Claire keluar dari pelukan Javier dengan wajah merona. Dia berdeham, lalu berkata, “Roger, kamu sudah boleh lanjut berkendara.”Roger menghela napas. Dia tidak seharusnya berada di dalam mobil, seharusnya berada di bawah mobil.Javier membuka laptop, lalu mulai mengutak-atiknya. Claire mencondongkan tubuh untuk mendekatinya. Ketika melihat ada rambut yang menghalangi pandangan Javier, Javier pun tersenyum dengan tidak berdaya. Dia mengulurkan tangannya
“Jangan-jangan ada yang salah dengan omonganku?” Jerry berdecak. “Kalian bahkan janjian untuk nonton bareng di akhir pekan. Kalau nantinya dia nggak menganggap kamu sebagai temannya dan mempermainkanmu, kamu jangan menangis di hadapanku, ya!”Sama seperti di saat Jessie dicampakkan Jules dulu. Bukankah Jessie menangis di hadapan Jerry, lalu mengatakan Jules tidak menganggapnya sebagai teman?“Kamu ….” Saking emosinya, Jessie pun tidak ingin makan lagi. Dia langsung berlari ke lantai atas.Jerry masih duduk dan menyantap makanannya. Tidak ada yang mengakui kekalahan.Claire sungguh tidak berdaya. Dia menaruh sepotong daging rusuk ke atas piring Jerry. “Kamu itu abangnya, kenapa kamu nggak bisa mengalah?”Apa mesti Jerry mengungkit luka lama Jessie?“Aku sudah mengalah,” balas Jerry dengan malas-malasan. “Aku hanya ingin dia belajar dari pengalaman saja. Jangan karena mengenal seorang kakak baru, malah terus menempel sama kakak itu. Siapa tahu cowok itu punya maksud jahat sama Jessie?”I
Itulah sebabnya Jessie tidak memberi tahu masalah mereka kepada Jerry. Jessie juga sudah berjanji dengan Hiro, tidak mungkin dia memungkiri janjinya.Claire mengusap kepala Jessie. “Ibu paham, kamu nggak ingin membuat temanmu merasa malu, ‘kan?”Jessie mengangguk. Senyuman Claire semakin lembut lagi. “Sebenarnya kamu bisa terus terang sama Jerry. Coba kamu lihat, kamu nggak beri tahu pemikiranmu kepada Jerry, kamu malah telah melukai perasaan orang terdekatmu. Jerry cuma perhatian sama kamu, makanya dia galakin kamu.”Jessie merenung selama beberapa saat. Tetiba emosi di hati Jessy spontan menghilang. Dia pun berdiri. “Ibu, sekarang aku pergi cari Kak Jerry dulu.”Jessie langsung berlari keluar kamar.Saat Claire berjalan keluar kamar, dia pun dikejutkan oleh Javier yang sedang bersandar di dinding sembari melipat kedua tangannya. “Sejak kapan kamu di sini?”“Barusan.” Javier melihat Claire dengan tersenyum. “Cepat juga kamu membujuk Jessie.”“Namanya anak aku!” Claire mengangkat alisn
Orang lainnya juga ikut tersenyum.Menjelang malam, seluruh kota diselimuti dengan cahaya lampu neon. Setelah Jessie dan Jules menyelesaikan makan malam, mereka pun kembali ke Kompleks Amara.Jessie baru selesai mandi. Rambutnya pun masih basah. Jules mengambil handuk dari tangan Jessie, lalu membantunya untuk mengeringkan rambut.Saat ini, Jessie duduk di depan meja rias sembari menatap orang di dalam cermin. Senyuman merekah di atas wajahnya. “Kak Jules, aku sangat menantikan resepsi pernikahan kita.”“Oh, ya?” Jules mengusap rambut lembut Jessie. “Aku juga menantikannya.”“Aku merasa hidupku sangat sempurna karena bisa menikah dengan orang yang paling aku cintai, apalagi bisa bersama orang yang aku cintai berjalan ke jenjang berikutnya.”Jules pun tertawa, lalu membungkukkan tubuhnya untuk berbisik di samping telinga Jessie. “Apa kamu tahu, keinginan dalam hidupku juga sudah terwujud.”Jessie menoleh untuk menatapnya. “Keinginan apa?”Jules berbisik di samping telinga Jessie, “Menik
Hiro mengiakan.“Setelah di luar beberapa saat, kamu menjadi semakin dewasa saja.” Naomi menepuk-nepuk pundaknya. “Semoga kamu bisa semakin baik lagi.”Hiro hanya tersenyum dan tidak berbicara.…Dalam sekejap mata, akhirnya telah sampai ke akhir bulan. Liburan Jessie dan yang lain sudah berakhir. Mereka pun kembali ke ibu kota.Claire dan Javier berdiri di depan halaman untuk menunggu mereka. Setelah mereka menuruni mobil, Jessie langsung berlari ke sisi mereka. “Ayah, Ibu!” Dia langsung memeluk kedua orang tuanya.Javier mengusap kepala Jessie dengan tidak berdaya. “Padahal kamu sudah dewasa, masih saja minta dipeluk.”Senyuman di wajah Jessie semakin lebar lagi. “Tapi, di mata kalian, selamanya aku itu anak kecil!”Claire tersenyum tipis. Dia menatap beberapa orang yang berjalan kemari. “Baguslah kalau kalian bermain dengan gembira. Ayo, kita ke dalam dulu. Nanti malam kita makan bersama.”Setelah Dacia dan Ariel memasuki rumah, mereka duluan naik ke lantai atas untuk melihat anak.
