Pertanyaan itu disampaikan dengan nada yang tidak mengenakkan oleh Dewa dan seketika saja Arnold merasa begitu tidak nyaman dengan hal itu.Ia menggigit bibir bawah dan membalas, "Oh, sepertinya aku telah salah langkah.""Memang. Bagaimana bisa kau minta hal itu darinya?" ucap Dewa rasanya tidak mempercayai pikiran egois Arnold.Arnold menautkan tangannya seperti seorang anak kecil yang baru saja tertangkap basah karena telah melakukan sesuatu yang salah.Pria muda itu hanya menjawab, "Aku hanya berpikir mungkin Glenn mau memaafkan atau setidaknya mengurangi hukuman untuk ayah ibuku. Kau tahu, usia mereka sudah bertambah dan terkadang aku tidak tega jika harus melihat mereka menanggung semua perbuatan buruk mereka."Dewa menanggapi, "Kau tahu Arnold, kau terlalu egois kan. Aku yakin 100% jika bulan mendengarnya pasti dia akan murka atau tidaknya menjadi kesal padamu.""Dia memang marah," sahut Arnold.Dewa tiba-tiba saja membanting meja karena kesal, "Astaga, apa yang sedang kau pikir
Arnold tidak menyangka kata-kata itu akan dibalikkan kepadanya.Ah, dia benar-benar sudah begitu buta sampai lupa semua hal yang pernah dilakukan ayahnya kepada sepupunya tersebut.Arnold saat ini benar-benar menjadi orang yang paling tidak berguna sekaligus paling egois yang pernah ada.Dewa menatap tajam pada sepupu Glenn tersebut dan menunggu balasan dari ucapan yang baru saja ia katakan, "Aku tanya sekali lagi. Sejak kapan ayahmu menganggap Glenn sebagai keponakannya?"Arnold dengan sangat terpaksa menggelengkan kepala sebagai jawaban.Dewa tersenyum sinis, "Nah, kau sendiri sudah tahu bukan kalau ayahmu sebegitu brengseknya. Lantas, sekarang kau masih mau mencoba untuk meminta ampunan bagi ayahmu?""Kalau kau masih berniat untuk melakukannya berarti aku harus menyesal karena telah membawamu bertemu dengan Glenn. Seharusnya aku tidak pernah membawamu ke sini karena sama saja aku mendatangkan masalah baru bagi Glenn."Arnold terdiam dan tidak bisa menanggapi ucapan Dewa. Pria itu k
"Ya, bukankah lebih baik aku tidak berada di antara kalian? Aku tidak perlu menjadi penghalang untukmu ataupun penghalang untuknya? Bukankah itu sudah adil untuk kita semua?" ucap Arnold.Narendra membeku di tempatnya tetapi tidak juga melarang adiknya itu pergi dari sana.Ia membiarkan Arnold naik ke lantai kamarnya dengan tatapan kosong. Ia bahkan tidak bisa berkata apapun ketika adiknya itu menyeret kopernya untuk keluar dari rumah itu."Oke, mungkin lebih baik memang seperti itu. Daripada aku harus menganggapnya musuh karena membela Glenn," gumam laki-laki itu kemudian.Berikutnya, Narendra mulai mengatur semuanya dari awal lagi. Esok paginya, pria itu tergesa-gesa menuju ke perusahaannya karena mendapatkan kabar dari salah satu petinggi perusahaan jika beberapa anak cabang milik mereka sedang mengalami kerugian yang besar."Apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Narendra kebingungan saat melihat laporan yang membuat matanya sakit.Davina, salah satu manajer perusahaannya itu menjawa
"Entahlah, aku hanya ingin membalas mereka. Masalah aku akan menghilangkan nyawa seseorang atau tidak, aku belum memutuskan hal itu," ujar Glenn.Ia lalu berdiam diri sampai Dewa berpamitan untuk tidur.Sedangkan di bagian negara lain, Alexander Barata yang telah menikmati masa liburannya bersama dengan sang putri terlihat mengerutkan keningnya karena kebingungan usai membaca pesan singkat yang dilayangkan oleh sekretaris pribadi yang ia percaya.Clarita yang sedang mengunyah makanannya pun sejenak ikut menghentikan aksi makanya lalu berkata, "Ada apa, Ayah?"Alexander segera menutup ponselnya dan tersenyum pada putrinya, "Tidak ada. Lanjut makan."Clarita malah menyudahi acara makannya dan segera meminum minuman kemasan. Alexander mengerutkan dahi dan bertanya, "Kenapa? Kamu tidak menyukai makanan itu?""Bukan. Aku tidak bisa melihat Ayah seperti itu."Alexander mengedipkan mata, "Ayah yang seperti apa maksud kamu? Ayah tidak kenapa-kenapa."Clarita mengambil tisu dan kemudian menyek
