Glenn tidak menanggapi candaan Dewa dan hanya beralih pada saudara sepupunya, "Mau makan siang?""Ini sudah pukul 03.00 sore, bukankah itu sudah terlalu telat untuk makan siang?" balas Dewa.Glenn memutar pandangan pada sahabatnya yang sedang tersenyum menyebalkan itu, "Kalau begitu, kita makan di sini saja."Dewa tiba-tiba melirik arlojinya dan berujar, "Kalian berdua saja yang makan, aku harus menyelesaikan sesuatu."Arnold mengurutkan kening dan bertanya, "Apa ada suatu masalah?"Dewa menggeleng cepat sembari bangkit dari kursinya, "Tidak. Hanya ada beberapa hal yang perlu aku lihat."Glenn menanggapi, "Biarkan saja dia pergi. Dia tidak dibutuhkan di sini untuk saat ini.""Sialan, begini ya setelah kau bertemu dengan sepupumu. Kau sudah tidak menganggapku lagi sebagai sahabatmu ya? Ah, hatimu yang ku benar-benar terluka olehmu," ucap Dewa yang membuat Glenn memutar mata."Hentikan akting bodohmu itu, tolong aku tidak sanggup mendengarnya lebih lama lagi," ucap Glenn yang kemudian s
Memang benar, Narendra belum menemukan adanya bukti yang kuat jika orang yang berada di video itu bersama dengan adiknya itu berkaitan erat dengan Glenn saat ini.Namun, ia mempercayainya tanpa bukti. Tidak mungkin adiknya itu berhubungan dengan orang asing yang tidak diketahui identitasnya.Sehingga, sudah tentu pria itu adalah orang yang masih berhubungan dengan Glenn."Lantas, apa yang harus aku lakukan kepadamu, adik kecil? Kenapa kau tidak pernah nurut apa kata kakakmu? Sebegitu sulitkah kamu berada di samping kakakmu sendiri? Mengapa lebih memilih membela orang lain yang jelas-jelas tidak memiliki hubungan darah denganmu?" gumam Narendra.Tetapi, ia lupa akan satu hal. Arnold sama sekali tidak mengetahui masalah ayah mereka yang tidak memiliki hubungan darah dengan ayah Glenn. Namun, entah bagaimana ia bisa menebak jika meskipun adiknya itu tahu status Glenn dan mereka, adiknya tetap akan berada di sisi Glenn untuk membantunya."Apakah sekarang aku harus menangis karena adikku s
Pertanyaan itu disampaikan dengan nada yang tidak mengenakkan oleh Dewa dan seketika saja Arnold merasa begitu tidak nyaman dengan hal itu.Ia menggigit bibir bawah dan membalas, "Oh, sepertinya aku telah salah langkah.""Memang. Bagaimana bisa kau minta hal itu darinya?" ucap Dewa rasanya tidak mempercayai pikiran egois Arnold.Arnold menautkan tangannya seperti seorang anak kecil yang baru saja tertangkap basah karena telah melakukan sesuatu yang salah.Pria muda itu hanya menjawab, "Aku hanya berpikir mungkin Glenn mau memaafkan atau setidaknya mengurangi hukuman untuk ayah ibuku. Kau tahu, usia mereka sudah bertambah dan terkadang aku tidak tega jika harus melihat mereka menanggung semua perbuatan buruk mereka."Dewa menanggapi, "Kau tahu Arnold, kau terlalu egois kan. Aku yakin 100% jika bulan mendengarnya pasti dia akan murka atau tidaknya menjadi kesal padamu.""Dia memang marah," sahut Arnold.Dewa tiba-tiba saja membanting meja karena kesal, "Astaga, apa yang sedang kau pikir
Arnold tidak menyangka kata-kata itu akan dibalikkan kepadanya.Ah, dia benar-benar sudah begitu buta sampai lupa semua hal yang pernah dilakukan ayahnya kepada sepupunya tersebut.Arnold saat ini benar-benar menjadi orang yang paling tidak berguna sekaligus paling egois yang pernah ada.Dewa menatap tajam pada sepupu Glenn tersebut dan menunggu balasan dari ucapan yang baru saja ia katakan, "Aku tanya sekali lagi. Sejak kapan ayahmu menganggap Glenn sebagai keponakannya?"Arnold dengan sangat terpaksa menggelengkan kepala sebagai jawaban.Dewa tersenyum sinis, "Nah, kau sendiri sudah tahu bukan kalau ayahmu sebegitu brengseknya. Lantas, sekarang kau masih mau mencoba untuk meminta ampunan bagi ayahmu?""Kalau kau masih berniat untuk melakukannya berarti aku harus menyesal karena telah membawamu bertemu dengan Glenn. Seharusnya aku tidak pernah membawamu ke sini karena sama saja aku mendatangkan masalah baru bagi Glenn."Arnold terdiam dan tidak bisa menanggapi ucapan Dewa. Pria itu k