Jules menatap mereka. “Kebetulan sekali kalian juga ada di sini.”Yura membalas, “Aku dan Bastian memang ada di sini. Setelah lihat unggahan Jessie, aku baru tahu ternyata kalian juga di sini.”Jessie membawanya ke tempat duduk. “Kalau begitu, kita tinggal beberapa hari bersama.”Setelah Bastian duduk, Jodhiva memperkenalkannya kepada Dacia dan Jessie. “Ini adik iparku, Dacia, dan adikku, Jessie.”“Aku pernah bertemu mereka di pernikahanmu.” Bastian masih mengingatnya. Dia pun berkata, “Adikmu itu satu sekolah dengan istriku. Istriku sering mengungkitnya.”Yura menatapnya. “Istrimu? Belum pasti aku akan menjadi istrimu.”Kening Bastian berkerut. “Kita saja sudah tunangan. Apa kamu masih bisa menikah sama orang lain?”Semua orang pun tertawa. Hanya Jessie saja yang terbengong. “Tunangan apaan? Yura, kamu sudah tunangan?”Yura berdeham ringan. “Aku lupa beri tahu kamu.”“Kamu nggak setia kawan banget, sih. Malah nggak beri tahu aku. “Jessie mencemberutkan bibirnya. Dia benar-benar tidak
Bos pemilik permainan berkata, “Dua puluh ribu diberi tiga kesempatan.”“Mahal sekali? Dua puluh ribu hanya diberi tiga kali kesempatan saja?” Dacia merasa sangat tidak menguntungkan.Bos mengangkat kepalanya. “Ini sudah paling murah. Tempat lain malah tiga puluh ribu.”Jessie menarik Dacia. “Dua puluh ribu juga nggak masalah. Nggak gampang bagi mereka untuk berbisnis. Kita juga cuma main-main saja.”Seusai berbicara, Jessie mengeluarkan uang tunai sebesar empat puluh ribu kepada bos. “Berarti enam kali kesempatan, ya.”Bos menyerahkan enam gelang kepada Jessie. Jessie menyukai sebuah gelang. Dia tahu gelang itu hanya barang KW, tapi kelihatannya sangat cantik. Jessie melempar ke sana, tetapi dia tidak berhasil mendapatkannya.Setelah melempar dua kali lagi, Jessie masih saja tidak berhasil mendapatkan targetnya. Sekarang hanya tersisa tiga kali kesempatan.Ketika melihat Jessie putus asa, Ariel pun mengambil sisa gelang dari tangan Jessie. “Coba lihat aku.”Ariel melirik tepat ke sisi
Larut malam, kota kuno ini terasa sunyi dan hening, hanya suara serangga yang bergema di antara rerumputan.Sebuah lampu menerangi rerumputan di luar tenda, menambah suasana menjadi semakin hening dan tenang.Jessie membalikkan tubuhnya masih belum tertidur. Saat sebuah tangan panjang merangkul pinggangnya, lalu memasukkan Jessie ke dalam pelukannya. “Tidak bisa tidur?”“Emm.” Jessie bersandar di dalam pelukannya. “Kak Jules, aku ingin ke toilet, tapi aku nggak berani.”Jules mencium kening Jessie. “Biar aku temani.”Mereka berdua berjalan keluar tenda. Jules mengeluarkan senter, lalu berjalan bersama Jessie. Saat mereka tiba di depan pepohonan, Jessie membalikkan tubuhnya untuk menatap Jules. “Tunggu aku di sini.”Jules mengangguk. “Panggil aku kalau ada apa-apa.”Jessie berjalan ke dalam pepohonan, tetapi dia juga tidak berani berjalan terlalu jauh.Setelah buang air, Jessie segera keluar dan memeluk lengannya. “Selesai.”Jules mengulurkan tangan untuk merangkul Jessie.Setelah kemba
Jodhiva juga tersenyum. “Cepat juga, tapi masih tergolong pagi.”Jessie menyandarkan kepalanya di atas paha Jules sembari memandang langit. Beberapa saat kemudian, dia bertanya, “Kenapa rasanya bakal turun hujan?”Orang-orang langsung melihat ke sisi Jessie.Jerremy menarik napas dalam-dalam. “Kamu jangan sembarangan bicara.”Dacia memandang ke atas langit. Langit memang kelihatan cerah, tetapi malah kelihatan mendung di bagian atas gunung. “Mungkin cuma mendung saja?”Sudah jam segini, tapi matahari masih belum menampakkan diri. Seharusnya hanya mendung, tidak sampai tahap turun hujan.Ariel berkata, “Ramalan cuaca hari ini tidak mengatakan akan turun hujan hari ini. Aku merasa seharusnya tidak akan turun hujan.”Kecuali, ramalan cuaca tidak akurat!Beberapa orang tinggal sejenak. Jules merasa ada tetesan air di wajahnya. Dia mengusap sejenak. “Eh, turun hujan, deh.”Ariel duduk di tempat. “Apa?”Jessie menunjukkan senyuman canggung di wajahnya. “Firasatku mengatakan bakal turun hujan
