"Sudahlah, kita tidak perlu membahas masalah ini. Aku tidak mau melemah, Dewa." Dewa menghela napas, "Aku hanya tidak mau kau salah sangka dan akan menyesal nanti, Glenn."Glenn berujar, "Tidak akan. Aku tidak akan pernah menyesal. Arnold dan Narendra itu sekutu yang harus aku basmi."Dewa akhirnya mengangkat tangan, tanda dia menyerah. Rasanya tidak mungkin lagi membuat Glenn mengerti sehingga dia tidak lagi berusaha membuka mata sahabatnya itu."Oke, jadi kapan kau akan menampakkan diri?" tanya Dewa."Dalam waktu dekat," ucap Glenn."Apa kau menunggu Alexander Barata kembali?" tanya Dewa lagi.Glenn menggeleng, "Masalahku tidak ada hubungannya dengan dia, Dewa. Dia sudah menyelesaikan bagiannya jadi aku tidak akan mengganggunya.""Wah, kau sungguh berbaik hati sekali," ujar Dewa."Kau baru sadar akan hal itu?" balas Glenn.Dewa tidak menanggapinya dan hanya berujar, "Kalau begitu, apa yang bisa aku lakukan untukmu?""Tidak ada," jawab Glenn."Kau yakin?""Hm. Ini harus aku lakukan
Kata-kata yang Narendra ucapkan itu terdengar begitu berbeda di telinga Arnold. Ia pikir kakaknya telah berubah dan sepertinya hal ini mengarah ke hal yang buruk.Ia mengamati ekspresi kakaknya yang tampak lebih dingin daripada yang pernah ia lihat sebelumnya. Secara pasti ia pun mengerti kakaknya tidak lagi mempercayai dirinya.Maka, ia pun mencoba untuk memikirkan strategi lain dan kemudian mendapatkan jawaban atas apa yang dia cari.Arnold Brawijaya pun berujar, "Kau benar, Mas. Sepertinya aku memang tidak kompeten untuk hal ini jadi lebih baik aku mengundurkan diri saja dari perusahaan ini."Ia perlahan bangkit dari kursinya dan meninggalkan Narendra yang terlihat begitu syok setelah mendengarkan pengakuan adiknya yang akan segera minggat dari perusahaannya itu.Narendra memegang kepalanya, "Tidak. Ini tidak mungkin terjadi. Arnold jelas tidak berpihak kepadaku. Tapi, kalau dia tidak berpihak kepadaku, dia seharusnya tidak mengundurkan diri dan malah tetap di sini."Ah, Narendra b
Arnold mulai merasa terganggu dengan ucapan-ucapan orang asing yang mulai menyebut nama-nama Glenn Brawijaya. "Apa yang membuatmu berpikir seperti itu?" tanya Arnold pada orang yang dengan rambut hitam legamnya itu terlihat begitu rapi.Ia malah mengeluarkan tangannya dan berujar, "Oh, Gosh. Arnold Brawijaya, mari kita berkenalan dulu."Arnold malah heran terlatih lagi pria itu tersenyum aneh kepadanya dan ia sama sekali tidak menyambut uluran tangan pria yang memakai kemeja cokelat tua itu.Melihat uluran tangannya tidak disambut oleh Arnold, sang pria itu tidak tersinggung sama sekali dan malah berkata, "Dewa Airlangga. Salah satu orang yang menjadi kepercayaan dari sepupu tersayangmu."Arnold membeku seketika saat mendengarkan itu tetapi ia masih belum mempercayai perkataan orang itu sepenuhnya. Ia menggelengkan kepalanya lalu menatap ke arah depan, "Maaf, jika kau ingin bermain-main, sama saya tidak berminat untuk meladenimu."Dewa tertawa renyah begitu mendengarnya. Ia sama sek
Dewa tersenyum pongah, "Pertama-tama, aku ingin memberitahumu sesuatu.""Apa?" tanya Arnold masih berusaha bersabar."Glenn masih hidup," jawab Dewa.Arnold menelan ludah, ia hendak berkata entah apapun tapi sayangnya tak sepatah kata pun ke luar dari mulutnya.Dewa yang begitu memahami reaksi Arnold, segera menanggapi, "Aku tahu kau pasti sangat kaget tapi ini fakta. Jadi, yang kakakmu kubur itu tentu saja bukan jasad Glenn. Itu hanya mayat yang telah kami manipulasi agar dianggap sebagai Glenn."Mata Arnold membeliak, menunjukkan kekagetan yang lebih-lebih dari pada sebelumnya. "Ini bukan hanya sebuah candaan kan?""Hah, aku tahu wajahku tidak bisa terlihat serius tapi ini kenyataan. Aku dan Fero yang mengeluarkan Glenn dari sana," jelas Dewa.Arnold tidak lagi bisa menyembunyikan keterkejutannya. "Kau serius? Bagaimana mungkin itu bisa terjadi? Fero? Kau mengenal Fero juga?"Arnold manggut-manggut. Dewa kembali melanjutkan, "Hm. Sayangnya dia itu cukup brengsek hingga hampir membun