"Ya, bukankah lebih baik aku tidak berada di antara kalian? Aku tidak perlu menjadi penghalang untukmu ataupun penghalang untuknya? Bukankah itu sudah adil untuk kita semua?" ucap Arnold.Narendra membeku di tempatnya tetapi tidak juga melarang adiknya itu pergi dari sana.Ia membiarkan Arnold naik ke lantai kamarnya dengan tatapan kosong. Ia bahkan tidak bisa berkata apapun ketika adiknya itu menyeret kopernya untuk keluar dari rumah itu."Oke, mungkin lebih baik memang seperti itu. Daripada aku harus menganggapnya musuh karena membela Glenn," gumam laki-laki itu kemudian.Berikutnya, Narendra mulai mengatur semuanya dari awal lagi. Esok paginya, pria itu tergesa-gesa menuju ke perusahaannya karena mendapatkan kabar dari salah satu petinggi perusahaan jika beberapa anak cabang milik mereka sedang mengalami kerugian yang besar."Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Narendra kebingungan saat melihat laporan yang membuat matanya sakit.Davina, salah satu manajer perusahaannya itu menjawa
"Entahlah, aku hanya ingin membalas mereka. Masalah aku akan menghilangkan nyawa seseorang atau tidak, aku belum memutuskan hal itu," ujar Glenn.Ia lalu berdiam diri sampai Dewa berpamitan untuk tidur.Sedangkan di bagian negara lain, Alexander Barata yang telah menikmati masa liburannya bersama dengan sang putri terlihat mengerutkan keningnya karena kebingungan usai membaca pesan singkat yang dilayangkan oleh sekretaris pribadi yang ia percaya.Clarita yang sedang mengunyah makanannya pun sejenak ikut menghentikan aksi makanya lalu berkata, "Ada apa, Ayah?"Alexander segera menutup ponselnya dan tersenyum pada putrinya, "Tidak ada. Lanjut makan."Clarita malah menyudahi acara makannya dan segera meminum minuman kemasan. Alexander mengerutkan dahi dan bertanya, "Kenapa? Kamu tidak menyukai makanan itu?""Bukan. Aku tidak bisa melihat Ayah seperti itu."Alexander mengedipkan mata, "Ayah yang seperti apa maksud kamu? Ayah tidak kenapa-kenapa."Clarita mengambil tisu dan kemudian menyek
"Apa yang Ayah bicarakan itu? Tentu saja aku menyukainya," ucap Clarita menatap ke arah ayahnya dengan tatapan heran.Alexander kembali menyipitkan mata dan menatap putrinya dengan tatapan bingung, "Tunggu dulu, Nak. Yang Ayah maksud itu adalah menyukai layaknya seorang wanita menyukai laki-laki. Seperti itu. Kamu tidak seperti yang Ayah maksud kan?" Mata Clarita membola begitu sempurna usai dirinya mendengar perkataan ayahnya tersebut. Ia kehilangan kata-kata untuk beberapa saat dan kemudian membalas perkataan ayahnya itu dengan cepat, "Maksud Ayah, cinta pasangan? Astaga, Ayah. Yang benar saja. Aku menganggap dia sebagai aku menganggap Ayah. Dia sama saja dengan orang tua keduaku."Mendengar perkataan putrinya, Alexander benar-benar menghela napas dengan lega. Ia tertawa konyol lalu kemudian menyesat minuman yang tidak ia ketahui namanya itu.Minuman khas Korea Selatan yang rasanya asam manis cukup menyegarkan tenggorokannya.Alexander kemudian tersenyum pada Sang Putri, "Ayah bena
Kenyataan itu begitu menampar Satria. Ia pun tidak lagi bisa berkutik lagi ataupun membela putra bungsunya.Narendra melihat ayahnya yang tidak bisa menjawab perkataannya itu pun membuatnya semakin yakin untuk memberi satu pelajaran bagi sang adik."Lebih baik Ayah tidak usah ikut campur masalah ini. Biarkan aku yang menyelesaikannya," ucap Narendra.Satria hanya bisa terdiam di sofa ruang tamu itu, meresapi semua yang terjadi di kehidupannya.Tiba-tiba saja ia bangkit dari tempat duduknya itu lalu berjalan menuju ke sebuah gudang yang terletak di luar ruangan.Gudang itu terpisah dari rumah utama sehingga ia harus berjalan sendirian ke sana dan melarang semua anak buah Narendra untuk menemaninya.Begitu ia masuk ke dalam gudang tersebut, ia segera berjalan mendekat ke sebuah benda yang tertutup oleh kain putih besar.Segera saja ia ambil kain yang menutupi sebuah pigura besar itu. Ia pun kemudian duduk di depan pigura tersebut dengan wajah yang terlihat amat sangat letih.Ia mulai be