"Apa yang Ayah bicarakan itu? Tentu saja aku menyukainya," ucap Clarita menatap ke arah ayahnya dengan tatapan heran.Alexander kembali menyipitkan mata dan menatap putrinya dengan tatapan bingung, "Tunggu dulu, Nak. Yang Ayah maksud itu adalah menyukai layaknya seorang wanita menyukai laki-laki. Seperti itu. Kamu tidak seperti yang Ayah maksud kan?" Mata Clarita membola begitu sempurna usai dirinya mendengar perkataan ayahnya tersebut. Ia kehilangan kata-kata untuk beberapa saat dan kemudian membalas perkataan ayahnya itu dengan cepat, "Maksud Ayah, cinta pasangan? Astaga, Ayah. Yang benar saja. Aku menganggap dia sebagai aku menganggap Ayah. Dia sama saja dengan orang tua keduaku."Mendengar perkataan putrinya, Alexander benar-benar menghela napas dengan lega. Ia tertawa konyol lalu kemudian menyesat minuman yang tidak ia ketahui namanya itu.Minuman khas Korea Selatan yang rasanya asam manis cukup menyegarkan tenggorokannya.Alexander kemudian tersenyum pada Sang Putri, "Ayah bena
Kenyataan itu begitu menampar Satria. Ia pun tidak lagi bisa berkutik lagi ataupun membela putra bungsunya.Narendra melihat ayahnya yang tidak bisa menjawab perkataannya itu pun membuatnya semakin yakin untuk memberi satu pelajaran bagi sang adik."Lebih baik Ayah tidak usah ikut campur masalah ini. Biarkan aku yang menyelesaikannya," ucap Narendra.Satria hanya bisa terdiam di sofa ruang tamu itu, meresapi semua yang terjadi di kehidupannya.Tiba-tiba saja ia bangkit dari tempat duduknya itu lalu berjalan menuju ke sebuah gudang yang terletak di luar ruangan.Gudang itu terpisah dari rumah utama sehingga ia harus berjalan sendirian ke sana dan melarang semua anak buah Narendra untuk menemaninya.Begitu ia masuk ke dalam gudang tersebut, ia segera berjalan mendekat ke sebuah benda yang tertutup oleh kain putih besar.Segera saja ia ambil kain yang menutupi sebuah pigura besar itu. Ia pun kemudian duduk di depan pigura tersebut dengan wajah yang terlihat amat sangat letih.Ia mulai be
"Ayah bukan saudara kandung dari Paman Andi," ujar Arnold.Narendra menatap adiknya itu dengan tatapan heran tetapi ia masih terlihat begitu bingung.Arnold mengamati ekspresi kakaknya yang tidak ada keterkejutan di sana. Ia pun mulai berpikir jauh, "Ah, jadi Mas juga tahu masalah ini? Tapi kenapa Mas hanya diam saja?"Narendra bertanya, "Dari mana kamu tahu masalah ini?"Arnold mengulas sebuah senyum pada sang kakak. "Tidak penting bagaimana aku tahu tapi fakta jika ternyata kamu juga mengetahuinya itu Cukup membuatku heran.""Kenapa lagi?" tanya Narendra malas."Masih bertanya kenapa? Ini semakin membuat kita itu tidak memiliki hak apapun atas harta itu. Mas, kita tidak memiliki hubungan darah dengan keluarga Glenn. Bisa tidak kamu mengembalikan saja semua yang memang bukan milikmu terhadap Glenn? Apa sedikitpun kamu tidak merasa aneh ketika melakukan apapun pada harta yang bukan milikmu?"Narendra mencibir, "Oke, kita memang tidak memiliki hubungan darah dengan mereka tetapi kita t
Ken, sopir Alexander Barata segera melajukan mobilnya lebih cepat dan berusaha menghindari 3 mobil yang mengejar mereka.Alexander mulai tegang dan kemudian segera menghubungi Glenn dengan cepat. Ia benar-benar sangat beruntung sekali karena hanya dalam dari yang pertama panggilannya telah dijawab oleh Glenn."Kenapa kau-""Kirim bantuan sekarang, Glenn! Aku sedang dikejar-kejar!" ujar Alexander dengan suara yang begitu panik.Glenn yang sedang duduk di atas atap itu segera berdiri dan berkata dengan nada yang juga panik, "Di mana posisimu?""Ah, tidak usah. Aku tahu. Bertahanlah sebentar!" ucap Glenn.Glenn segera membuka aplikasinya dan memerintah dengan cepat, "Susul Alexander!"Beberapa anak buahnya yang telah siap siaga itu pun segera mengambil posisi masing-masing dan Glen ikut ke dalam salah satu mobil itu.Sementara itu, Alexander masih dalam pengejaran dan hampir saja terkena sebuah tembakan saat salah satu orang yang berada di mobil kirinya tersebut melemparkan sebuah tembak