Dewa mengangguk dengan begitu bersemangat, "Ah, kau benar-benar sangat pintar. Tentu saja, itu dia."Fakta itu rupanya membuat Arnold semakin tidak bisa menahan rasa penasarannya."Bagaimana caranya dia bisa sampai ke titik itu? Dia ... dia kan tidak memiliki apapun saat dia diusir dari rumah. Bahkan, ketika dia berada di dalam penjara pun dia juga tidak memiliki apapun," ucap Arnold yang sesungguhnya memang tidak berniat untuk menghina Glenn dan hanya mencoba untuk menuntaskan rasa penasarannya mengenai sepupunya tersebut.Dewa tersenyum lebar sebelum mulai menjelaskan, "Aku yang membantunya."Arnold menatap bingung ke arah orang itu tetapi saat ia melihat penampilan Dewa yang terlihat begitu rapi, ia pun tidak meragukan hal itu dan hanya berkata, "Tapi tetap saja dalam waktu beberapa tahun, rasanya sulit untuk bisa sampai hampir menandingi Brawijaya corporation yang telah dibangun selama berpuluh-puluh tahun."Dewa manggut-manggut, mengerti ucapan pria itu, "Oh, kalau untuk soal itu
"Ah, tentu saja dia tahu. Tapi, dia pun baru mengetahui sekitar 1 bulan yang lalu," jelas Dewa.Arnold semula sedikit kecewa dikarenakan Alexander Barata yang tahu lebih dulu dibandingkan dengan dirinya pun kini kekecewaan itu kembali pudar.Ia pikir tidak ada gunanya merasa kecewa lantaran dah waktu Alexander tahu tidaklah jauh berbeda dengan dirinya."Ah, kau sungguh tidak perlu merasa cemburu seperti itu."Arnold segera menggelengkan kepalanya, "Aku sama sekali tidak cemburu.""Hm, kau jelas-jelas sedang cemburu. Tapi, tidak masalah. Meskipun begitu, Glenn sekarang kan sudah memberitahumu jika dia masih hidup."Arnold tidak lagi mengelak karena lelah dan malah bertanya, "Kenapa dia memilih untuk merahasiakan segalanya?""Tentu saja hal itu hanya bisa dijawab olehnya Karena bagaimanapun juga apa yang aku pikirkan belum tentu sama dengan apa yang Glenn pikirkan," ucap Dewa.Arnold tentu saja mengerti akan hal itu tetapi ia pikir Dewa juga bisa melihat apa yang mungkin sedang dirasaka
Dewa dan Arnold sedang menunggu di ruang tunggu ruangan Glenn Brawijaya itu. Tetapi, Dewa tidak pernah terlihat tenang sejak beberapa waktu yang lalu.Arnold yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik pemuda yang menurutnya aneh itu pun tidak tahan melihatnya hingga dia berkata, "Apa yang terjadi? Apa terjadi sesuatu?"Dewa yang baru saja menerima pesan singkat dari salah satu anak buahnya itu pun menjawab, "Anak buah kakak tersayangmu sedang mencari-carimu di pantai."Arnold membalas, "Tapi bukankah tidak ada yang perlu dicemaskan? Dia tidak mungkin menemukan sesuatu kan? Bukankah sudah mengaturnya?""Hm, memang. Penduduk di sekitar tempat itu juga tidak mungkin akan berani bicara karena aku sudah membuat mereka diam. Tetapi masalahnya adalah di mobilmu," ucap Dewa yang tidak menutup-nutupi hal itu lagi.Arnold membeku seketika. Nyawanya serasa melayang dari dalam tubuhnya, "Kamera. Aku memasang kamera dashboard di mobilku. Bagaimana ini? Apakah dia telah menemukannya?""Ya. Anak bua
Glenn tidak menanggapi candaan Dewa dan hanya beralih pada saudara sepupunya, "Mau makan siang?""Ini sudah pukul 03.00 sore, bukankah itu sudah terlalu telat untuk makan siang?" balas Dewa.Glenn memutar pandangan pada sahabatnya yang sedang tersenyum menyebalkan itu, "Kalau begitu, kita makan di sini saja."Dewa tiba-tiba melirik arlojinya dan berujar, "Kalian berdua saja yang makan, aku harus menyelesaikan sesuatu."Arnold mengurutkan kening dan bertanya, "Apa ada suatu masalah?"Dewa menggeleng cepat sembari bangkit dari kursinya, "Tidak. Hanya ada beberapa hal yang perlu aku lihat."Glenn menanggapi, "Biarkan saja dia pergi. Dia tidak dibutuhkan di sini untuk saat ini.""Sialan, begini ya setelah kau bertemu dengan sepupumu. Kau sudah tidak menganggapku lagi sebagai sahabatmu ya? Ah, hatimu yang ku benar-benar terluka olehmu," ucap Dewa yang membuat Glenn memutar mata."Hentikan akting bodohmu itu, tolong aku tidak sanggup mendengarnya lebih lama lagi," ucap Glenn yang kemudian s