Yang lain juga sudah setuju.Setelah masakan disajikan, Jessie melihat makanan berwarna putih dengan berbentuk seperti kipas. Dia bertanya pada bos, “Apa ini?”Bos memperkenalkan dengan tersenyum, “Ini namanya ‘milk fan’, terbuat dari susu. Karena warnanya putih dan agak transparan, ditambah bentuknya seperti kipas, makanan ini pun diberi nama ‘milk fan’.”Ariel mencicipinya. “Emm, rasanya enak juga.”Dacia dan Jerremy juga telah mencicipinya. Rasanya memang cukup enak.Setelah masakan selesai dimasak, Bos pun menyajikan ke atas meja. “Ini adalah mie beras dengan ditaburi ayam dingin dan berbagai bahan tambahan. Ayam dimasak dengan bumbu khas, lalu disiram dengan saus buatan sendiri, minyak cabai, minyak lada hitam, dan ditambahkan kenari panggang. Ini adalah salah satu makanan khas daerah kami. Biasanya para wisatawan juga sangat menyukainya.”Jessie mencicipi sesuap. Ariel pun bertanya, “Gimana rasanya?”Jessie mengangguk, lalu menyantapnya dengan suapan besar.Yang lain juga ikut me
Menjelang malam, di Kompleks Amara.Jessie sedang berkemas di kamarnya, menyiapkan barang-barang untuk perjalanan, termasuk panduan perjalanan darat serta berbagai perlengkapan yang mungkin dibutuhkan.Jules baru saja selesai mandi dan keluar dari kamar mandi. Melihat Jessie yang begitu serius mencari informasi tentang perjalanan, dia tidak bisa menahan tawanya. “Kita hanya pergi jalan-jalan, kenapa seperti mau pindah rumah saja?”“Barang cewek memang banyak! Mulai dari kosmetik, perawatan wajah, perlengkapan sehari-hari, camilan, oh ya, juga kamera, drone, dan payung. Semua sudah aku bawa!”Jules menyipitkan mata. “Bawa payung juga?”Jessie mengangkat kepala untuk melihat Jules, lalu berkata dengan serius, “Bagaimana kalau turun hujan? Bukannya akan terasa canggung?”Jules merasa tidak berdaya.Dua koper besar dan satu koper kecil sudah selesai dikemas. Jessie berdiri dan menatap barang bawaannya. Sepertinya memang agak berlebihan. Dia pun menggaruk pipinya sambil berkata, “Sepertinya
Jodhiva menggenggam tangannya. “Kita bicarakan nanti.”Claire melihat ke sisi Jessie dan Jules. “Jody dan Jerry sudah mengadakan resepsi pernikahan. Bagaimana dengan kalian?”Jessie membalas, “Kata Kak Jules, cocoknya di tanggal 9 September. Karena cuaca di awal bulan September nggak tergolong dingin, cuaca di siang hari tergolong hangat. Kalau malam, cuaca akan terasa dingin.”Ariel merasa syok. “Cuaca bulan September di sini masih panas? Nggak, biasanya di Pulau Persia, bulan September itu musim panas.”Jessie tersenyum. “Musim dingin di Pulau Persia sama seperti musim gugur di sini. Kalau kamu tidak suka musim salju, kamu bisa kembali ke Pulau Persia.”Steven meletakkan cangkir tehnya sembari berpikir sejenak. “Tanggal 9 September. Bukannya hanya tersisa 13 hari saja? Cepat juga.”Claire mengangguk dengan tersenyum. “Cukup cepat juga.”Jodhiva melihat ke sisi Jules. “Pernikahan keluarga kerajaan pasti meriah?”Jules merangkul pundak Jessie. “Tentu saja. Pada saat itu, pernikahan aka